Aswaja Menjawab Wahabi
Benarkah Imam Asy'ari dan Pengikutnya Sesat?
Terlalu gegabah jika menganggap Sifat 20 dari Abu Hasan Al Asy’ari sesat hanya karena Abu Hasan lahir tahun 260 H. Sifat 20 seperti Allah itu Ada, Allah itu Satu, Allah itu Maha Hidup, Allah Maha Kuasa itu semua ada dalilnya dalam Al Qur’an. Jika begitu dianggap sesat, berarti Tauhid Uluhiyah dan Rububiyah yg diajarkan Muhammad bin Abdul Wahab lebih sesat lagi karena dia lahir di tahun 1115 H. Saat kegelapan Islam. Kalau Imam Asy’ari masih di 7 abad pertama jayanya Islam. Jelas jika Imam Asy’arilah yang merupakan Salafush Saleh sedang Muhammad bin Abdul Wahab adalah Khalaf.
Menganggap ajaran Sifat 20 sesat hanya karena di Al Qur’an dan Hadits tidak disebutkan, maka lebih sesat lagi dengan menganggap ajaran Trilogi Tauhid (Trinitas Tauhid) Muhammad bin Abdul Wahhab yang membagi Tauhid menjadi Tauhid Uluhiyyah, Rububiyyah, dan Asma wa Shifat sebagai bid’ah atau sesat. Karena di Al Qur’an dan Hadits pun tak pernah disebut Allah dan Rasulnya membagi Tauhid menjadi 3 seperti itu. Jadi harusnya kaum Salafi Wahabi berkaca pada ajaran mereka sendiri apakah itu bid’ah atau tidak sebelum menyebut ajaran Sifat 20 yang merupakan ajaran ulama Salaf yang lahir di tahun 260 H sebagai sesat.
Tuduhan bahwa Imam Asy’ari sesat dan kemudian bertobat hanyalah dusta para Ahlul Fitnah dari tempat fitnah di Najd. Di saat paham-paham sesat muncul, justru Imam Asy’ari lah yang mengkoreksinya. Saat itu Muhammad bin Abdul Wahab belum lahir. Para Ulama besar Ahlus Sunnah Wal Jama’ah pun seperti Imam Ghazali, Ahmad bin Hajar al-Atsqalani, Imam an-Nawawi, Imam al-Qurthubi, syaikhul Islam Ibnu Hajar al-Haitami, Syaikhul Fiqh dan hadits Zakariya al-Anshori, Imam Abu Bakr al-Baqillani, Imam an-Nasafi, Imam Syarbini semua menganut paham Imam Asy’ari di dalam ilmu Tauhid. Jika mereka semua difitnah sesat, lalu siapa ulama Salafush Shaleh?
Mungkin ada yang protes jika Sifat 20 itu wajib dipelajari bagi setiap Muslim. Bukankah yang berwenang menentukan wajib itu hanya Allah? Sebetulnya jika kita kaji bukan begitu maksudnya. Sifat 20 itu wajib ada pada Tuhan yang sejati. Artinya jika “Tuhan” itu tidak punya sifat seperti Esa (misalnya ada 3), Hidup (misalnya dia mati), atau Kuasa (misalnya lemah), maka itu bukan Tuhan yang asli. Itu maksudnya.
Tuduhan bahwa Sifat 20 itu sesat karena membatasi sifat Tuhan juga keliru. Memang sifat Allah tidak terhingga. Namun mengajarkan hanya 20 Sifat itu tidak berarti sesat. Allah sendiri kadang hanya mengajarkan beberapa sifat saja kepada manusia. Misalnya pada Syahadah Laa ilaaha illallahu, hanya ada Sifat Allah itu Ada dan Allah itu Esa. Hanya 2 sifat.
Pada surat Al Ikhlas yang disatu hadits disebut nilainya 1/3 Al Qur’an juga disebut hanya 5 sifat: Allah itu Esa, Allah tempat bergantung, Tidak melahirkan, Tidak dilahirkan, dan Tidak ada satu pun yang setara dengan-Nya. Jadi keliru jika mengatakan mengajarkan 20 sifat itu sesat berdasar dalil di atas.
Justru dengan pengajaran Sifat 20 yang sederhana itulah maka ummat Islam jadi kenal sifat-sifat Allah secara baik. Aqidahnya jadi mantap. Pengajaran Sifat-sifat Allah seperti: Wujud (Ada), Wahdaniyah (Satu), Hayat (Hidup), ‘Ilmu (Maha Mengetahui), Qudrat (Kuasa), dan sebagainya begitu mudah dipahami. Dan semua Sifat itu ada dalilnya di Al-Qur’an.
Ini beda dengan Tauhid susunan Muhammad bin Abdul Wahab seperti Uluhiyah, Rububiyah, dan Asma’ wa Shifat yang justru sukar dipahami oleh awam. Sulit bagi kita meyakinkan orang-orang awam/non Muslim bahwa Tuhan itu Ada, Tuhan itu Satu, Tuhan Itu Terdahulu/Awal, Tuhan itu Kekal/Baqa'. Ini karena Tauhid susunan Muhammad bin Abdul Wahhab itu tidak ada dalilnya secara akal/logika.
Bagaimana kita bisa meyakinkan orang-orang kafir jika kita cuma mencoba meyakinkan mereka dengan Al Qur’an, sementara mereka bukan cuma ingkar kepada Al Qur’an, tapi juga kepada Allah yang menurunkan Al Qur’an?
Padahal Allah di dalam Al Qur’an menegaskan bahwa Islam itu hanya dipahami oleh orang-orang yang berakal/berpikir. Dalam Al Qur’an, Allah memuat bermacam-macam logika untuk meyakinkan Akal manusia seperti menyatakan sesembahan mereka selain Allah tidak akan mampu menciptakan meski hanya seekor lalat.
Lalu kenapa kita tidak mengajar Asma’ul Husna yang terdiri dari 99 nama? Asma’ul Husna tetap diajarkan.
Tuduhan Fahaman Asy’ari Sesat, Benarkah?
Sebagian ummat Islam tidak mengerti tentang madzhab Asy’ari, siapa orang-orang yang mengikuti imam Asy’ari, dan tidak mengerti manhaj mereka dalam masalah aqidah. Sebagian di antara mereka ada yang menisbatkan kesesatan kepada para pengikut Asy’ari atau menuduhnya keluar dari agama serta melenceng jauh dalam menyifati Allah.
Ketidak-tahuan inilah penyebab utama tercabik-cabiknya dan terpecah-belahnya golongan Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Sehingga sebagian di antara orang=orang yang tidak tahu itu mengklaim bahwa para pengikut Asy’ari itu termasuk kelompok sesat. Saya tidak tahu bagaimana mereka membandingkan antara kelompok yang beriman dan kelompok yang sesat?
Para pengikut Asy’ari (asya’irah) adalah orang-orang yang mendapatkan petunjuk. Mereka adalah ahlus sunnah yang menentang kezhaliman mu’tazilah. Mereka adalah seperti yang disampakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taymiyyah, “Ulama adalah penolong ilmu agama, sedangkan para pengikut Asy’ari adalah penolong-penolong pokok agama (ushuluddin/aqidah).” (Al-Fatawa Juz IV)
Di antara Asya’irah adalah ulama ahli hadits, fiqih dan tafzir. Di antara mereka adalah:
Ahmad bin Hajar al-Atsqalani, seorang syaikh muhadditin, pengarang kitab Fathul Bari, suatu Syarah Shahih Bukhari, beliau seorang ulama bermadzhab Asy’ari, di mana kitabnya selalu dibutuhkan para ulama, Imam an-Nawawi, pengarang kitab Syarah Shahih Muslim dan pengarang kitab-kitab yang populer yang bermadzhab Asy’ari, Imam al-Qurthubi, pengarang kitab al-Jami’ li Ahkamil Qur`an yang bermadzhab Asy’ari, Syaikhul Islam Ibnu Hajar al-Haitami, pengarang kitab a-Zawajir an Iqtiraf al-Kaba-ir yang bermadzhab Asy’ari, Syaikhul Fiqh dan hadits Zakariya al-Anshari yang bermadzhab Asy’ari, Imam Abu Bakr al-Baqillani, Imam an-Nasafi, Imam Syarbini dan seterusnya.
Mereka semua adalah para ulama yang bermadzhab Asy’ari. Sekiranya kita ingin menghitung ulama-ulama pakar hadits, fiqih, dan tafsir dari kalangan Asy’ari, niscaya kita mendapat kesulitan dan kita memerlukan berjilid-jilid kitab mereka untuk menjelaskan mereka semua. Sesungguhnya merupakan keharusan bagi kita untuk mengembalikan kebaikan kepada para pemiliknya, mengetahui keutamaan pemilik ilmu dan keutamaan para ulama yang berkhidmat kepada syari’at Muhammad SAW.
Kebaikan apa yang bisa kita harapkan, jika ulama-ulama dan para pendahulu kita yang shalih ini kita tuduh sesat dan melenceng? Bagaimana Allah akan membuka hati kita untuk menimba ilmu mereka jika kitapernah meyakini bahwa mereka telah melenceng dan sesat dari jalan Islam?
Jika Ahmad bin Hajar al-Atsqalani, Imam an-Nawawi, Imam al-Qurthubi, Ibnu Hajar al-Haitami, Zakariya al-Anshori, Imam Abu Bakr al-Baqillani, Imam an-Nasafi dan ulama-ulama pakar lainnya itu tidak termasuk Ahlus Sunnah wal Jama’ah, maka siapakah Ahlus Sunnah wal Jama’ah itu?
Sifat Dua Puluh Beserta Dalilnya
1. Wujud (Ada) lawannya ‘Adam (Tidak ada)
Dalil ‘Aqli : Karena ada ciptaan-Nya, Dalil Naqli : Surat Ar-Ra’du ayat 16:
{قُلْ مَنْ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ قُلِ اللَّهُ … قُلِ اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ (16)} [الرعد: 16]
16. Katakanlah: “Siapakah Tuhan langit dan bumi?” Jawabnya: “Allah”. …..” Katakanlah: “Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia-lah Tuhan yang Maha Esa lagi Maha Perkasa”.
2. Qidam (Terdahulu/Tak berawal) lawannya Huduts (Baru/Ada awalnya)
Dalil ‘Aqli : Seandainya Allah huduts (ada awalnya) pasti Allah membutuhkan yang menciptakan, dan itu mustahil bagi Allah.
Dalil Naqli : Surat Al-Hadid ayat 3:
{هُوَ الْأَوَّلُ وَالْآخِرُ} [الحديد: 3]
Dialah yang Awal dan yang akhir.
3. Baqa' (Kekal/Tiada akhirnya) lawannya Fana (Rusak/Musnah)
Dalil ‘Aqli : Seandainya Allah fana (rusak atau tidak kekal) pasti Allah Huduts, dan itu mustahil bagi Allah
Dalil Naqli : Surat Ar-Rahman ayat 27:
{وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ (27) }
Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.
4. Mukhalafatu Lilhawadits (Berbeda dengan makhluknya) lawannya Mumatsalatu Lilhawadits (Menyerupai makhluknya)
Dalil ‘Aqli : Seandainya Allah Mumatsalah (menyerupai makhluk) maka Allah tidak ada bedanya dengan makhluk, dan itu mustahil.
Dalil Naqli : Surat Asy-Syura' ayat 11:
{لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ } [الشورى: 11]
Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia dan Dia Maha Mendengar langi Maha Melihat
5. Qiyamuhu Binafsihi (Berdiri dengan Dzatnya sendiri) lawannya Ihtiyaj (Membutuhkan)
Dalil ‘Aqli : Seandainya Allah Ihtiyaj (membutuhkan tempat atau pencipta) maka Allah “sifat”.Seperti warna putih (sifat), membutuhkan benda (untuk tempat), apa bila benda itu hilang maka warna putihpun akan ikut hilang. Dan itu mustahil bagi Allah.
Dalil Naqli : Surat Al-Ankabut ayat 6:
إِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ العنكبوت: 6
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (Tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.
6. Wahdaniyyah (Esa/Tunggal) lawannya Ta’addud (Lebih dari satu)
Dalil ‘Aqli : Seandainya Allah Ta’addud (tidak tunggal) maka tidak akan ada ciptaanNya, karena apabila Allah ada dua tentu mereka akan berbagi pendapat, dan itu mustahil. Maka tidak mungkin Allah Ta’addud.
Dalil Naqli : Surat Al Ikhlas
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1) اللَّهُ الصَّمَدُ (2) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3) وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (4)
1. Katakanlah: “Dia-lah Allah, yang Maha Esa.
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
4. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.”
7. Qudrat (Berkuasa atas segala sesuatu) lawannya ‘Ajzu (Lemah/Tidak bisa berbuat apa – apa)
Dalil ‘Aqli : Seandainya Allah ‘Ajzu (tidak bisa apa-apa) pasti tidak akan pernah ada ciptaanNya, dan itu mustahil bagi Allah.
Dalil Naqli : Surat Al Baqarah ayat 20:
إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ [البقرة: 20]
Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.
8. Iradat (Berkehendak) lawannya Karahah (Terpaksa)
Dalil ‘Aqli : Seandainya Allah Karahah (terpaksa) pasti Allah‘Ajzu (lemah). Dan itu mustahil.
Dalil Naqli : Surat Hud ayat 107:
إِنَّ رَبَّكَ فَعَّالٌ لِمَا يُرِيدُ هود: 107
Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang dia kehendaki.
9. ‘Ilmu (Maha Mengetahui) lawannya Jahl (Bodoh)
Dalil ‘Aqli : Seandainya Allah jahal (Bodoh) pasti Allah tidak Irodat(tidak berkehendak karena bodoh), dan itu mustahil.
Dalil Naqli : Surat Al Baqarah ayat 231:
وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Dan ketahuilah bahwasanya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.
10. Hayat (Hidup) lawannya Maut (Mati)
Dalil ‘Aqli : Seandainya Allah Maut (Mati) pasti Allah tidak Qudrat, Iradatdan tidak ‘Ilmu, dan itu mustahil.
Dalil naqli : Surat Al Baqarah ayat 255:
اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ البقرة: 255
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya)
11. Sama’ (Maha Mendengar) lawannya Shamam (Tuli)
Dalil ‘Aqli : Tidak masuk akal apabila Allah tidak mendengar.
Dalil Naqli : Surat Asy Syura' ayat 11:
وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ الشورى: 11
Dan Dialah yang Maha mendengar dan Melihat.
12. Bashar (Maha Melihat) lawannya ‘Amaa (Buta)
Dalil ‘Aqli : Tidak masuk akal apabila Allah tidak melihat
Dalil Naqli : Surat Asy Syura' ayat 11:
وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ الشورى: 11
Dan Dialah yang Maha mendengar dan Melihat.
13. Kalam (Berfirman) lawannya Bukmu (Tidak berfirman/tidak bisa berbicara)
Dalilnya dalam surat An-Nisa ayat 164:
وَكَلَّمَ اللَّهُ مُوسَى تَكْلِيمًا النساء: 164
Dan Allah Telah berbicara kepada Musa dengan langsung
14. Qadiran lawannya ‘Ajizan
Dalilnya sama dengan dalil sifat Qudrat
15. Muridan lawannya Karihan
Dalilnya sama dengan dali sifat Iradat
16. ‘Aliman lawannya Jahilan
Dalilnya sama dengan dalil sifat ‘Ilmu
17. Hayyan lawannya mayyitan
Dalilnya sama dengan dalil sifat hayat
18. Sami’an lawannya 'Ashamma
Dalilnya sama dengan sifat Sama’
19. Bashiran lawannya A’maa
Dalilnya sama dengan dalil sifat Bashar
20. Mutakaliman lawannya Abkama
Dalilnya sama dengan dalil sifat Kalam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar