Maulana Syaikh Ali Jum'ah (Al-Azhar) :
Benarkah Rasulullah saw. Hidup di alam kubur? Adakah pengaruhnya terhadap realitas kehidupan?
Hal pertama yang harus kita ketahui tentang arti kematian ialah bahwa apabila yang dimaksud adalah Rasullah saw. tidak berpindah dari alam dunia dan tidak dicabut ruhnya maka tentu pemahaman tersebut harus diluruskan sebagaimana justifikasi dua ayat al-Quran yang artinya ;
"Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad); Maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal?"(Al-Anbiyâ:34)
Dan "Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula)"(Al-Zumar :30).
Bertolak dari ayat diatas, maka kita mengetahui bahwa wafatnya Rasulullah saw. merupakan perpindahan dari alam dunia menuju fase selanjutnya, alam kubur. Perpindahan ini bukan berarti menghilang, atau lenyap hingga putus hubungan dengan manusia, sebab beliau berpindah pada fase dimana di dalamnya merupakan kehidupan para nabi atau yang dikenal dengan kehidupan setelah kematian. Pandangan ini diperkuat dengan sabda Nabi sendiri di dalam pesannya : “hidupku adalah sebaik-baiknya untuk kalian yang kalian bisa bercakap denganku dan aku bisa bercakap-cakap dengan kalian, matiku adalah sebaik-baiknya untuk kalian yang akan diperlihatkan amal kalian kepadaku. Apabila aku melihat ia sebuah kebaikan aku akan memuji Allah, dan apabila aku melihat keburukan, aku akan memohonkan ampunan kepada Allah untuk kalian”. Beliau juga berpesan ; “tak ada hamba yang mengucapkan salam atasku melainkan Allah mengembalikan ruhku supaya akupun menjawab salam untuknya”.
Hadis ini mengindikasikan bahwa ruh dan badan Nabi masih bersambung selama-lamanya. Sebab tak satupun umat islam di dunia ini kecuali semuanya sepakat mengucapkan salam atas junjungan Nabi Muhammad saw. ditambah lagi perpindahan fase para Nabi setelah kehidupan bukanlah sama dengan perpindahan kehidupan kita. hal itu dikarenakan ruh manusia biasa -selain para nabi-tidak kembali pada jasad masing-masing yang tentunya tak akan bersentuhan antara ruh dan badannya kendati disebutkan di dalam hadis yang lain bahwa ruh manusia biasa masih bersambung dengan kehidupan nyata semisal menjawab salam dan sejenisnya. Berbeda dengan kehidupan para nabi, mereka berada di dalam fase kehidupan yang lebih sempurna dari pada sebelum dan sesudah mereka berpindah kepada alam kubur.
Dalam porsi yang sama, memang benar para nabi di dalam kuburnya masih eksis beribadah kepada Allah swt. Pernyataan ini bersumber langsung dari sabda Nabi Muhammad saw. yang diriwayatkan Anas ra. Bahwa Rasulullah saw. bersabda “pada saat isra’ mikraj, aku lewat bertemu dengan Nabi Musa a.s disamping tumpukan pasir merah, dia berdiri melaksanakan salat di dalam kuburnya”.Didalam riwayat lain juga disebutkan, “seluruh nabi hidup di dalam kuburannya dan melaksanakan salat”.
Berangkat dari redaksi hadis “di dalam kuburan"maka semakin menemukan benang merah bahwa para nabi hidup dengan jasad dan ruhnya di dalam kuburan masing-masing. Logikanya, andaikan mereka hidup bersemayam di dalam ruh saja, maka Nabi hanya akan menyebutkan tempat kehidupannya. Dengan demikian, maka dapat kita katakan bahwa mereka hidup dengan nyata di dalam kuburan sepertihalnya mereka hidup sebelum berpindah dari alam dunia. ditambah lagi jasad-jasad mereka kekal terjaga dan bumi tidak direstui menelannya . Karenanya, Rasulullah saw. mengingatkan bahwa “Allah swt. mengharamkan bumi memakan dan menelan jasad para nabi”.
Dari tambahan data ini, lagi-lagi memberi jalan terang bahwa Nabi Muhammad saw. hidup di dalam kuburannya dengan ruh dan jasadnya. Jasad beliau juga dijaga utuh sebagaimana para nabi lainnya. Beliau juga beribadah kepada Allah swt. Bersambung dengan umatnya, memintakan ampunan, memberikan syafaat serta menjawab salam dari kita semua.
Dari paparan diatas, maka bagi siapa saja yang tidak percaya dan mendustakan kehidupan Nabi saw. di dalam kuburan sama halnya mendustakan dalil-dalil Sunnah yang telah kami tegaskan, mereka yang memungkiri perpindahan hidup Nabi dari alam dunia menuju fase perpindahan berarti mengingkari pesan-pesan al-Qur’an.
Akhirnya, sebuah kelaziman kita yakini setulus hati bahwa Rasulullah saw. berpindah dari alam kehidupan -bukan lenyap sebagaimana kematian kita-, beliau hidup dan beribadah kepada Allah didalam kuburannya, menjawab salam, memberi syafaat, serta memohonkan ampunan bagi seluruh umatnya.
Like juga : Ahbab Maulana Syaikh Ali Jum'ah
Allahumma Sholli a'la Sayyidina Muhammad wa ala alihi washobihi wasalim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar