Minggu, 10 Mei 2020

Cerita singkat antara "Wahabi" dengan "Asy'ariy" debat tentang "dimana Allah" ?

Suatu hari ada salah seorang Asy'ariy ingin menantang "Wahabi" untuk membuktikan bahwa Allah ada di atas Arsy

Asyariy :, mengapa firqohmu itu berkeyakinan bahwa Allah itu bertempat, berarah, berada di atas Arsy??.. padahal Allah berfirman 
ليس كمثله شيء وهو السميع البصير..
Tidak ada yang serupa denganNya sedikitpun.. anggapan bahwa Allah bertempat, bersemayam itu merupakan perkara yang dilarang, karena itu merupakan bentuk tasybih terhadap makhluk. Dan perkara yang menyerupai dengan makhluk harus ditanzih, karena itu tidak pantas bagi Allah.

"Wahabi"; kami mengimani sebatas apa yang dikabarkan oleh Allah baik yang termaktub dalam Al Qur'an atau yang di sampaikan oleh RasulNya. Allah sendiri yang mengatakan bahwa Ia berada di atas Arsy..

Asyariy : apa dalilnya..

"Wahabi" : banyak, diantaranya
الرحمن على العرش استوى
Ar-Rahman bersemayam di atas Arsy,
Kemudian apa dalilnya Allah tidak bertempat,..?.. karena menetapkan sifat Allah harus membutuhkan dalil.

Asy'ariy : tidak ada dalilnya, 

"Wahabi" : terus mengapa ente lebih memilih menetapkan sifat Allah tanpa dalil yang jelas, malah membuat kesimpulan sendiri,..

Asyariy : justru itu, kita tidak boleh menetapkan sifat yang menyerupai makhluk..
kata "bersemayam di atas Arsy", sejatinya telah menyamakan Tuhan dengan makhluk. itu merupakan penghinaan bagi Allah karena menyamakan dengan makhlukNya

"Wahabi" : terus.. kamu gmn memaknai 
استوى على العرش  ??

Asy'ariy : Kata istawa memiliki 15 makna diantaranya adalah bersemayam, matang, menguasai dan yang lainnya, akan tetapi makna yang paling pantas buat Allah adalah menguasai, sedangkan yang lainnya adalah bentuk penghinaan terhadap Allah.. maka harus kita takwil dengan kata istawla (menguasai).

"Wahabi" : sesuai dengan Aqidah kami kita tidak diperkenankan untuk menakwil sifat Allah, karena kita adalah makhluk yang lemah. Maka kita maknai secara dhohir makna saja tidak menakwilkannya dan menyerupakannya dengan makhluk serta menyerahkan makna hakikatnya  kepada Allah subhanahu wataala.

Asyariy : bohong ente, kalo ente cuman memaknai secara dhohir makna.. ente harusnya berkeyakinan bahwa Allah bersama para hambaNya dimanapun hambanya berada, Allah lebih dekat dari pada urat nadi hambaNya, Allah menjadi kaki hambaNya, Allah menjadi tangan hambaNya..

"Wahabi" : emang apa dalilnya..

Asy'ariy : Banyak..
والله معكم أينما كنتم 
إن الله مع الصابرين
ونحن أقرب إليه من حبل الوريد

فإذا أحببتُه كنتُ سمعَه الَّذي يسمَعُ به ، وبصرَه الَّذي يُبصِرُ به ، ويدَه الَّتي يبطِشُ بها ، ورِجلَه الَّتي يمشي بها. (الحديث)
Harusnya setelah ini ente taubat, karena ente berkeyakinan Allah ada dimana mana, Allah lebih dekat dari urat nadi seorang hamba, Allah menjadi telinga, mata, tangan, kaki.

"Wahabi" : (terdiam sejenak).. hmm iya juga ya.. tapi bro, ada ayat dalam Al-Qur'an yang menjelaskan bahwa ma'iyah Allah itu bukan berarti Allah dekat dengan Hambanya secara DzatNya, melainkan yang bersama dengan hambaNya adalah penglihatan dan pendengaranNya.

Asyariyah : nah.. itu berarti kamu harus menakwilkan makna "istawa" juga harusnya, karena makna dhohir "istawa" itu bentuk penyerupaan terhadap makhlukNya. Mengapa ente menakwilkan ma'iyah Allah akan tetapi tidak menakwilkan "istawa"..

"Wahabi" : (iya juga ya).. kemudian lanjut menjawab..ya karena ayat tentang ma'iyah Allah itu ada ayat lain yang menjelaskannya dalam Al-Qur'an. Jadi Allah sendiri yang menjelaskan apa yang dimaksud ma'iyahNya.. yaitu...
إنني معكما أسمع وأرى
Sesungguhnya Aku bersama kalian berdua, Aku Mendengar dan Aku melihat.

Yang dimaksud maiyah Allah adalah Allah mendengar dan melihat.. karena ada ayat yang menjelaskannya..

Sekarang tak balik nanya, apakah dalam Al-Qur'an Allah sendiri yang menyatakan bahwa kata "istawa" maknanya menguasai.. kalau ada tolong kasih tau ana.

Asyariyah :.. pet... ... (Diam sejenak)..kemudian jawab...tidak ada dalam Al-Qur'an. melainkan kita takwilkan dengan pendekatan bahasa Arab.  Karena Al Qur'an diturunkan dengan bahasa Arab. Jadi segala sesuatu yang dinilai menyerupai makhluk، kita tanzih dengan menakwilkan maknanya kepada yang lebih pantas untuk Allah yang Maha kuasa, makna "menguasai" paling pantas dari pada makna yang lainnya.

"Wahabi" : ok. Nte  menganggap bahwa segala sesuatu yang berpotensi pada tasybih maka harus ditanzih dengan menakwilkannya.. oke... Terus apa pendapat ente bahwa Allah  Maha Mendengar, Maha melihat..??
Harusnya jika ente meyakini bahwa segala sesuatu yang berpotensi tasybih harus ditanzih, maka ente juga harus menakwil, atau bahkan men-tanzih sifat Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui. Karena itu merupakan sifat yang dimiliki makhlukNya.

Asyariyah : (dengan tegas menjawab).. berbeda antara fi'il dan Dzat Allah...

Kalo ente (Wahabi) pasti berkeyakinan bahwa Allah mempunyai Jism Seperti makhlukNya, tangan, kaki, dan sebagainya.. maka itu merupakan penisbatan terhadap Dzat Allah.. karena bagaimanapun juga itu dapat berpotensi kepada tasybih, 

"yang terbesit di otak kita ketika disebutkan tangan Allah pasti yang terbayang adalah tangan makhlukNya, maka Tajsim adalah haram hukumnya wal 'iyadhu Billah".

Berbeda dengan menetapkan fi'il kepada Allah.. karena tidak akan terjerumus ke dalam lubang tajsim yang mengantarkan kepada tasybih..

"Wahabi" : oke.. ente bilang bahwa "boleh menetapkan fi'il" bagi Allah karena tidak akan terjerumus ke dalam lubang tasybih, kemudian mengapa ente men-tanzih sifat bersemayamnya Allah di atas Arsy dan menakwilnya dengan "menguasai" (padahal tidak ada satu Nash pun yang menafsirkan kata "istawa" dengan "istawla").malahan  bersemayam dan menguasai kedua-duanya adalah fi'il bukan Dzat.

Asyariyah : karena zaman sekarang ini manusia tidak seperti zaman para ulama salaf yang memiliki kemampuan bahasa arabnya masih bagus.. sehingga dikhawatirkan adanya penisbatan makna yang tidak pantas bagi Allah, makanya kita takwil dengan makna "menguasai", karena itu lebih pantas bagi Allah dari pada ke 15 makna lainnya..

"Wahabi" : (agak kesal).. seraya bertanya... Apakah ente lebih faham daripada Allah atas makna "istawa" tersebut.. sehingga memaknainya dengan "menguasai".. bisa saja Allah memang ingin menerangkan bahwa Ia bersemayam bukan menguasai.. kalaupun ada Nash yang menerangkan bahwa makna tersebut berarti "menguasai" kami pasti meyakininya..karena tidak ada satu Nash pun yang menjelaskan makna "istawa".

Asyariyah :.. ya sudah kalau begitu apa makna "istawa alal Arsy" menurutmu..

"Wahabi": kita memaknai sesuai dhohir maknanya saja tanpa takwil, tanpa ta'thil, tanpa tasybih, tanpa takyif.. yaitu "Allah bersemayam di atas Arsy" disertai dengan TANZIH yaitu bahwa bersemayamnya Makhluk berbeda dengan bersemayamnya Allah.. dan TAFWIDH.. dengan menyerahkan makna bersemayam yang sesungguhnya kepada Allah....

Asyariyah : penisbatan "bersemayamnya Allah di atas Arsy" adalah bentuk tasybih..

"Wahabi" : katamu kalau fi'il tidak mengapa.. karena itu tidak mengantarkan pada tajsim.. ya kan ????.. sebagaimana sifat mendengarnya Allah.. itu tidak mengapa kita nisbatkan karena tidak mengantarkan pada tajsim.. konsekuensinya kamu harus meyakini bahwa "Allah bersemayam di atas Arsy" karena bersemayam juga termasuk fi'il..

Asyariyah : (mulai emosi...) ..makna menguasai lebih pantas dari pada bersemayam.. titik.. 

"Wahabi" : menguasai juga perbuatan manusia.. manusia juga bisa menguasi contoh.. menguasai kerajaan, menguasai wilayah dan sebagainya..

Asyariyah : beda "menguasainya Allah" dengan "menguasainya manusia".. jelas beda ..Allah yang menguasai alam semesta ini.. manusia tidak ada apa apanya ketimbang kekuasaan Allah.. manusia cuman mendapat secuil kekuasaan dari Allah..

"Wahabi" : (agak emosi)... Allah juga bersemayam.. Makhluk juga bersemayam.. akan tetapi jelas beda antara bersemayamnya Allah dengan bersemayamnya manusia..

Asy'ariyah:.............-#+#)$)"!$;#(#(#)$)$!$.......

Demikian terus berlanjut.. dan pada intinya baik Asy'ariyah atau "Wahabi" tetap saja pemahaman mereka terhadap ayat "istawa" bermuara pada tasybih kepada makhluk..

Diskusi kemudian dilanjutkan..

Asyariyah : Asy'ariyah bukan hanya berpendapat harus ditakwil seperti itu  saja,
 melainkan ada dua metode takwil yaitu metode takwil ijmali dan tafshili adapun ulama salaf mereka menggunakan metode takwil ijmali, sedangkan ulama khalaf(kontemporer) lah yang membuat metode takwil tafshili.. 

Takwil ijmali berarti menetapkan sifat Allah dengan cara berhenti pada  lafadznya.. disertai  men-tanzih, yaitu  menjauhkan sifat yang mnyerupai dengan sifat makhluk, dan men-tafwidh yaitu menyerahkan maknanya kepada Allah..

Sedangkan takwil tafshili.. berarti menetapkan sifat Allah dengan cara menakwilkannya dengan makna yang dirasa lebih pantas untuk Allah subhanahu wata'ala..

Adapun kebanyakan pemahaman pengikut faham Asy'ariy yang sekarang ini menggunakan metode ulama kholaf dari pada ulama' salaf.

"Wahabi" : sejatinya kami "Wahabi" juga menggunakan metode ulama salaf kalian.. yaitu TANZIH dan TAFWIDH.. 

Men-tanzih makna dhohir yang menyerupai makhluk, berarti kita tidak menyerupakan istiwa' Allah dengan istiwa'nya makhluk, sebagaimana kalian juga tidak menyamakan menguasainya Allah dengan menguasainya makhluk, 

"Perbedaanya adalah 

1.kalian tidak menggunakan ayat untuk menakwil, melainkan menggunakan pemahaman kalian sendiri dengan pendekatan bahasa. Sedangkan kami mengimaninya sesuai dhohir maknanya karena tidak ada ayat yang menjelaskan istiwa'nya Allah..

2. Kami men-TAFWIDH makna "bersemayam" pada Allah, sedangkan kalian apakah men-TAFWIDH makna  "menguasai" pada Allah..???.. aku tak tahu..

3. Ulama Asy'ariyah yang salaf.. Men-tanzih terbatas pada lafadz dan men-tafwidh kan makna hakikatnya kepada Allah. sedangkan "wahabi" Men-tanzih sebatas pada makna dhohir lafadz.. dan men-tafwidh kan makna hakikatnya kepada Allah.

Maka sampai sini fahamlah kita sebenarnya siapa yang mengikuti ulama"salaf" dan siapa yang mengikuti ulama "kholaf"..

Asyariyah : kami juga mengikuti ulama' salaf..

"Wahabi" : ya baguslah kalau begitu.. kita sama-sama mengikuti pemahaman para salafush-sholeh.... Tapi kenapa kebanyakan pengikut Asy'ariy sekarang berpemahaman Asy'ariy kontemporer..??.. padahal mereka sendiri yang mengaku pengikut salaf..

Asyariyah : aku tidak tahu.. 

Ana mau tanya lagi kalau ente berpendapat bahwa Allah bersemayam di atas Arsy, berarti Allah merupakan Dzat yang terbatas dengan ruang dong..??

Salafi : ana tidak tahu.. kita serahkan pada Allah, seperti halnya kisah Imam Malik ketika ditanya tentang istiwa' Allah,.. Imam Malik ditanya.. bagaimana Allah bersemayam..??.. Imam Malik menjawab
الإستواء معلوم والكيف مجهول والإيمان به واجب والسؤال عنه بدعة..
‌Bersemayam itu ma'lum (diketahui).. dan bagaimananya bersemayam itu tidak diketahui, beriman bahwa Allah bersemayam adalah wajib, dan bertanya mengenai istiwa'nya adalah perkara bid'ah..

Asyariyah : oohh begitu ya.. kemudian kalo Allah itu bersemayam brarti Allah itu membutuhkan tempat untuk bersemayam, sedangkan membutuhkan tempat adalah suatu bentuk perendahan karena menyerupakan dengan makhluk.

Salafi : beda antara bertempat, dengan membutuhkan tempat, Allah tidak butuh tempat, akan tetapi Allah sendiri yang mengatakan bahwa Ia berada di atas Arsy.
الرحمان على العرش استوى..
Permasalahan "bagaimana" istiwa' Allah dari.. terbatas atau nggaknya, bertempat atau tidaknya kita serahakan kepada Allah kita tak berhak untuk menetapkannya. karena akal kita tak akan sampai, dan tidak ada Nash yang menjelaskan bahwa Allah terbatas atau nggak.. maka kita cukup sampai pada makna dhohir saja..

 Yang aneh justru para pengikut Asy'ariy yang mengatakan "Allah ada tanpa tempat", tapi sejatinya mereka menetapkannya tanpa dalil cuman kesimpulan mereka saja..

Asyariy : kalau memang benar Allah itu di atas Arsy bagaimana dengan ayat..
أأمنتم من في السماء أن يخسف بكم الأرض فإذا هي أمور..
Apakah kalian merasa aman terhadap Allah yang ada di atas langit......dan seterusnya...

Dan dengan hadits

ارحمو ا من في الأرض يرحمكم من في السماء..
Sayangilah yang ada dibumi, niscaya Yang ada dilangit menyayangi mu.

 Yang bener Allah itu di langit apa di atas Arsy...???.....

Salafi: Yang pertama, sebenarnya dua  Nash itu menunjukan bahwa Allah berada diatas segala makhluknya, bukan berarti Allah ada tanpa tempat..
Huruf "fi" bukan berarti "di" melainkan berarti "di atas"...
Yang ke dua.. kedua Nash tersebut justru menguatkan bahwa Allah bersemayam di atas Arsy... 
 Allah lebih tinggi dari pada yang lainnya sebagaimana yang dijelaskan pada hadits Nabi mengenai Isro dan miroj yang menjelaskan bagaimana penduduk langit, Baitul ma'mur, dan sidrotul Muntaha... Yang dimana semua itu berada di atas langit..
Allah berfirman : 
والبيت المعمور
ولقد رءاه نزلة أخرى # عند سدرة المنتهى..

Dijelaskan pula bahwa Arsy dijunjung oleh delapan malaikat، dan malaikat adalah penduduk langit.

والملك على أرجائها ويحمل عرش ربك فوقهم يومئذ ثمنية...

Kesimpulannya dari sini dapat kita ketahui bersama bahwa ke dua ayat yang ente bawakan tadi merupakan penguat ayat 
الرحمان على العرش استوى..

Asyariy : iya juga ya bro.... Ente ngaji di mana sih ???

Salafi : ke ustadz "wahabi" dong... 

Akhirnya mereka berdua ketawa bersama-sama.....

Hahahahahahahaha-hahahahahahahahaha..

Dari sini kawan-kawan dapat kita simpulkan bahwa siapa yang sebenarnya patut menyandang nisbah "salafi".. adapun para pengikut Asy'ariy sekarang mereka labih condong ke ulama kholaf, adapun salafi mereka tetap menjaga prinsip mereka yang mengikuti ulama-ulama salaf...

Kalau Asy'ariy setelah membaca ini tidak percaya juga kalau Allah berada di atas Arsy coba tafsirkan semua ayat atau hadits yang menjelaskan bahwa Allah ada di atas langit.. dan di atas Arsy...

Selamat mencoba

Anonymous..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar