Penjelasan Dari Ustad Abdi Kurnia Djohan :
Banyak yang harus dibantah dari postingan foto di bawah ini:
1. Yang mengisi ta'lim resmi di Masjid Nabawi adalah mereka yang mendapat tugas dari Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia. Tentu saja, tugas dari Pemerintah itu diberikan kepada warga negara Saudi atau orang asing yang memiliki iqomah (semacam green card) dari pihak Imigrasi Saudi Arabia. Ini juga menjawab pertanyaan Ust Firanda itu Warga Negara mana sebenarnya? Jika dia Warga Negara Indonesia mengapa dia bisa mempunyai akses ke posisi strategis di Saudi Arabia? Tentu, kita semua tahu siapa saja yang mempunyai kemampuan akses ke tempat-tempat strategis di Luar Negeri jika dia bukan diplomat atau tokoh dunia.
Kalau hanya pemberi materi halaqoh biasa yg melayani jamaah haji, tidak perlu diberi keterangan berlebih-lebihan.
2. Peserta ta'lim dari ustad yang fotonya ada di atas tidaklah mencapai jumlah 5 juta. Daya tampung Masjid Nabawi tidaklah mencapai angka 5 juta jamaah. Masjidil Haram yang luasnya lebih besar daripada Masjid Nbawi saja daya tampungnya tidak mencapai angka 5 juta jamaah.
Yang saya lihat, jumlah peserta halaqoh sang ustadz tidak mencapai angka jutaan. Yang terlihat secara konsisten hanyalah puluhan. Jika terlihat banyak, itu hanya orang yang datang dan pergi.
Halaqoh di Masjid Nabawi jumlahnya banyak. Yang pesertanya lebih banyak dari sang ustadz, sangat banyak. Jika dikatakan bahwa banyak jamaah haji Indonesia yang mendengarkan kajiannya di Nabawi, jumlahnya tidak mencapai 180 ribu jamaah haji.
3. Jika dikatakan bahwa dzurriyyah Rosul (keturunan Rosul) hanyalah upaya mengaku-ngaku, maka yang menuduh seperti itu tengah menjelaskan kebodohannya di hadapan publik. Sejak masa Kekhalifahan baik kekhalifahan khulafaur rosyidin hingga kekhalifahan dinasti, pengakuan terhadap keturunan Rosulullah itu sudah diberikan umat. Cukup banyak bukti untuk menunjukkan itu semua. Keberadaan lembaga pencatat Naqabatul Asyrof di Madinah al-Munawwarah yang menghimpun data keturunan Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husain radhiyallahu anhum adalah bukti. Menuduh Habib Umar mengaku-ngaku sebagai keturunan Rasul merupakan di antara bentuk sikap nawashib (membenci seluruh keturunan Rasulullah). Padahal, pendiri gerakan Wahabi, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab pun mengakui bahwa ada keturunan Rasulullah hingga hari ini.
4. Lalu, kenapa para ulama keturunan Rasulullah tidak mengajar di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi? Hahaha ente emang ketinggalan kereta bos. Sebelum tahun 2000-an yang disebut era hoax wal fitnah ini, para ulama keturunan Rasulullah sudah mengajar di kedua tempat suci sebelum dikeluarkan pelarangan di era rezim Raja Fahd sampai sekarang.
Sayyid Alwi bin Abbas al-Maliki, Sayyid al-Musawa al-Falimbany dan Sayyid Dr. Muhammad bin Alwi bin Abbas al-Maliki merupakan ulama keturunan Rasulullah yang pernah mengajar di Haramain. Sebelum akhirnya Lajnah Daimah mengeluarkan rekomendasi kepada pihak Kerajaan untuk melarang para ulama alawiyyin menyampaikan pengajaran Islam. Demikian pula, Habib Zein bin Sumaith, Mufti Syafi'iyyah Madinah pernah membuka halaqoh di Masjid Nabawi sebelum akhirnya sekarang beliau dilarang menyampaikan pengajaran Islam di sana.
Pelarangan kepada para ulama keturunan Rasulullah itu sifatnya politis. Demikian juga, penolakan para ulama Saudi saat ini terhadap dzurriyyah (keturunan) Rasulullah juga sifatnya politis.
Allahuma sholi 'ala sayidina Muhammad nabiyil umiyi wa'alihi wa shohbihi wa salim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar