بِسْــــــــــــــــــم ِٱللّٰهِ ٱلرَّحْمٰنِ ٱلرَّحِيم
Seorang santri mendatangi gurunya dan bertanya, " Guru...! Saya pernah membaca sebuah hadits yang sangat terkenal dalam tasawuf, " Barang siapa yang mengenal dirinya, maka akan mengenal Tuhan-Nya."
Mohon penjelasannya guru, agar aku bisa mengenal diri...?"
Gurunya menjawab, " Banyak sekali orang menafsirkan dan menjelaskan hadits di atas, yang intinya jalan yang paling jelas untuk mengenal Allah itu ya harus mengenal hakekat dirinya sendiri.
Yang menjadi problema adalah diri yang mana yang harus dikenal...?
Karena banyak sekali orang yang mengkaji hakekat diri, tetapi kebanyakan muter - muter sebatas teori. Setelah faham teorinya mereka sering mengajak berdebat orang lain, kalau dirinya mengklaim sudah hakekat dan makrifat.
Lalu murid tersebut bertanya, " Apa hakekat diri kita Guru.....?"
Guru tersebut menjawab. " Hakekat manusia itu adalah Ruh, jasad ini yang ada pada diriku dan dirimu hanyalah sebuah bungkus atau baju yang menutupi Ruh.
Ruh itu berasal langsung dari tiupan Allah yang dimasukkan ke dalam setiap janin yang rata - rata kurang lebih sudah berumur 120 hari dalam kandungan.
Di dalam al-Qur’an Allah Azza wa Jalla telah berfirman
الَّذِي أَحْسَنَ كُلَّ شَيْءٍ خَلَقَهُ ۖ وَبَدَأَ خَلْقَ الْإِنسَانِ مِن طِينٍ ثُمَّ جَعَلَ نَسْلَهُ مِن سُلَالَةٍ مِّن مَّاءٍ مَّهِينٍ ثُمَّ سَوَّاهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِن رُّوحِهِ ۖ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۚ قَلِيلًا مَّا تَشْكُرُونَ وَقَالُوا أَإِذَا ضَلَلْنَا فِي الْأَرْضِ أَإِنَّا لَفِي خَلْقٍ جَدِيدٍ ۚ بَلْ هُم بِلِقَاءِ رَبِّهِمْ كَافِرُونَ
Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani). Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya RUH (ciptaan)Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. [As Sajdah : 7-10]
Ketika Ruh masuk ke dalam janin, maka berfungsi menjadi beberapa bagian yaitu:
- Ruh yang berfungsi sebagai daya hidup, sehingga badan yang dimasuki tersebut bisa bernafas, hidup dan bergerak maka disebut dengan nyawa.
- Ruh yang yang masuk ke dalam otak untuk bisa memilah mana yang baik dan mana yang benar itu disebut dengan pikiran.
- Ruh yang masuk ke tubuh yang berfungsi untuk wadahnya perbuatan manusia disebut dengan hati. Dalam bahasa arab disebut Qolb karena sering berbolak balik.
- Ruh yang menerima semua dampak dari perbuatan baik dan buruk disebut jiwa. Inilah yang akan mengalami surga dan neraka, sesuai dengan hasil perbuatannya.
- Bagian dari Jiwa yang bisa keluar masuk ke dalam tubuh disebut dengan sukma.
- Ruh yang yang sifatnya membimbing manusia disebut dengan Ruh Idhofi. Wujudnya sama dengan diri kita tapi lebih muda dan bercahaya.
Ruh Idhofi itu adalah Ruh Quddus yang sifatnya suci karena langsung pancaran dari Allah, ibarat pemancar sinyal yang langsung menyambung ke pusat satelit.
Ruh Idhofi itu julukannya banyak antara lain disebut juga dengan Guru Sejati, Sukma Sejati, Gusti (Bagusnya Hati ), Pengeran Sejatining Ingsun ( Raja Di Dalam Diri ), Hati Nurani, Qolbun Salim ( Hati Yang Selamat ) dll.
Jika kamu sudah kenal dan mengetahui Ruh Idhofi itu, maka dialah Guru Sejatimu yang akan menuntun kamu dalam menuju Allah. Guru Sejatimu itu yang akan membimbing jiwamu dari jiwa yang paling dasar yaitu Jiwa Ammarah berevolusi menjadi Jiwa Lawwamah, Jiwa Mulhimah, Jiwa Muthmainnah, Jiwa Rodiyah, Jiwa Mardhiyyah dan Jiwa Kamilah.
Orang yang sudah mencapai Jiwa Kamilah, maka orang tersebut sudah mencapai Muksa, karena telah terbebas dari hawa nafsunya. Mereka adalah para wali Allah yang masuk surga tanpa hisab."
Murid tersebut bertanya kembali, " Guru...! Bagaimana caranya agar saya bisa ketemu Guru Sejati dalam diri saya sendiri....?"
Guru tersebut menjawab, " Kamu cari di Susuwe angin ( Rumahnya Angin ). Yaitu di kedua lubang hidung, itulah masuk keluarnya nafas. Dengan cara kamu dzikir atau meditasi nafas yang benar, maka kamu akan ketemu dengan Ruh Idhofi atau Guru Sejatimu."
" Dan pada diri kalian sendiri, tidakkah kalian memperhatikannya?!." [Adz-Dzariyât : 21]
Alhamdulillahirobil alamin.
Note :
Kutipan singkat tanpa bermaksud menggurui atau apapun selain memohon keridha'an'Nya.
"Kadang tulisan ini bukan untuk menasihati orang lain, tetapi untuk menasihati diri sendiri. Kerana diri sendirilah yang lebih penting untuk dinasihati"
والله أعلم
Tidak ada komentar:
Posting Komentar