Jumat, 29 September 2017

Tanpa judul

TANPA JUDUL
Oleh : Najih Ibn Abdil Hameed*
.
Kutulis khusus untukmu, anak anakku yg sedang kuliah.
.
Pertama niat dan tujuan. Saya tidak tahu persis untuk apa dan atas pertimbangan apa kalian sekarang memilih salah satu mata pelajaran untuk didalami hingga ke perguruan tinggi. Bahkan satu mata pelajaran pilihan kamu itu akan menjadi bagian hidup tak terpisahkan darimu selamanya. Sarjana kimia, guru kimia, atau professor kimia akan menjadi cap yang melekat padamu selamanya. Begitu juga mapel lainnya.
.
Beberapa kemungkinan, tujuan kamu mempelajari memang untuk menjadi guru. Sekedar menghafal teori teori yg sudah ada lalu menyampaikan ulang kepada murid muridmu nantinya. Ini bukan ranah keilmuan namanya, tapi ranah kerja. Tidak beda dengan fakultas keahlian lain yang memang menyiapkan kader kader untuk bekerja di bidang itu.
.
Iya kalau kamu beruntung diterima saat ada lowongan bidang pilihan kamu. Jika nyatanya kamu mendapatkan profesi pekerjaan yang berbeda, rumus rumus fisika yang kamu kumpulkan bertahun tahun dengan susah payah dan biaya mahal itu, kemungkinan besar hilang tinggal kenangan. Ya saya sih tetep doakan semoga tetap manfaat ilmunya.
.
Jika tujuanmu lebih dari sekedar menjadi guru, lebih dari mencari pekerjaan (lebih tepatnya mencari penghasilan dari pekerjaan), akan tetapi ingin mengembangkan keilmuan, yang penerapannya akan berguna bagi kelangsungan hidup umat manusia, betapa luhur cita citamu. Kamu memang layak disebut calon ilmuan. Bukan sekedar calon karyawan.
.
Ilmuwan adalah mereka yang terus memutar otaknya demi mengemban sebuah misi, bukan mereka yang memimpikan kenyamanan kursi kerja, yang muaranya pada penghasilan, apalagi puas dengan gaji bulanan. Sepertinya tidak perlu sekolah tinggi untuk sekedar mencari rizki. Ratusan ribu sarjana menganggur dan jutaan manusia strata di bawahnya bisa hidup layak dan bahagia.
.
Bagi seorang muslim yang menyadari keberadannya di alam semesta ini hanyalah bagian terkecil dari ciptaan Allah, maka tidak akan ada tujuan lain dalam benaknya dalam segala aktifitas hidupnya, selain berusaha menyumbangkan seluruh  usia hidupnya yang hanya sekian detik ini (jika dibanding milyar tahun umur dunia), untuk mengemban tugas dari Allah yang telah menciptakan keberadaannya. Yaitu menjadi kholifah di bumi untuk ikut berusaha mengkondisikan lingkungan (alam dan masyarakat) sekitarnya agar selalu sesuai dengan "keinginan" (aturan) Allah, hingga ia kembali kepada Allah meninggalkan dunia dengan membawa RidhoNya.
.
Kedua, khusus untuk kamu yang mendalami sains.
.
Anakku, alam semesta raya ini telah diciptakan Allah jauh sebelum lahir ilmu sains. Allah satu satunya yang mendesain, menciptakan, mengatur, dan menjaga hingga alam semesta masih tetap bertahan dengan keteraturannya sampai hari ini. Ilmu pengetahuan atau sain adalah sekumpulan teori teori yg ditulis dari hasil pengamatan manusia terhadap keteraturan alam semesta ciptaanNya.
.
Menjadi sangat dungu ketika akhirnya kenyataan ini dibalik. Manusia selalu mengukur alam semesta dengan teori teori sains. Sehingga apapun kejadian yg berbeda dengan teori dianggap hoax. Bahkan Berita yg diceritakan oleh Allah melalui Alquran atau melalui rasulnya, harus disaring dulu dengan teori ilmu pengetahuan. Mana yg cocok, diterima, yang kurang cocok harus ditakwil (direka tafsir) agar cocok dengan teori mereka.
.
Satu contoh sederhana. Sejak pertama kali Allah menciptakan makhluk bernama api,  selalu (Allah) menjadikan benda benda yang di dekatinya menjadi panas atau terbakar, kejadian panas dan terbakar yg selalu berulang sepanjang sejarah ini, diamati oleh manusia (ilmuan), dihitung dan diteliti sedemikian rupa hingga tercetuslah teori perpindahan kalor dengan rumus rumusnya yg biasa kita pelajari di pelajaran fisika.
.
Anehnya ketika Allah bercerita bahwa Nabi Ibrahim kedinginan ketika dibakar api oleh raja kafir, serta banyak umat Nabi Muhammad saw, para wali Allah yg memiliki karomah sama, tidak mempan dibakar api, cerita cerita ini dianggap tidak logis karena tidak sesuai dengan rumus kalor.
.
Sampai banyak orang yang gara gara sekolah terlalu tinggi bidang sains, menjadi tidak percaya kepada tuhan, menjadi atheis (tidak beragama) atau minimal agnostik (beragama di KTP, tapi tidak menerima aqidah dan aturan agama).
.
Apakah salah  jika produsen pentol bakso yg sejak zaman prasejarah selalu membuat pentol berbentuk bulat, suatu hari membuatnya berbentuk balok atau bentuk hati? Apakah pembuat pentol berbentuk balok harus dibunuh hanya karena kebiasaanya membuat bakso bulat sudah terlanjur ditulis oleh konsumen dalam sebuah kamus besar bahasa, pentol adalah daging bla bla bla berbentuk bulat.
.
Seharusnya setiap atom atau  molekul alam semesta yang kamu pelajari ini, menambah keyakinamu atas kehebatan Allah, kemahakuasaanNya serta  kasih sayangNya kepada manusia. Lalu membuatmu semakin takut dan cinta kepadaNya. Menggerakkanmu semakin rajin dan ikhlas mengabdikan diri kepadaNya. Bukan justru membatasi kuasaNya dengan rumus rumusmu. Bahkan meniadakan tuhan karena menganggap alam semesta diatur oleh hukum gravitasi dan hukum hukum lainnya.
.
Titik terpenting anakku. Apakah ilmu ilmu yg kamu pelajari selama ini sudah membuatmu semakin takut kepadaNya?? Semakin berilmu semakin takut dan cinta kepadaNya? Jika tidak, entah siksa apa yg akan kamu dapatkan dari ilmumu. Sebab definisi ilmu manfaat adalah ilmu yg menjadikan manusia semakin takut kepada Allah. Tidak peduli itu ilmu agama, kitab kuning, atau ilmu pengetahuan umum, jika ia tidak membuatmu takut kepadanya, maka doakan penulis agar selamat dari ancaman hadits Nabi yg artinya " Manusia yg paling dahsyat siksanya di hari kiamat adalah orang alim yg Allah tidak menjadikan ilmunya manfaat"
.
Bojonegoro, 28 September 2017
Najih Ibn Abdil Hamid
-------
*Penulis adalah tukang ngobraki santri di Pondok Pesantren, dan tukang ngobraki guru di Sekolah Aliyah. Ayo nang masuk kelas wis bel kae lho.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar