Berikut ini adalah nasehat Habib Ahmad bin Umar bin Sumaith (pembaharu Islam abad kedua belas hijriyah) ihwal tips mudah menggapai ilmu dan segala kebajikan,
Setiap orang sebenarnya memendam ilmu. Akan tetapi ilmu itu seperti ladang, apabila diolah maka kelihatan hasilnya. Ilmu ibarat biji kurma. Terkadang berserakan kemudian dimakan hama hingga musnah intisarinya. Terkadang pula disemai di ladang sampai tumbuh menjadi kurma, berbuah dan akan terus berbuah sampai mati.
Orang yang menimba ilmu kepadamu (Syekh Muhammad Abdun) terbagi ke dalam tiga golongan: Pertama, mereka yang hanya ingin belajar tulisan saja. Tujuan seperti ini sifatnya duniawi. Oleh karena itu peringatkan mereka dan buat perjanjian dengan mereka agar tidak berbuat demikan. Apabila tidak, maka dirimu akan mendapat bagian dari dosa mereka seperti yang dikatakan Imam Ghazali, “Gurumu adalah sekutumu.” Ajarkan kepada mereka mengenai bahaya tulisan sebelum kamu benar-benar mengajari mereka. Sungguh tulisan itu sangat mengkhawatirkan di akhir zaman. Tulisan yang baik hanyalah yang menganjurkan takwa, wara’ dan takut kepada Allah SWT. Seandainya tulisan itu baik secara mutlak, mengapa Baginda Nabi SAW diutus tanpa memiliki kemampuan menulis?
Golongan kedua, mereka yang hanya ingin belajar membaca Al-Quran saja. Mereka tak memiliki keinginan untuk memahami makna-makna serta maksud-maksud yang terkandung di dalam Kalamullah. Mereka adalah penduduk zaman sekarang. Kebanyakan orang semangatnya hanya demikian.
Golongan ketiga adalah mereka yang ingin mempelajari maksud-maksud serta makna-makna Al-Quran. Berilah mereka pemahaman, ujilah mereka terlebih dahulu manakala mereka datang kepadamu, kemudian bersemangatlah dan bergiatlah bersama mereka.
Pada dasarnya manusia adalah benih kebaikan dan kejahatan. Apabila ia diguyur dengan hujan kebaikan, maka sifat baiknya bakal tumbuh. Sebaliknya, apabila ia diguyur dengan hujan kejahatan, maka sifat jahatnyalah yang akan tumbuh. Hujan kebaikan adalah majelis-majelis yang baik, sementara hujan kejahatan adalah perkumpulan orang-orang jahat. Jadi manusia itu sangat bergantung pada pergaulannya.
Takkan dapat meraih ilmu kecuali orang yang hatinya dilapangkan oleh Allah SWT. Sesungguhnya orang yang hatinya lapang akan merasa mudah menyerap ilmu dan ia merasa nikmat dengan ilmu. Sebagian ulama mengaku bahwa harta yang diinfakkan untuk minyak lampu (yang digunakan untuk membaca) lebih banyak dari pada harta yang ia infakkan untuk keperluan minumnya sendiri. Dengan ikhtiar inilah mereka berhasil menjadi ulama. Dengan hati yang lapang seseorang akan memperoleh kebaikan-kebaikan yang agung. Sebaliknya, hati yang sempit akan mengantarkan seseorang menjadi pribadi yang jahat. Mohonlah kepada Allah SWT agar anda memiliki hati yang lapang. Segala bentuk kebaikan ada di dalam hati yang lapang. Oleh sebab itu, perbanyaklah membaca surat Alam Nashrah…Syamsul Hari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar