Selasa, 06 Agustus 2019

Sejajarkanlah Shof

Nabi muhammad shallallahu alaihi wasallam bersabda , tegakkanlah  shaf kalian/ bukan ngangkang SUPER X×××××

Nabi Tidak Memerintahkan Menempel Kaki Saat Sholat Berjama’ah.

Para jema’ah Syeikh Sudaisy saja, Imam Masjidil Haram, tidak menempelkan kaki mereka.

Begitu pula jumhur ulama di Indonesia Ahlus sunnah wal jamaah  dgn mazhab Syafi’ie itu jika sholat itu tegak lurus ke atas.

Bukan sejajar bahu. Kalau sejajar bahu sebagaimana anak²  muda akhir zaman yang mencari²  kaki orang lain untuk ditempel, niscaya akan ngangkang.

Karena posisi bahu itu adalah posisi paling lebar di tubuh kita.

Rapat itu cukup bahu dgn bahu.
Tidak perlu kaki.

Yang menempelkan kaki itu cuma seorang sahabat tak dikenal.

Jumlah jema’ah Nabi ada 1000 orang lebih. Lebih afdhol mengikuti 1000 orang jemaah seperti Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali ketimbang mengikuti 1 orang yang tidak dikenal.

Kaki ditempel biar setan tak bisa lewat, katanya.

Lah setan itu bisa berhembus di hati manusia. Coba baca An Naas.

Justru dgn membuat orang lain jengkel dgn menempel²kan kaki, si penempel inilah setannya😁😁😁😁

Sholat itu untuk menghadap kepada Allah.
Harus khusyu cuma untuk Allah.

Bukan malah untuk mencari² kaki manusia.
Hadits menempel kaki ini perawinya cuma 2  orang di level sahabat.

yaitu Anas bin Malik dan An-Nu’man bin Basyir radhiyallahuanhuma.

Coba kita lihat dan teliti haditsnya.

1. Hadits Riwayat Anas bin Malik

حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ خَالِدٍ قَالَ: حَدَّثَنَا زُهَيْرٌ عَنْ حُمَيْدٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: أَقِيمُوا صُفُوفَكُمْ فَإِنِّي أَرَاكُمْ مِنْ وَرَاءِ ظَهْرِي وَكَانَ أَحَدُنَا يُلْزِقُ مَنْكِبَهُ بِمَنْكِبِ صَاحِبِهِ وَقَدَمَهُ بِقَدَمِهِ»

Dari Anas bin Malik dari Nabi Muhammad shallaAllah alaih wasallam: ”Tegakkanlah shaf kalian, karena saya melihat kalian dari belakang pundakku.👉👉👉Ada SEORANG di antara kami yang menempelkan bahunya dengan bahu temannya dan telapak kaki dengan telapak kakinya.(HR. Al-Bukhari)

Dari situ Nabi cuma bilang: “Tegakkanlah shaf kalian”. Sekali lagi Nabi cuma bilang.

“Tegakkanlah shaf kalian”. Nabi tidak bilang kita harus menempel telapak kaki.

Anas bin Malik menyatakan bahwa ada SATU ORANG ( أَحدنا) yang menempelkan bahunya dengan bahu temannya dan telapak kaki dengan telapak kakinya.

Orang tsb bukan sahabat Nabi yang terkenal macam Abu Bakar, Umar, Usman, Ali, dsb.

Jika benar, tentu namanya sudah disebut. Jadi orangnya tidak kita kenal siapa.

Cuma satu orang. Bukan semua sahabat atau pun sebagian.

Tapi cuma SATU orang yg tidak dikenal. AHADUNA.

Dan Nabi juga tidak tahu apakah ada yang menempelkan kaki karena posisi Nabi ada di depan sebagai Imam.

Paling banter Nabi hanya bisa melihat bahu. Nabi tidak ditanya apa menempel kaki yg dilakukan oleh seorang sahabat itu benar.

Jadi menempel kaki itu bukan perintah Nabi. Bukan pula sunnah semua sahabat.

Cuma sunnah seorang sahabat yang tidak kita kenal namanya.

Tegakkan sholat itu artinya tubuh dan kaki itu harus tegak.

Kalau kaki ngangkang, itu bukan tegak.
Rapat itu cukup bahu dgn bahu.

Memangnya setan tidak bisa lewat selangkangan? Di surat An Naas itu setan berhembus di hati manusia.

Minal Jinnati wan Naas. Setan itu dari Jin dan Manusia.

Jadi siapa saja yg mengganggu orang sholat, sehingga tidak khusyuk mengingat Allah misalnya dgn memikirkan kaki, bukan Allah, itu adalah setan.

Harusnya sholat itu khusyuk mengingat Allah. Bukan sibuk mencari² kaki orang lain untuk ditempel.

Yang sibuk mencari kaki orang, bukan mengingat Allah, ini termasuk Fawailul lil Musholliin.

Orang² yang sholat tapi celaka karena lalai mengingat Allah dalam sholatnya.

Kaki ngangkang dan bahu tidak nempel itu salah.

Harusnya bahu yg menempel.
Kaki harus tegak lurus.

Tidak boleh seperti huruf X karena ngangkang
Hadits Riwayat an-Nu’man bin Basyir

وَقَالَ النُّعْمَانُ بْنُ بَشِيرٍ: رَأَيْتُ الرَّجُلَ مِنَّا يُلْزِقُ كَعْبَهُ بِكَعْبِ صَاحِبِهِ

An-Nu’man bin Basyir berkata: Saya melihat seorang laki-laki diantara kami ada yang menempelkan mata kakinya dengan mata kaki temannya(HR. Bukhari)

Rojul (الرجلَ) itu kata benda mufrad / tunggal. Satu orang.

Beda dengan Rijal (banyak orang).

Harus belajar dulu Nahwu dan Sharaf sehingga kita paham beda kata benda tunggal (Mufrad) dengan jamak.

Jika tidak ngerti Nahwu, susah. Nah kenapa kita mengikuti 1 orang yang tidak dikenal ketimbang sebagian besar sahabat yang justru lebih faqih seperti Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali?

Jadi harus paham hadits ini. Kata2 yang dipakai adalah AHAD dan ROJUL yang artinya cuma 1 orang.

Karena nama tak disebut, berarti tidak dikenal. Belum tentu satu orang ini lebih cerdas dari para sahabat utama seperti Abu Bakar dan Ali.

Wahabi emang kelewat pinter 😄v

Tidak ada komentar:

Posting Komentar