Jika ada orang yang meninggal karena minum oplosan, bagaimana menghikmatinya? Kalau ada kejadian seperti itu, cara berpikir kita secara spiritual adalah mungkin dengan cara seperti itu Tuhan tidak ingin memperpanjang kekeliruan orang yang bersangkutan. Dengan begitu, potensi kekeliruannya disetop. Dipungkasi. Dan kita tak perlu menjadi hakim bahwa itu kematian yg buruk. Kita tidak pernah tahu posisi orang itu dihadapan Tuhan.
.
Kalau ada orang yang meninggal dunia karena kecelakaan pesawat, lalu ada orang yg selamat karena terlambat naik pesawat. Secara pandangan manusiawi orang yg terlambat beruntung dan yg kecelakaan tidak beruntung. Tapi di mata Tuhan belum tentu begitu. Bisa saja semua beruntung. Yg terlambat dan selamat diberi waktu untuk menambah amal kebaikannya, sementara yg meninggal dunia dicukupkan kebaikannya.
.
Gus Baha yg saya ketahui dari ceramah-ceramah beliau, mengidap sakit. Dia berobat juga. Tapi punya kesadaran bahwa berobatnya sebagai bagian dari syariat ikhtiar. Tapi beliau tetap punya kesadaran hakikat. Karena kalau memang beliau mesti meninggal dunia karena penyakitnya, bisa jadi itu cara yang baik. Dgn rendah hati beliau berkata: Siapa tahu kehadirannya di dunia tidak baik lagi sehingga Tuhan memutuskannya kematiannya lebih baik.
.
Suatu saat Gus Baha ditanya orang. “Gus, meninggal hari Jumat itu baik ya…”
.
“Ya baik. Meninggal di hari lain juga baik.”
.
“Ya, Gus. Tapi kan Nabi yang bilang bahwa meninggal dunia hari Jumat itu baik.”
.
“Ya, tapi Nabi meninggalnya tidak di hari Jumat.”
.
Menurut Gus Baha , itu menunjukkan bahwa Nabi itu nabi bagi semua orang. Hikmahnya adalah semua orang yg meninggal di hari selain hari Jumat tidak perlu disikapi sebagai hal yg tidak baik.
.
Tidak perlu berlebihan menilai manusia. Tugas manusia bukan menilai sesama manusia. Manusia bukan hakim bagi manusia lain. Apalagi menghakimi hal yg sangat sakral itu dgn kata-kata seperti azab dan hukuman Tuhan. Padahal kita tak tahu apa-apa tentang salah satu misteri terbesar manusia: kematian. Dan tak perlu merasa paling mengerti cara berpikir Tuhan. Memangnya kita ini siapa?
.
Oleh @puthutea
Fb ; sejarah para ulama dan karomahnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar