Kaum salafy wahhabi, khususnya wahhabi di Nusantara sering mengaku sebagai penganut madzhab Hanbali, akan tetapi mereka sering kali justru mengingkari atau bahkan menyalahkan praktek-praktek dan amal yang di contohkan generasi salaf yang di lakukan oleh ahlus sunnah wal jama’ah, padahal amal-amal tersebut bersesuaian dengan apa yang dilakukan oleh Imam Ahmad atau madzhab Hanbali.
Sebagai contoh , dalam kitab Masail Abdullah bin Ahmad bin Hanbal juz 1 hal. 447, beliau berkata:
ﻗﺎﻝ ﺭﺃﻳﺖ ﺍﺑﻲ ﻳﻜﺘﺐ ﺍﻟﺘﻌﺎﻭﻳﺬ ﻟﻠﺬﻱ ﻳﻘﺮﻉ ﻭﻟﻠﺤﻤﻰ ﻻﻫﻠﻪ ﻭﻗﺮﺍﺑﺎﺗﻪ ﻭﻳﻜﺘﺐ ﻟﻠﻤﺮﺍﺓ ﺍﺫﺍ ﻋﺴﺮ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﺍﻟﻮﻻﺩﺓ ﻓﻲ ﺟﺎﻡ ﺍﻭ ﺷﻲﺀ ﻟﻄﻴﻒ ﻭﻳﻜﺘﺐ ﺣﺪﻳﺚ ﺍﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ﺇﻻ ﺍﻧﻪ ﻛﺎﻥ ﻳﻔﻌﻞ ﺫﻟﻚ ﻋﻨﺪ ﻭﻗﻮﻉ ﺍﻟﺒﻼﺀ ﻭﻟﻢ ﺍﺭﻩ ﻳﻔﻌﻞ ﻫﺬﺍ ﻗﺒﻞ ﻭﻗﻮﻉ ﺍﻟﺒﻼﺀ ﻭﺭﺃﻳﺘﻪ ﻳﻌﻮﺫ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺎﺀ ﻭﻳﺸﺮﺑﻪ ﺍﻟﻤﺮﻳﺾ ﻭﻳﺼﺐ ﻋﻠﻰ ﺭﺃﺳﻪ ﻣﻨﻪ ﻭﺭﺃﻳﺖ ﺍﺑﻲ ﻳﺄﺧﺬ ﺷﻌﺮﺓ ﻣﻦ ﺷﻌﺮ ﺍﻟﻨﺒﻲ { ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ } ﻓﻴﻀﻌﻬﺎ ﻋﻠﻰ ﻓﻴﻪ ﻳﻘﺒﻠﻬﺎ ﻭﺍﺣﺴﺐ ﺍﺑﻲ ﻗﺪ ﺭﺃﻳﺘﻪ ﻳﻀﻌﻬﺎ ﻋﻠﻰ ﺭﺃﺳﻪ ﺍﻭ ﻋﻴﻨﻪ ﻓﻐﻤﺴﻬﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺎﺀ ﺛﻢ ﺷﺮﺑﻪ ﻳﺴﺘﺸﻔﻲ ﺑﻪ ﻭﺭﺃﻳﺘﻪ ﻗﺪ ﺍﺧﺬ ﻗﺼﻌﺔ ﺍﻟﻨﺒﻲ { ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ } ﺑﻌﺚ ﺑﻬﺎ ﺍﻟﻴﻪ ﺍﺑﻮ ﻳﻌﻘﻮﺏ ﺑﻦ ﺳﻠﻴﻤﺎﻥ ﺑﻦ ﺟﻌﻔﺮ ﻓﻐﺴﻠﻬﺎ ﻓﻲ ﺟﺐ ﻣﺎﺀ ﺛﻢ ﺷﺮﺏ ﻓﻴﻬﺎ ﻭﺭﺃﻳﺘﻪ ﻏﻴﺮ ﻣﺮﺓ ﻳﺸﺮﺏ ﻣﻦ ﻣﺎﺀ ﺯﻣﺰﻡ ﻳﺴﺘﺸﻔﻲ ﺑﻪ ﻭﻳﻤﺴﺢ ﺑﻪ ﻳﺪﻳﻪ ﻭﻭﺟﻬﻪ
Kesimpulannya,
1) Imam Ahmad menuliskan bacaan-bacaan penjagaan (hirz/ta'awidz) untuk orang-orang yang dirasuki Jin, dan untuk keluarga dan kerabatnya yang demam. Orang Jawa menyebut minta suwuk atau “jimat perlindungan”.
2) Imam Ahmad juga menulis “jimat” untuk perempuan yang sulit melahirkan pada sebuah tempat yang bersih. Mirip Mbah Yai.
3) Imam Ahmad juga membaca ta’widz (sering disebut mantra2 atau jampi2) pada sebuah air kemudian diminumkan kepada orang yang sakit dan disiramkan pada kepalanya. Orang Jawa menyebut minta damu Mbah Yai.
4) Imam Ahmad juga bertabarruk dengan mengambil sehelai rambut Rasulullah lalu diletakkan pada mulutnya dan mengecupnya. Bukan syirik kaan ?!
5) Imam Ahmad juga meletakkan rambut Rasulullah pada kepala atau kedua matanya kemudian dicelupkan ke dalam air dan air tersebut diminum untuk obat. Mirip Mbah Yai-Mbah Yai di Jawa ya?! Ternyata kyai-kyai di Jawa ngikuti Imam Ahmad.
6) Imam Ahmad membuat bid’ah hasanah yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah, antara lain :
● Al-Imam Ibn Qudamah Al-Maqdisi meriwayatkan dalam Kitab Al-Mughni, Juz , halaman 838.
● Begitu juga Ibnu Al-Qayyim Al-Mujassim, Murid Ibnu Taimiyah menjelaskan dalam Kitabnya Jala’ Al-Afham, hal 479
ﻗَﺎﻝَ ﺍﻟْﻔَﻀْﻞُ ﺑْﻦُ ﺯِﻳَﺎﺩٍ : ﺳَﺄَﻟْﺖُ ﺃَﺑَﺎ ﻋَﺒْﺪِ ﺍﻟﻠﻪِ ﻓَﻘُﻠْﺖُ :
ﺃَﺧْﺘِﻢُ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥَ؛ ﺃَﺟْﻌَﻠُﻪُ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻮِﺗْﺮِ ﺃَﻭْ ﻓِﻲ ﺍﻟﺘَّﺮَﺍﻭِﻳْﺢِ … ؟
ﻗَﺎﻝَ : ﺍﺟْﻌَﻠْﻪُ ﻓِﻲ ﺍﻟﺘَّﺮَﺍﻭِﻳْﺢِ ﺣَﺘَّﻰ ﻳَﻜُﻮْﻥَ ﻟَﻨَﺎ ﺩُﻋَﺎﺀٌ ﺑَﻴْﻦَ ﺍﺛْﻨَﻴْﻦِ .
ﻗُﻠْﺖُ : ﻛَﻴْﻒَ ﺃَﺻْﻨَﻊُ … ؟
ﻗَﺎﻝَ : ﺇِﺫَﺍ ﻓَﺮَﻏْﺖَ ﻣِﻦْ ﺁﺧِﺮِ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥِ ﻓَﺎﺭْﻓَﻊْ ﻳَﺪَﻳْﻚَ ﻗَﺒْﻞَ ﺃَﻥْ ﺗَﺮْﻛَﻊَ ﻭَﺍﺩْﻉُ ﺑِﻨَﺎ ﻭَﻧَﺤْﻦُ ﻓِﻲ ﺍﻟﺼَّﻼﺓِ ﻭَﺃَﻃِﻞِ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻡَ .
ﻗُﻠْﺖُ : ﺑِﻢَ ﺃَﺩْﻋُﻮْ .… ؟
ﻗَﺎﻝَ : ﺑِﻤَﺎ ﺷِﺌْﺖَ .
ﻗَﺎﻝَ : ﻓَﻔَﻌَﻠْﺖُﺑِﻤَﺎ ﺃَﻣَﺮَﻧِﻲْ ﻭَﻫُﻮَ ﺧَﻠْﻔِﻲْ ﻳَﺪْﻋُﻮْ ﻗَﺎﺋِﻤًﺎ ﻭَﻳَﺮْﻓَﻊُ ﻳَﺪَﻳْﻪِ .
ﻗَﺎﻝَﺣَﻨْﺒَﻞٌ : ﺳَﻤِﻌْﺖُ ﺃَﺣْﻤَﺪَ ﻳَﻘُﻮْﻝُ ﻓِﻲ ﺧَﺘْﻢِ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥِ :
ﺇِﺫَﺍ ﻓَﺮَﻏْﺖَﻣِﻦْ ﻗِﺮَﺍﺀَﺓِ : ﻗُﻞْ ﺃَﻋُﻮْﺫُ ﺑِﺮَﺏِّ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﻓَﺎﺭْﻓَﻊْ ﻳَﺪَﻳْﻚَ ﻓِﻲ
ﺍﻟﺪُّﻋَﺎﺀِ ﻗَﺒْﻞَ ﺍﻟﺮُّﻛُﻮْﻉِ .
ﻗُﻠْﺖُ : ﺇِﻟَﻰ ﺃَﻱِّ ﺷَﻲْﺀٍ ﺗَﺬْﻫَﺐُ ﻓِﻲْ ﻫَﺬَﺍ … ؟
ﻗَﺎﻝَ : ﺭَﺃَﻳْﺖُ ﺃَﻫْﻞَ ﻣَﻜَّﺔَ ﻳَﻔْﻌَﻠُﻮْﻧَﻪُ،
ﻭَﻛَﺎﻥَ ﺳُﻔْﻴَﺎﻥُ ﺑْﻦُ ﻋُﻴَﻴْﻨَﺔَ ﻳَﻔْﻌَﻠُﻪُ ﻣَﻌَﻬُﻢْ ﺑِﻤَﻜَّﺔَ . ﺍﻧﺘﻬﻰ .
“Al-Fadhl bin Ziyad berkata:
“Aku bertanya kepada Abu Abdillah Ahmad bin Hanbal:
“Aku akan mengkhatamkan al-Qur’an, aku baca dalam shalat witir atau tarawih…?”
Ahmad menjawab: “Baca dalam tarawih sehingga kita dapat berdoa antara dua rakaat.”
Aku bertanya: “Bagaimana caranya…?”
Ia menjawab: “Bila kamu selesai dari akhir al-Qur’an, angkatlah kedua tanganmu sebelum ruku’,
Berdoalah bersama kami dalam shalat, dan perpanjang berdirinya.”
Aku bertanya: “Doa apa yang akan aku baca…?”
Ia menjawab: “Semaumu.”
Al-Fadhl berkata: “Lalu aku lakukan apa yang ia sarankan, sedangkan ia berdoa sambil berdiri di belakangku dan mengangkat kedua tangannya.”
Hanbal berkata: “Aku mendengar Ahmad berkata mengenai KHATMIL QUR'AN : “Bila kamu selesai membaca Qul a’udzu birabbinnas,
Maka angkatlah kedua tanganmu dalam doa sebelum
Ruku’.”
Lalu aku bertanya: “Apa dasar Anda dalam hal ini..??”
Ia menjawab: “Aku melihat penduduk Mekkah melakukannya,
Dan Sufyan bin ‘Uyainah melakukannya bersama mereka.”
● Al-Imam Ahmad bin Hanbal adalah mendoakan gurunya dalam shalat sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Hafizh al-Baihaqi dalam Kitabnya Manaqib Imam Asy-Syafi’i, Juz: 2, hal 254
ﻗَﺎﻝَ ﺍْﻹِﻣَﺎﻡُ ﺃَﺣْﻤَﺪُ ﺑْﻦُ ﺣَﻨْﺒَﻞٍ : ﺇِﻧِّﻲْ ﻷَﺩْﻋُﻮ ﺍﻟﻠﻪَ ﻟِﻠﺸَّﺎﻓِﻌِﻲِّ
ﻓِﻲْ ﺻَﻼَﺗِﻲْ ﻣُﻨْﺬُ ﺃَﺭْﺑَﻌِﻴْﻦَ ﺳَﻨَﺔً،
ﺃَﻗُﻮْﻝُ : ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺍﻏْﻔِﺮْ ﻟِﻲْ ﻭَﻟِﻮَﺍﻟِﺪَﻱَّ ﻭَﻟِﻤُﺤَﻤَّﺪِ ﺑْﻦِ ﺇِﺩْﺭِﻳْﺲَ ﺍﻟﺸَّﺎﻓِﻌِﻲِّ .
( ﺍﻟﺤﺎﻓﻆﺍﻟﺒﻴﻬﻘﻲ، ﻣﻨﺎﻗﺐ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ، ٢ /٢٥٤ ).
“Al-Imam Ahmad bin Hanbal berkata:
Saya mendoakan Al-Imam Al-Syafi’i dalam shalat saya selama empat puluh tahun.
Saya berdoa, “Ya Allah ampunilah aku, kedua orang tuaku dan Muhammad bin Idris al-Syafi’i.”
KESIMPULAN :
● Bahwa Dasar dari Pembacaan Do’a Khatmil Qur’an, BUKAN ANJURAN AL-QUR’AN, BUKAN HADITS DAN BUKAN AMALIYAH PARA SAHABAT. Dasarnya Justru Penduduk Mekkah yang melakukan demikian.
● Tidak ada riwayat dari Hadits maupun dari sahabat, mendoakan orang tua dan guru dalam sujud di dalam shalat. Namun Imam Ahmad yang termasuk sebagai ULAMA SALAF, melakukannya selama 40 tahun, dengan redaksi doa susunan Beliau sendiri.
● Jika Hal diatas tsb Adalah Bid’ah atau TIDAK ADA YANG NAMANYA BUD'AH HASANAH,,, mungkinkah Imam Ahmad Melakukan Perbuatan Bid’ah yang Sesat….????
● Beranikah Penganut Sekte Wahabi Mengatakan Bahwa Imam Ahmad Bin Hanbal telah Melakukan Perbuatan Sesat..????!!.
BID’AH HASANAH IMAM AHMAD BIN HANBAL
Dalam Kitab Thabaqat Al-Hanabilah Karya: Ibnu Abu Ya’la’ dan di Tahqiq Ibn Al-Utsaimin, (Ulama Wahabi)
pada juz: 1, hal 331-332 :
ﺟﻌﻔﺮ ﺑﻦ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﻣﻌﺒﺪ ﺍﻟﻤﺆﺩﺏ ﻗﺎﻝ : ﺭﺃﻳﺖ ﺃﺣﻤﺪ ﺑﻦ ﺣﻨﺒﻞ ﻳﺼﻠﻲ ﺑﻌﺪ ﺍﻟﺠﻤﻌﺔ ﺳﺖ ﺭﻛﻌﺎﺕ ﻭﻳﻔﺼﻞ ﻓﻲ ﻛﻞ ﺭﻛﻌﺘﻴﻦ
( ﻃﺒﻘﺎﺕ ﺍﻟﺤﻨﺎﺑﻠﺔ ١ / ١٢٣ )
“Jakfar bin Muhammad bin Ma’bad berkata:
“SAYA MELIHAT AHMAD BIN HANBAL SETELAH JUM’AT SHALAT ENAM (6) RAKA’AT,
MASING-MASING DUA (2) RAKA’AT”.
Rasulullah Saw dan Para Sahabat Tidak Pernah Melakukan atau Mencontohkan Apa yang dilakukan oleh Imam Ahmad Bin Hanbal..!!!
Apakah Penganut Wahabi akan Mengatakan Imam Ahmad Bin Hanbal Sebagai Ahli Bid’ah..????!!!.
Kemudian masalah Tawasul, Tabarruk, Ziarah Kubur Para Nabi dan Wali Menurut Madzhab Ahmad bin Hanbal :
Al-Allamah Abdullah an-Nabulsi al-Qudumi al-Hanbali dalam kitabnya “Al Manhaj al-Ahmad” menulis:
ﻭﻣﻨﻬﺎ ﻣﺎ ﺍﺷﺘﻬﺮ ﻋـﻨﺪ ﺍﻟﻌﺎﻣَّـــﺔ ﺧﺼﻮﺻﺎ ً ﻣُـﺘـﺼــﻮِّ ﻓــــﺔ ﺯﻣﺎﻧﻨﺎ ﻣِـــﻦ ﺃﻥَّ ﻋﻠﻤﺎﺀ ﺍﻟﺤﻨﺎﺑﻠﺔ ﻳﻤﻨﻌُــﻮﻥ ﻣﻦ ﺯﻳﺎﺭﺓ ﻣﺸَـــﺎﻫِــﺪ ﺍﻟﺼَّـــﺎﻟﺤﻴﻦ، ﻭﻗﺒﻮﺭ ﺍﻷﻧﺒﻴﺎﺀ ﺍﻟﻤُـﻜـﺮَّﻣﻴﻦ، ﻭﻳﺪﺧﻞ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ ﺯﻳﺎﺭﺓ ﻗﺒﺮ ﻧﺒﻴﻨﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺍﻟﺘﻲ ﻫﻲ ﻣﻦ ﺃﻋـﻈـﻢ ﺍﻟﻘــﺮﺑﺎﺕ، ﻭﺃﺟﻞ ﺍﻟﻄــﺎﻋـــﺎﺕ !!! ﻭﺃﻧﻬﻢ ﻳﻨﻜﺮﻭﻥ ﻛﺮﺍﻣﺎﺕ ﺍﻷﻭﻟﻴﺎﺀ
ﻭﻳﻨﻜﺮﻭﻥ ﻋﻠﻰ ﻣﻦ ﺗﻮﺳَّـــﻞ ﺑﻬﻢ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ !!! ﻭﻣَـﻦ ﻧﺴﺐ ﺫﻟﻚ ﻟﻤﺬﻫﺐ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺃﺣﻤﺪ ﻓﻘﺪ ﺃﻋـﻈــَــﻢَ ﺍﻟﻔِــــﺮﻳَــــــﺔ
Ulama Hanbali tidak melarang (tabarruk) mendatangi tempat-tempat bersejarah orang shalih, ziarah mendatangi kuburan para nabi, termasuk kubur Rasulullah yang merupakan termasuk agung-agungnya qurbah kepada Allah, dan tidak mengingkari tawassul dengan mereka kepada Allah. Barang siapa yang menisbatkan pengingkaran itu semua kepada madzhab Ahmad, maka ia telah membuat dusta besar.
Bahkan terdapat riwayat dari Imam Ahmad bin Hanbal tentang tawassul dengan nama orang sholih. Yaitu, pernah suatu ketika disebutkan nama salah satu orang sholih dihadapan beliau, kemudian beliau berkata:
ﻫﺬﺍ ﺭﺟﻞ ﻳﺴﺘﺴﻘﻰ ﺑﺤﺪﻳﺜﻪ ﻭﻳﻨﺰﻝ ﺍﻟﻤﻄﺮ ﻣﻦ ﺍﻟﺴﻤﺎﺀ ﺑﺬﻛﺮﻩ
Menurut Imam Ahmad, menyebut nama orang sholih sudah bisa menjadi penyebab turunnya hujan. (Tahdzibul Kamal karya al Hafizh al-Mizzi bi wasithoti Musthofa Hamdu Ilyan al Hanbali).
KRITIKAN ULAMA HANBALI KEPADA WAHHABI
Syaikh Musthofa Hamdu Ilyan al Hanbali kitabnya, As Sadah al Hanabilah hal. 353 menulis:
ﻭﻣﻦ ﺍﻟﻐﺮﻳﺐ ﺃﻥ ﻛﺜﻴﺮﺍ ﻣﻦ ﺍﻟﺴﻠﻔﻴﺔ ﺍﻟﻤﻌﺎﺻﺮﺓ ﻗﺪ ﻋﻜﺴﻮﺍ ﻗﺎﻋﺪﺓ ﺃﺣﻤﺪ ﻭﺟﻤﻬﻮﺭ ﺍﻟﺤﻨﺎﺑﻠﺔ ﻓﻴﻘﻴﻠﻮﻥ ﺍﻟﻀﻌﻴﻒ ﻓﻲ ﺍﻟﻌﻘﺎﺋﺪ ﻭﻳﺮﺩﻭﻥ ﻓﻲ ﺍﻟﻔﻀﺎﺋﻞ ﻓﻤﻨﻬﻢ ﻣﻦ ﻳﻨﺸﺮ ﻛﺘﺐ ﺍﻟﻌﻘﺎﺋﺪ ﺍﻟﺘﻲ ﻳﻜﺜﺮ ﻓﻴﻬﺎ ﺍﻷﺣﺎﺩﻳﺚ ﺍﻟﻮﺍﻫﻴﺔ ( ﻣﺜﻞ ﺍﺑﻄﺎﻝ ﺍﻟﺘﺄﻭﻳﻼﺕ ﻻﺑﻲ ﻳﻌﻠﻰ ﻭﺍﻟﺴﻨﺔ ﻟﻌﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﻦ ﺃﺣﻤﺪ ﻭﺍﻟﺼﻔﺎﺕ ﺍﻟﺪﺭﺍﻗﻄﻨﻲ ﻭﺍﻟﻌﺮﺵ ﻻﺑﻲ ﺷﻴﺒﺔ ﻭﺍﻟﻌﻈﻤﺔ ﻻﺑﻲ ﺍﻟﺸﻴﺦ ) ﺩﻭﻥ ﺑﻴﺎﻧﻬﺎ ﻓﺎﻥ ﺳﻤﻌﻮﺍ ﻣﻦ ﻳﺴﺘﺪﻝ ﺑﺎﻟﻀﻌﻴﻒ ﻓﻲ ﺍﻟﻔﻀﺎﺋﻞ ﺃﻗﺎﻣﻮﺍ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﻭﺃﻟﻔﻮﺍ ﺍﻟﻤﺆﻟﻔﺎﺕ ﻓﻲ ﺍﻟﺮﺩ ﻋﻠﻴﻪ
Intinya:
1) Wahhabi menyelisihi kaidah imam ahlussunnah, Ahmad bin Hanbal dan mayoritas ulama Hanbali dalam penerimaan hadits dhaif dalam fadhilah amal dan menolak dalam akidah.
2) Wahhabi kerap berhujjah dengan hadits dhaif dalam akidah yang padahal itu menyelisihi ijma’.
3) Wahhabi (mayoritas) menolak hadits dhaif secara mutlak termasuk dalam bab fadhilah tetapi menerimanya dalam bab akidah.
Kritikan masalah seperti ini juga datang dari Syaikh Hamad Sinan dan Syaikh Fauzi Anjari dalam kitabnya, Ahlussunnah Al Asyairah Syahadatu Ulama Ummah wa Adillatuhum yang diberi kata pengantar Syaikh Wahbah Zuhaili, Syaikh Buthi, Syaikh Ali Jum’ah, Syaikh Hasan Hitou, Habib Ali al Jufri dll. Mungkin termasuk salah satu pembuktiannya adalah dalam kitab at Tajsim fil Fikri al Islami.
Wallahu A’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar