Kisah Imam Ghazali Tentang Lelaki Yang Pura-Pura Tawadhu
Dalam kitab Minhajul Abidin, Imam Al-Ghazali pernah berkisah,
Ada satu kisah tentang orang yang suka berpura-pura rendah hati, shaleh dan berilmu. Nama orang itu adalah Fardaq as-Sabakhiy. Suatu hari ia bertamu ke rumah Imam Hasan al-Bashri dengan mengenakan baju yang berbahan kain kasar. Sementara itu, Imam Hasan al-Bashri mengenakan pakaian yang bagus.
Fardaq as-Sabakhiy memegang pakaian Imam Hasan al-Bashri dengan maksud menyindir. Maka Imam Hasan al-Bashri berkata kepadanya, “Ada apa dengan bajuku? Bajuku ini adalah baju penduduk surga, bagus. Sedangkan bajumu itu adalah baju penduduk neraka, kasar. Konon, sebagian penduduk neraka memakai baju yang kasar, akan tetapi hati mereka penuh sombong.”
“Zuhud mereka hanya di luar saja, sedangkan hati mereka penuh rasa sombong,” demikian tegas Imam Hasan al-Bashri.
Memang, terkadang orang yang mengenakan pakaian kasar lebih sombong daripada orang yang mengenakan pakaian yang rapi dan bagus.
Karena itu, Imam Dzun Nun al-Mishri merajut syair,
Mereka mengaku sebagai sufi, akan tetapi sombong dengan pakaian kasar, karena bodoh
Memang banyak orang memakai baju kasar, tapi hanya untuk menghias diri
Ia ingin dianggap sebagai orang rendah hati, akan tetapi yang tampak pada dirinya adalah sombong
Ia menjalani tasawuf supaya dinilai bisa dipercaya
Padahal ia melakukan itu dengan tujuan tertentu
Ia melakukannya bukan karena Allah, melainkan dalam rangka mencari cara untuk berbuat khianat
Oleh karena itu, hendaknya orang yang ingin beribadah dengan sebenarnya, ia harus waspada terhadap empat sifat buruk berikut: panjang angan, tergesa-gesa, dengki dan sombong. Yang paling utama untuk dihindari adalah sombong. Ketiga sifat yang lain akan menarik seseorang untuk berbuat maksiat. Adapun sombong, sifat ini bisa membawa seseorang menjadi kufur dan melakukan kejahatan.
Seperti halnya kisah Iblis. Ia menggoda Nabi Adam AS kerena terdorong sifat sombongnya. Ia pun menjadi kufur karena perbuatannya.
Ringkasnya, apabila seseorang berpikiran sehat, maka ia akan menyadari bahwa dunia tidaklah kekal. Manfaat dunia tidak berarti bila dibandingkan dengan bahaya dan tuntutannya kelak. Dunia mengakibatkan badan lelah, membuat hati bimbang dan ragu, mendatangkan siksa yang sangat pedih di akhirat kelak. Sungguh, manusia tidak akan sanggup menanggungnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar