Kamis, 05 Maret 2020

PENYAKIT GHURUR

Ghurur adalah penyakit hati yang menimpa banyak orang di dunia ini, ghurur dalam bahasa kitanya adalah tertipu daya, penyakit ghurur ini telah dijelaskan oleh Imam Ghazali dengan panjang luas sekali di dalam kitabnya _“Ihya' Ulumuddin"_, penyakit ghurur ini sangat membahayakan sekali sebab kebanyakan orang yang menderitanya tidak merasakan bahwa mereka terserang penyakit ghurur, kita tidak membicarakan ghururnya orang-orang kafir terhadap diri mereka atau kehidupan dunia ini, tetapi kita membicarakan penyakit ghurur yang diderita oleh umat Islam selama ini. Imam Ghazali telah membagi ghurur ini kepada empat golongan:  

1. Golongan ulama.

2. Golongan para Abid (orang yang suka beribadah). 

3. Golongan orang yang mengaku sufi. 

4. Golongan orang yang memiliki harta dan orang-orang tertipu daya dengan dunia.
                                                                   
1. Golongan ulama. Penyakit ghurur ini tidak terlepas dari hati seorang ulama, bahayanya jika mereka tidak mengetahui bahwa mereka telah terkena virus ghurur yang membahayakan, sehingga tidak mencoba untuk secepatnya mengobati penyakit itu, penyakit ghurur ini menyerang dengan cepat sehingga si penyakit mati dari rasa harapan dan kesadaran diri kepada Allah. Seorang yang alim merasa bahwa ilmu itu adalah mulia, mengajarkannya kepada orang adalah perkara yang mulia pula, maka dia lalai dan tertipu daya dengan sibuk mengajarkan ilmu tanpa membekalkan amal ibadah dan mengamalkannya terlebih dahulu sebelum disampaikan kepada orang lain, ini adalah penyakit ghurur. Seorang yang alim merasa memiliki ilmu sehingga beliau merasa bahwa dia mesti dihormati dan disegani, ingin selalu dikedepankan dan diketengahkan, keinginannya agar seluruh perkataannya didengar, seluruh perkataannya benar, ingin diangkat-angkat dan dipuja-puja, setiap orang mesti mencium tangannya, ini adalah penyakit ghurur. Seorang ulama yang alim dengan ilmu syariat dan selalu mengamalkannya kemudian mengajarkannya kepada orang lain, tetapi beliau tidak memahami ilmu makrifat kepada Allah, dengan alasan bahwa tidak ada ilmu tersebut, maka ini juga bahagian orang yang memiliki penyakit ghurur. Seorang yang berhasil mengamalkan ilmunya, menjauhkan anggota tubuhnya dari segala maksiat, melaksanakan segala amalan taat, tetapi lupa membersihkan dirinya dan hatinya dari segala maksiat hati seperti hasad, riya', takabbur, ini juga orang yang terserang penyakit ghurur. Seorang ulama yang mengamalkan segala taat dan menjauhkan segala maksiat, beliau merasa bahwa dirinya bersih dan dekat dengan Allah, maka ini juga penyakit ghurur, sebab Allah lebih mengetahui keadaan hati para hambanya. Seorang ulama yang sibuk dengan berjidal, berdebat, bukan untuk mencari kebenaran tetapi untuk mencari ketenaran dan kehebatan, bila mampu mengalahkan lawan maka dia tergolong orang yang hebat dan alim, ini juga tergolong penyakit ghurur. Seorang ulama yang selalu berdakwah dan berceramah dengan menyampaikan untaian kata-kata yang indah, dapat menarik perhatian para pendengar, sehingga mendatangkan peminat-peminat yang banyak, pengikut yang setia, lupa dengan tujuan dakwah yang sebenarnya, sibuk hanya mencari ketenaran dan nama, penyakit ini juga tergolong ghurur. 
                                                                  
2. Golongan Abid. Pentas ibadah juga dapat membawa seseorang tertipu daya dengan diri sendiri sehingga bukan menjadikan diri semakin dekat dengan Allah bahkan membuat diri menjadi jauh, di antara misal-misalnya: Seseorang yang sibuk dengan ibadah-ibadah sunnah dan fadhilah tetapi melupakan dan meninggalkan ibadah-ibadah wajib, sibuk melaksanakan shalat malam tetapi meninggalkan shalat subuh karena ketiduran dan kelelahan ketika waktu malamnya. Seseorang yang sibuk mengambil wudhu' dan berlebih-lebihan di dalam membasuhnya disebabkan was-was yang datang di dalam hati mengkhabarkan bahwa wudhu'nya tidak sah, penyakit was-was yang menimpa pada setiap ibadah merupakan bahagian ghurur juga. Seseorang yang terlalu sibuk membaca al-Qur'an sehingga dia khatamkan hanya sehari satu malam saja, tetapi tanpa memikirkan dan memahami segala makna-maknanya, sehingga menghasilkan pemahaman dan pengertian yang benar. Seseorang yang sibuk dengan puasa setiap harinya, tetapi lidahnya selalui menceritakan aib orang lain, tidak pernah menjauhkan hatinya dari riya' dan penyakit-penyakit hati, puasanya selalu dibuka dengan makanan-makanan yang haram. Seseorang yang menunaikan ibadah haji hanya karena ingin digelar dengan haji, tidak mengikhlaskan diri untuk melaksankan amal ibadah haji tidak meninggalkan segala kejahatan-kejahatan, melaksanakan ibadah haji agar dipandang orang dan dianggap orang kaya. Seseorang yang mengamalkan ibadah sunnah dan fadhilah merasakan ibadah tersebut nikmat dan lezat, mendapatkan kekhusukan, tetapi jika melaksanakan ibadah yang wajib dan fardhu tidak merasakan kenikmatan dan kekhusukan. Seseorang yang melaksanakan zuhud dan ibadah, bertobat dan berzikir, merasakan bahwa dia telah sampai kepada derajat kezuhudan, telah sampai kepda derajat makrifah kepada Allah, padahal hatinya masih tersimpan segudang kecintaan terhadap dunia, mengharap pangkat dan kedudukan, mengharap pujian dan penghormatan.                               

3. Golongan orang yang mengaku sufi. Seseorang yang mengaku sufi, menggunakan pakaian-pakaian tertentu, bergaya dengan gaya ulama-ulama sufi, berzikir dan menganggap diri telah sampai kepada Allah, menganggap mendapat ilham dan kasyaf. Seorang yang mengaku sufi, merasa telah berbuat zuhud dan wara', memakai pakaian yang usang dan bau, mementingkan bersih hati, tetapi segala anggota tubuh kotor dengan maksiat dan dosa. Seseorang yang mengaku sufi, tetapi tidak mengikuti jalan para ulama-ulama pembesar sufi seperti Imam Junaid dan yang lainnya, mengaku telah sampai kepada fana' fillah dan baqa fillah, tidak menjadikan al-Qur'an dan sunnah sebagai pegangan, menghina syariat dan memuja-muja hakikat.   
                                                                                                
4. Golongan orang yang memiliki harta dan orang yang tertipu daya dengan dunia. Seseorang yang menganggap bahwa harta dan duitnya yang mampu menyelamatkannya dan memuliakannya di permukaan dunia ini, harta merupakan pujaan dan ketinggian, memiliki harta berarti memiliki kebesaran dan kesenangan yang hakiki, sehingga lupa membayar zakat, menyantuni orang miskin, berbuat sesuka hatinya. Seseorang yang membangun masjid, menyantun anak yatim, membantu korban bencana alam, tetapi ingin dipuji dan dibesar-besarkan kebaikannya, agar orang menyanjungnya dan menggelarnya seorang yang dermawan. Masih banyak lagi misal-misal penyakit ghurur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar