Pengajian Sirah Nabawiyah Mingguan bersama Al Ustadz Alwi Al Attas di Masjid Al Hikam, Depok.
Oleh: Reza Rahman Lubis
1. Ketika kecil (belum baligh) anak-anak Quraisy udah biasa untuk ikut kerja membantu orang tua mereka. Termasuk dalam hal ini Muhammad kecil yang saat itu ikut membantu paman, Abu Thalib.
2. Orang dahulu di Arab tidak ada kelompok umur yang dinamakan "Remaja." Yang ada anak-anak ataupun dewasa. Sehingga mulai dari anak-anak mereka sudah dipersiapkan untuk menjadi dewasa. Bukan status remaja yang tidak jelas antara anak-anak dan dewasa. Tidak mau disebut anak-anak dan belum pantas untuk disebut dewasa. Hal ini tidak ada di Arab dahulu.
3. Beliau dahulu membantu pamannya mengembala kambing. Dan beliau sendiri adalah pengembala kambing. Sebagaimana halnya para nabi sebelum beliau.
4. Saya belum pernah mendengar pendapat ulama yang mengatakan bahwa mengembala kambing ibadah sunnah. Namun yang menarik adalah, Beliau mengatakan, "Semua nabi pernah mengembala kambing." Artinya ini sesuatu yang istimewa dan banyak hikmahnya.
5. Dari mengembala kambing kita bisa sekurang-kurang kita bisa mengambil tiga hikmah:
a. Ada leadership. Dan inilah yang sangat berguna dalam usaha dakwah yang kelak diemban oleh Nabi Saw. Pemimpin itu seperti penggembala. Sebagaimana sabda beliau yang berbunyi, "Kullukum ra'in wa kullukum masulun 'an ra'iyyatihi." Kata "Ra'in" disini bisa diartikan sebagai pemimpin bisa juga sebagai pengembala.
b. Memahami sifat manusia pada secara umum yang sangat mirip dengan hewan. Seperti, ketika kambing itu dibujuk dengan rumput maka dia akan mendekat. Sebaliknya jika kita mengejar dia dengan emosi, maka dia akan semakin berlari. Dalam hal ini cara dakwah sangat tepat. Hendaknyalah kita membujuk dan memberi hadiah. Sebagaiman juga sabda beliau, "Berilah kabar gembira dan jangan menakuti-nakuti."
c. Penjagaan Allah Swt kepadanya dari berbagai maksiat. Karena saat itu beliau belum menjadi Nabi, belum berinteraksi dengan jibril sehingga beliau mendengarkan wahyu. Disibukkan beliau dalam mengurus kambing dan menggembalanya. Sehingga beliau tidak sibuk atau terpengaruh dengan keadaan masyarakat saat itu. Diantara mereka banyak peminum khamar, pemutus silaturrahmi, penikmat tarian wanita, pemakan bangkai, suka berperang dan sebagainya.
6. Rasulullah memang sudah ditakdirkan menjadi Nabi. Nabi pernah dua kali berkeinginan untuk menghadiri suatu pesta dikarenakan penasaran, rasa ingin tahu. Namun dijaga oleh Allah Swt sehingga itu tidak terjadi.
7. Awal suatu musibah untuk jatuh ke dalam kemaksiatan banyak bermula dari rasa ingin tahu. Misal, melihat para orang tua merokok. Akhirnya terbesit dalam hati, bagaimanakah rasanya merokok itu dan ia pun mencobanya.
8. Pada saat Nabi menghadiri pesta itu baru sahaja Nabi tiba, beliau merasakan kantuk, sehingga beliah tertidur sampai selesai acara.
9. Allah jaga beliau, karena di dalam pesta pernikahan itu ada khamar dan ada tarian wanita.
10. Sesudah dua kali merasakan itu (mengantuk setiap tiba di pesta) akhirnya beliah kapok dan tidak ingin mengulangi lagi.
11. Diberikan rasa ngantuk ketika hendak melakukan maksiat atau hal yang buruk itu merupakan suatu nikmat.
12. Tetapi ketika mengantuk dalam hal ibadah dan ketaatan seperti lagi ta'lim atau mengaji bukanlah suatu kenikmatan melainkan sebaliknya.
NB: Monggo disebarkan dan mohon doa kebaikan untuk penulis. Agar senantiasa sehat wal afiat dan dimudahkan mencapai derajat yang mulia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar