Selasa, 28 Juli 2020

MEMPERBANYAK MENGAMALKAN SHALAWAT KEPADA NABI SAW SEBAGAI JALAN PALING DEKATMENUJU WUSHUL ILAALLAH

 Al-Allamah al-Arif Billah Syaikh Yusuf al-Nabhani, dalam kitab _Afdhal al-Shalawat_, menulis:

*أَقْرَبُ الطُرُقِ إِلَى اللهِ فِي أَخِرِ الزَمَانِ خُصُوصًا عَلَى المُسْرِفِ كَثْرَةُ الإِسْتِغْفَارِ والصَلاَةِ عَلَى النَبي صلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.*

   Thariqat (jalan/metode yang ditempuh) yang paling dekat menuju kepada Allah SWT, di akhir zaman khususnya bagi orang-orang yang berlumuran dosa, adalah dengan memperbanyak istighfar dan bershalawat kepada Nabi SAW.

   Al-Imam Al-Habib Zain bin Ibrahim bin Sumaith berkata:

*في آخر الزمان يفقد الشيخ المربي فالصلاة على النبي تقوم مقام الشيخ المربي في إيصال المريد إلى الله*
 
   Di akhir zaman, jumlah Murabbi (Pembimbing Ruhani Sejati) akan terus menyusut (berkurang), karena itu bershalawat kepada Nabi SAW, dapat dijadikan sebagai pengganti kedudukan Murabbi (Pembimbing Ruhani Sejati) bagi murid dalam mencapai wushul (sampai ke hadirat) Allah SWT.

   Syaikh Hasan al-Adawiy dalam mensyarah kitab _Dalail al-Khairat_, ia menukil dari al-Imam al-Sanusi dan Sayyidi Ahmad Zarruq sebagai berikut:

*أن الصلاة على النبي صلى الله عليه وسلم تنور القلوب وتوصل من غير شيخ.*

   Bahwasanya (seseorang yang mengamalkan) shalawat kepada Nabi SAW, dapat menerangi hati (nya) dan dapat mengantarkannya menuju wushul (sampai ke hadirat Allah SWT) tanpa seorang Syaikh (Pembimbing Ruhani).

   Al-Allamah al-Arif Billah Syaikh Yusuf al-Nabhani, dalam kitab _Sa’adat al-Darayn_, menulis:

*وَبِالجُمْلَةِ أَنَّ الصَلاَةَ عَلَى النَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تُوصِلُ إِلَى عَلاَّمِ الغُيُوْبِ مِنْ غَيْرِ شَيْخٍ. لِأَنَّ السَنَدَ وَالشَيْخَ صَاحِبُهَا لِأَنَّهَا تُعْرَضُ عَلَيْهِ وَيُصَلِّي اللهُ عَلَى المُصَلِّي. بِخِلاَفِ غَيْرِهَا مِنَ الأَذْكَارِ فَلاَ بُدَّ فِيْهَا مِنَ الشَيْخِ العَارِفِ وَإِلاَّ دَخَلَهَا الشَيْطَانُ وَلاَ يَنْتَفِعُ بِهَا صَاحِبُهَا.*

   Pada intinya, sesungguhnya shalawat kepada Nabi SAW, dapat mengantarkan pengamalkan wushul (sampai ke hadirat Allah) Dzat Yang Maha Gaib tanpa guru. Karena sanad dan Syaikh (dalam shalawat) adalah pemilik shalawat (Rasulullah SAW). Sesungguhnya shalawat diperlihatkan kepadanya serta Allah bershalawat kepada orang yang bershalawat (mushalli). Berlainan dengan (wirid) yang lain dari beberapa dzikir, yang di dalamnya harus ada Mursyid yang Arif (Billah). Jika tidak, maka setan masuk di dalam wirid/dzikir tersebut, dan tidak memberikan manfaat kepada pengamalnya.

*نقل العلامة السيد أحمد زينى دحلان في كتابه تقريب الوصول وتسهيل الوصول عن سيدي عبد الرحمن بن مصطفى العيدروس أنه ذكر في كتابه المسمى مرآة الشموس في مناقب آل العيدروس أنه يعدم المربون في آخر الزمن ويصير ما يوصل الى الله إلا الصلاة على النبي صلى الله عليه وسلم مناما ويقظة.*

   Al-Allamah al-Sayyid Ahmad Zaini Dahlan telah menukil dalam kitabnya _Taqrib al-Wushul wa Tashil al-Wushul_, bersumber dari Sayyidi Abd al-Rahman bin Musthafa Alaydrus bahwasanya ia menyebutkan dalam kitabnya _Mar’at al-Syumus Fiy Manaqib Ali Alaydrus_ bahwa untuk menemukan Murabbi (Pembimbing Ruhaniah Sejati) di akhir zaman ini sangatlah sulit, dan untuk memudahkan jalan menuju wushul (sampai ke hadirat) Allah SWT, tidak ada jalan lain kecuali dengan mengamalkan shalawat kepada Nabi SAW, baik dalam keadaan (sebagaimana) orang tidur/hati lalai maupun dengan penuh kesadaran/sepenuh hati.

   Al-Arif Billah Taj al-Din bin Athaillah al-Sakandari dalam kitabnya _Taj al-Arus al-Hawiy Li Tahdzib al-Nufus_, menulis:

*من فاته كثرة الصيام والقيام فليشغل نفسه بالصلاة على رسول الله صلى الله عليه وسلم فإنك لو فعلت في جميع عمرك كل طاعة ثم صلى الله عليك صلاة واحدة رجحت تلك الصلاة الواحدة على كل ما عملته في عمرك كله من جميع الطاعات لأنك تصلي على قدر وسعك وهو يصلي على حسب ربوبيته هذا إذا كانت صلاة واحدة فكيف إذا صلى عليك عشراً بكل صلاة كما جاء في الحديث الصحيح فما أحسن العيش إذا أطعت الله فيه بذكر الله تعالى أو الصلاة على رسول الله صلى الله عليه وسلم. من صلى عليه ربنا صلاة واحدة كفاه هم الدنيا والآخرة.*

   Barangsiapa yang (merasa dirinya) tidak memiliki amalan puasa (selain puasa Ramadhan) dan shalat malam (qiyam al-lail) yang banyak untuk menghadap Allah SWT, maka hendaknya ia memperbanyak mengamalkan shalawat dan salam kepada Nabi SAW. Dia bisa jadi termasuk orang yang beruntung jika sepanjang hidupnya dalam ketaatan beribadah, kemudian ia menerima balasan shalawat dari Allah setiap kali ia bershalawat kepada Nabi SAW, karena 1x balasan shalawat dari Allah SWT, untuknya lebih baik dari dunia dan akhirat seisinya. Apalagi ketika ia bershalawat kepada Nabi SAW, 1x dibalas dengan shalawat dari Allah sebanyak 10x sebagaimana dijelaskan dalam hadis yang shahih bahwa, “Tidak ada kehidupan yang lebih baik jika dibandingkan dengan ketika Allah SWT, menjadikannya istiqamah dalam berdzikir atau bershalawat kepada Rasulullah SAW, (karena) barangsiapa yang mendapatkan balasan shalawat dari (Allah SWT) Tuhan kita 1x saja itu lebih baik dari dunia dan akhirat.”

   Dalam kitab _al-Anwar al-Qudsiyah_, bab Sanad al-Qaum, dijelaskan sebagai berikut:

*أَنَّ جَمَاعَةً بِبِلاَدِ اليَمَنِ لَهُمْ سَنَدٌ بِتَلْقِيْنِ الصَلاَةِ وَالسَلاَمِ عَلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَاَلِهِ وَسَلَّمَ فَيُلَقِّنُونَ المُرِيْدَ ذَالِكَ, وَيَشْغِلُونَ بِالصَلاَةِ عَلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَاَلِهِ وَسَلَّمَ, فَلاَ يَزَالُ مِنْهَا حَتَّى يَصِيْرَ يَجْتَمِعَ بِالنَبِيْ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَاَلِهِ وَسَلَّمَ يَقَظَةً وَمُشَافَهَةً. وَيَسْاَلُهُ عَنْ وَقَائِعِهِ كَمَا يَسْاَلُ المُرِيْدُ شَيْخَهُ فِي الصُوفِيَةِ. وَأَنَّ مُرِيْدَهُمْ يَتَرَقَّي بِذَالِكَ فِي أَيَّامٍ قَلاَئِلَ. وَيُسْتَغْنَى عَنْ جَمِيْعِ الأَشْيَاخِ بِتَرْبِيَتِهَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَاَلِهِ وَسَلَّمَ.*

   Sesungguhnya di Yaman terdapat Jama’ah Shalawat, di mana para murid pengamal shalawat memiliki sanad shalawat dengan talqin (ijazah) shalawat kepada Rasulullah SAW. Para Mursyid mentalqin murid dengan talqin shalawat. Para murid menyibukkan diri dengan memperbanyak mengamalkan shalawat kepada Rasulullah SAW. Mereka tidak henti-hentinya dengan shalawat tersebut hingga dapat berkumpul bersama dengan Nabi SAW secara jaga dan tatap muka. Mereka menanyakan kepada (Nabi SAW), tentang keadaan mereka sebagaimana murid bertanya kepada Gurunya dalam ilmu tasawuf. Dan murid tersebut dapat naik (keimanannya) dalam waktu yang tidak lama. Para murid tidak membutuhkan Guru Ruhani lagi, disebabkan mendapat pendidikan langsung dari Rasulullah SAW.

   Al-Syaikh al-Imam al-Arif Billah Abd al-Wahab al-Sya’raniy dalam _“al-Yawaqit Wa al-Jawahir”_ dan _“al-‘Ahud al-Muhammadiyyah,”_ menulis:

*واعلم يا أخي أن طريق الوصول إلى حضرة الله من طريق الصلاة على النبي صلى الله عليه وسلم "من أقرب الطرق." فمن لم يخدم النبي صلى الله عليه وسلم الخدمة الخاصة به وطلب دخول حضرة الله فقد رام المحال. ولا يمكنه حجاب الحضرة أن يدخل وذلك لجهله بالأدب مع الله تعالى. فحكمه حكم الفلاح إذا طلب الاجتماع بالسلطان بغير واسطة فافهم.*

   Ketahuilah wahai saudaraku! Bahwasanya jalan yang engkau tempuh untuk bisa sampai (wushul) ke hadirat Allah SWT, melalui Shalawat kepada Nabi SAW, adalah salah satu jalan yang paling dekat. Siapa gerangan yang tidak menghidmahkan dirinya secara khusus kepada Baginda Nabi, kemudian dia berangan-angan untuk dapat masuk ke Hadhratillah, maka sungguh mustahillah angan-angannya itu (dapat terwujud). Tidak mugkin (Malaikat) para penjaga Hadratillah mau mempersilahkan dia masuk disebabkan ketiadaan adabnya kepada Allah Ta’ala. Sama halnya dia itu seperti seorang petani yang ingin bertemu langsung dengan Raja tanpa melalui perantara khusus (orang-orang dekat) Sang Raja, maka fahamilah hal ini.

   Dalam kitab _Lawaqih al-Anwar al-Qudsiyyah_, al-Imam al-Arif Billah Abd al-Wahhab al-Sya'rani ra., juga menulis:

*فإن أكثرت من الصلاة والسلام عليه صلى الله عليه وسلم فربما تصل إلى مقام مشاهدته صلى الله عليه وسلم، وهي طريق الشيخ نور الدين الشوني، والشيخ أحمد الزواوي، والشيخ محمد بن داود المنزلاوي، وجماعة من مشايخ اليمن، فلا يزال أحدهم يصلي على رسول الله صلى الله عليه وسلم ويكثر منها حتى يتطهر من كل الذنوب، ويصير يجتمع به يقظة أي وقت شاء ومشافهة، ومن لم يحصل له هذا الاجتماع فهو إلى الآن لم يكثر من الصلاة والتسليم على رسول الله صلى الله عليه وسلم الإكثار مطلوب ليحصل له هذا المقام .*

   Jika engkau memperbanyak mengamalkan shalawat dan salam kepada Rasul SAW, maka tidak mustahil engkau dapat mencapai maqam musyahadah (menyaksikan keberadaan/kehadiran) Rasul SAW. Hal ini sebagaimana yang dilakukan dalam thariqat (jalan yang ditempuh) oleh Syaikh Nur al-Din al-Syuni, Saikh Ahmad al-Zawawi, Syaikh Muhammad bin Dawud al-Manzilawi dan Jama’ah Masyaikh di Yaman, mereka terus menerus mengamalkan shalawat kepada Rasul SAW, seraya memperbanyaknya sehingga menjadi bersih dari segala dosa dan bisa berkumpul dengan Nabi SAW, dan berdialog dengannya secara sadar di waktu kapanpun yang diinginkan. Tegasnya, barangsiapa yang berkeinginan agar dapat mencapai maqam ini hendaklah ia memperbanyak mengamalkan shalawat dan salam kepada Rasul SAW. Barangsiapa yang tidak berhasil mencapai maqam ini padahal ia telah mengamalkan shalawat sampai sekarang, menunjukkan bahwa dia belum termasuk ke dalam kelompok orang-orang yang memperbanyak shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW.

   Al-Allamah al-Arif Billah Yusuf al-Nabhani, dalam kitab _Sa’adat al-Darayn_, menulis:

*وَمَعْلُومٌ أَنَّ مَنْ ذَاقَ لَذَّةَ وِصَالَ المُصْطَفَى صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَاَلِهِ وَسَلَّمَ ذَاقَ لَذَّةَ وِصَالَ رَبِّهِ تَعالى, وَمَنْ فَرَّقَ بَيْنَ الوِصَالَيْنِ لَمْ يَذُقْ لِلْمَعْرِفَةِ, وَمِنْ أَعْظَمِ الوَصَلِ التَعَلُّقِ بِصِفَاتِ الحَبِيْبِ وبِكَثْرَةِ الصَلاَةِ عَلَيْهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ*

   Dan telah diketahui bersama (kaum ahli makrifat), bahwa sesungguhnya, barangsiapa yang dapat merasakan nikmatnya wushul kepada Rasulullah SAW, maka ia akan merasakan nikmatnya wushul kepada Allah SWT. Dan barangsiapa yang memisahkan kedua wushul ini, maka ia tidak akan merasakan makrifat sejati. Seagung-agungnya jalan wushul adalah ta’alluq (menyandarkan diri) dengan sifat Sang Kekasih Allah SWT, yaitu dengan memperbanyak bershalawat kepada Nabi SAW.

*وأخبرني الشيخ أحمد الزواوي أنه لم يحصل له الاجتماع بالنبي صلى الله عليه وسلم يقظة حتى واظب الصلاة عليه سنة كاملة يصلي كل يوم وليلة خمسين ألف مرة ، وكذلك أخبرني الشيخ نور الدين الشوني أنه واظب على الصلاة على النبي صلى الله عليه وسلم كذا وكذا سنة كل يوم يصلي ثلاثين ألف صلاة .*

   (Al-Imam al-Arif Billah Abd al-Wahhab al-Sya'rani ra., berkata) telah mengkhabarkan kepadaku bahwa Syaikh Ahmad al-Zawawi berkata bahwasanya seseorang (pengamal shalawat) tidak akan berhasil berkumpul bersama Nabi SAW, secara sadar kecuali dalam sehari semalam ia memperbanyak mengamalkan shalawat sebanyak 50,000x selama 1 tahun penuh. Begitu juga Syeh Nuruddin al-Syuniy menghabarkan kepadaku bahwasanya beliau berkosentrasi memperbanyak mengamalkan shalawat ini dan itu (ragam shalawat) kepada Nabi SAW, setiap harinya sebanyak 30,000x shalawat selama 1 tahun penuh.

*وسمعت سيدي عليا الخواص رحمه الله يقول : لا يكمل عبد في مقام العرفان حتى يصير يجتمع برسول الله صلى الله عليه وسلم أي وقت شاء، قال : وممن بلغنا أنه كان يجتمع بالنبي صلى الله عليه وسلم يقظة ومشافهة من السلف، الشيخ أبو مدين شيخ الجماعة، والشيخ عبد الرحيم القناوي، والشيخ موسى الزولي، والشيخ أبو الحسن الشاذلي، والشيخ أبو العباس المرسي، والشيخ أبو السعود بن أبي العشائر، وسيدي إبراهيم المتبولي*

   Aku mendengar Sayyid Ali al-Khawwas berkata, "Seorang hamba tidak akan sempurna dalam mencapai maqam 'irfan sampai ia dapat berkumpul bersama Rasul SAW, pada waktu kapanpun yang diinginkan." Sayyid Ali berkata, "Dan sebagian dari ulama' salaf yang telah menyampaikan berita kepadaku bahwasanya di antara mereka pernah berkumpul bersama Rasul SAW, secara sadar dan berdialog, mereka adalah: Syaikh Abu Madyan, Syaikh Abd al-Rahim al-Qunawi, Syaikh Musa al-Zuliy, Syaikh Abu al-Hasan al-Syadzili, Syaikh Abu al-Abas al-Mursi al-Syadziliy, Syaikh Abu al-Su'ud bin Abi al- 'Asya'ir, dan Sayyid Ibrahim al-Matbuli.

*والشيخ جلال الدين الأسيوطي، كان يقول : رأيت النبي صلى الله عليه وسلم واجتمعت به نيفا وسبعين مرة . وأما سيدي إبراهيم المتبولي فلا يحصى اجتماعه به لأنه كان في أحواله كلها ويقول : ليس لي شيخ إلا رسول الله صلى الله عليه وسلم، وكان الشيخ أبو العباس المرسي يقول : لو احتجب عني رسول الله صلى الله عليه وسلم ساعة ما عددت نفسي من جملة المؤمنين .*

   Syaikh Jalal al-Din al-Suyuthi pernah berkata, "Aku pernah melihat Nabi SAW, dan berkumpul dengan beliau sebanyak lebih dari 70 kali." Adapun Sayyid Ibrahim al-Matbuli, maka tidak dapat dihitung berapa kali beliau berkumpul bersama Nabi SAW, karena sesungguhnya dalam seluruh keadaannya (ahwal) dulu beliau berkata: "Tiada guru bagiku kecuali Rasulullah SAW." Syaikh Abu al-Abbas al-Mursyi pernah berkata, "Jikalau Rasulullah SAW, terhijab dariku walaupun sesaat, maka aku tidak akan menganggap diriku ke dalam kelompok orang-orang yang beriman."

*واعلم أن مقام مجالسة رسول الله صلى الله عليه وسلم عزيزة جدا، وقد جاء شخص إلى سيدي علي المرصفي وأنا حاضر فقال : يا سيدي قد وصلت إلى مقام صرت أرى رسول الله صلى الله عليه وسلم يقظة أي وقت شئت ، فقال له : يا ولدي بين العبد وبين هذا المقام مائتا ألف مقام، وسبعة وأربعون ألف مقام، ومرادنا تتكلم لنا يا ولدي على عشر مقامات منها، فما درى ذلك المدعي ما يقول وافتضح فاعلم ذلك .والله يهدي من يشاء إلى صراط مستقيم.*

   (Al-Imam al-Arif Billah Abd al-Wahhab al-Sya'rani ra., berkata): Ketahuilah bahwa sesungguhnya maqam mujalasah (duduk bersama) Rasulullah SAW, sangat langka sekali, seseorang telah datang kepada Sayyid Ali al-Mursifi dan aku (al-Imam al-Arif Billah Abd al-Wahhab al-Sya'rani ra., berkata) saat itu hadir, orang tersebut berkata: "Ya Sayyidiy, aku telah mencapai maqam di mana aku dapat melihat Rasulullah SAW, secara sadar di waktu kapanpun yang aku inginkan." Sayyidi Ali al Mursifi berkata: "Wahai anakku, di antara seorang hamba dan maqam tersebut ada 240,000 maqam, dan yang engkau maksudkan yaitu berbicara dengan kami itu baru 1/10 dari maqam-maqam itu." Orang yang mengaku-ngaku tersebut tidak tahu apa yang diucapkan dan dia malu sendiri. Ketahuilah bahwa Allah menunjukkan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus. 

   Syeh Ahmad al-Zawawi pernah mengatakan:

*طَرِيْقُنَا أَنْ نُكَثِّرَ مِنَ الصَلاَةِ عَلَى النَبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى يَصِيْرَ يُجَالِسُنَا وَنَصْحَبُهُ مِثْلَ الصَحَابَةِ وَيَسْأَلُهُ عَلَى أُمُورِ دِيْنِنَا*

   Jalan/thariqah kita (untuk menuju Allah SWT) dengan memperbanyak bershalawat kepada Nabi SAW, hingga Beliau menjadi teman duduk kita secara jaga, dan kita bersahabat dengannya sebagaimana persahabatan para sahabatnya, dan kita bisa bertanya kepadanya tentang urusan agama kita.

Wallahu a'lam.

#IndonesiaCintaSholawat

Rabu, 08 Juli 2020

Resep Cepat Hamil

Alhamdulillah Hamil Minum Resep ini
1 Kunyit ibu jari
1 Jahe ibu jari
2 serai
1/2 lemon / jeruk Nipis
3 sendok makan madu
Cuci semua bahan di alir yang mengalir , jahe dan kunyit iris tipis-tipis , potong jeruk menjadi dua .
Tuang air 700ml masukan jahe , kunyit , serai
Masak hingga mendidih , tunggu hangat dan saring peras jeruk nipis dan tuangkan madu .
Bismillah duduk dan minum tangan kanan .
Doa ini di baca selesai sholat lima waktu :
1. Doa Nabi Ibrahim As:
ﺭَﺏِّ ﻫَﺐْ ﻟِﻲ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺼَّﺎﻟِﺤِﻴﻦَ
RABBI HABLII MINASH SHOOLIHIIN
Artinya :Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh. (QS: As-Shaffat: 100)
ﺭَﺏِّ ﻟَﺎ ﺗَﺬَﺭْﻧِﻲ ﻓَﺮْﺩًﺍ ﻭَﺃَﻧْﺖَ ﺧَﻴْﺮُ ﺍﻟْﻮَﺍﺭِﺛِﻴﻦَ
Rabbi laa tadzar nii fardaw wa anta khayrul waa ritsiin
Artinya: “Ya Tuhanku janganlah engkau biarkan aku hidup seorang diri dan engkaulah pewaris yang paling baik.” (QS.Al-Anbiya:89)
ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺃَﻛْﺜِﺮْ ﻣَﺎﻟَﻪُ ﻭَﻭَﻟَﺪَﻩُ ﻭَﺑَﺎﺭِﻙْ ﻟَﻪُ ﻓِﻴﻪِ
Allahumma aktsir maa lahu wawaladahuu wabaariklahu fiihi
Artinya: “Ya Allah! Perbanyakkanlah hartanya dan perbanyakkanlah anak-anaknya serta berikanlah keberkatan kepadanya” (H.R. Bukhari Muslim).
Maka jika doa itu dibaca untuk diri sendiri atau suami istri, kalimatnya menjadi:
ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺃَﻛْﺜِﺮْ ﻣَﺎِﻟﻲ ‏( ﻟَﻨَﺎ ‏) ﻭَﻭَﻟَﺪِﻱ ‏( ﻧَﺎ ‏) ﻭَﺑَﺎﺭِﻙْ ﻟﻲ ‏( ﻟَﻨَﺎ ‏) ﻓِﻴﻪِ
Allahumma aktsir maa lii (lanaa) wawaladii (naa) wabaaRiklii (lanaa) fiihi
“Ya Allah! perbanyakkanlah hartaku dan perbanyakkanlah anak-anakku serta berikanlah keberkahan kepadaku di dalamnya”.
2. Doa Nabi Zakaria AS
ﺭَﺑَّﻨَﺎ ﻫَﺐْ ﻟَﻨَﺎ ﻣِﻦْ ﺃَﺯْﻭَﺍﺟِﻨَﺎ ﻭَﺫُﺭِّﻳَّﺎﺗِﻦَﺍ ﻗُﺮَّﺓَ ﺃَﻋْﻴُﻦٍ ﻭَﺍﺟْﻌَﻠْﻨَﺎ ﻟِﻠْﻤُﺘَّﻘِﻴﻦَ ﺇِﻣَﺎﻣًﺎ
Artinya :Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. (Al-Furqan: 74).
ﻫُﻨَﺎﻟِﻚَ ﺩَﻋَﺎ ﺯَﻛَﺮِﻳَّﺎ ﺭَﺑَّﻪُ ﻗَﺎﻝَ ﺭَﺏِّ ﻫَﺐْ ﻟِﻲ ﻣِﻦ ﻟَّﺪُﻧْﻚَ ﺫُﺭِّﻳَّﺔً ﻃَﻴِّﺒَﺔً ﺇِﻧَّﻚَ ﺳَﻤِﻴﻊُ ﺍﻟﺪُّﻋَﺎﺀ
hunaalika da’aa zakariyyaa rabbahu qaala rabbi hab lii min ladunka dzurriyyatan thayyibatan innaka samii’u ddu’aa
Di sanalah Zakaria mendoa kepada Tuhannya seraya berkata: “Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendenganr do’a”. (Ali Imron : 38).
Semoga di berikan keturunan yang Sholeh dan Sholeha
#Herbal_Ruqyah_Indonesia
Barakallahufiikum

Sabtu, 04 Juli 2020

BONGKAR SEJARAH HITAM WAHABI​

KEZALIMAN DILAKUKAN OLEH WAHHABI DI KOTA THOIF
Wahhabi menyerang kota thoif setelah menawan pemerintahan asy-syarif gholib hakim mekah pada zul qaedah tahun 1217h bersamaan 1802m kemudian wahhabi membunuh penduduk thoif termasuk wanita dan kanak-kanak dan wahhabi turut menyembelih bayi yang masih dipangkuan ibunya.
Wahhabi membunuh umat islam di dalam masjid-masjid & rumah-rumah dan wahhabi bertindak mengejar sesiapa yang lari dari serangan mereka lalu membunuh kebanyakan mereka yang lari itu, wahhabi juga mengumpul sebahagian mereka tadi dalam satu kawasan malangnya kemudian dipukul leher mereka (bunuh) dan sebahagian mereka dibawa oleh wahhabi ke satu lembah bernama wadi aluj lantas wahhabi meninggalkan mereka di wadi yang kosong itu yang jauh dari perkampungan dalam keadaan mereka dibogelkan tanpa pakaian antara lelaki dan perempuan.
Semasa kebangkitan wahhabi di kota thoif mereka turut bertindak ganas terhadap ulama islam di kota thoif dan ulama islam yang berada berhampiran dengannya termasuk ulama islam di mekah dan madinah mati dibunuh oleh wahhabi berdasarkan fakta sejarah tepat. Pada masa itu wahhabi telah membunuh dan menyembelih ulama islam terlalu ramai antara ulama islam yang dibunuh oleh wahhabi adalah:

Mufti mekah al-mukarramah waktu yang sama merupakan seorang mufti mekah dalam mazhab asy-syafi’iyyah bernama syeikh abdullah az-zawawi telah mati dibunuh oleh wahhabi dengan kejam dihadapan rumahnya dengan cara menyembelih mufti tersebut.

Seorang qodhi (tuan kadi) bernama abdullah abu al-khoir juga mati dibunuh oleh wahhabi ketika itu.
Syeikh ja’far asy-syaiby dan beberapa ulama islam bersamanya dibunuh oleh wahhabi dengan cara penyembelihan kejam oleh ketua dan bala tentera wahhabi ketika itu.

Kesemua peristiwa kejam tadi berlaku pada tahun 1217h bersamaan 1802m.

Setelah Wahhabi menyerang kota Thoif dan membunuh umat Islam dan ulamanya disana. Wahhabi menyerang tanah yang mulia Mekah Al-Mukarramah pula tahun 1803M : 1218H seperti yang dinyatakan oleh pengkaji sejarah Abdullah bin Asy-Syarif Husain dalam kitabnya berjudul Sidqul Akhbar Fi Khawarij Al-Qorni Thaniy ‘Asyar. Manakala pengkaji sejarah Wahhabi bernama Uthman Ibnu Basyir Al-Hambaly An-Najdy menyatakan kejadian tersebut berlaku pada tahun 1220H dalam kitabnya Tarikh Najad. Dalam kedua-dua kita sejarah tadi menceritakan kezaliman Wahhabi di tanah suci Mekah antaranya:

KEZALIMAN DILAKUKAN OLEH WAHHABI DI KOTA MEKAH
Pada bulan Muharram 1220H bersamaan 1805M Wahhabi di Mekah membunuh umat Islam yang menunaikan ibadah haji. Ibu-ibu penduduk kota Mekah dipaksa menjual harta hak milik masing-masing untuk menebus kembali anak-anak mereka yang masih kecil ditangkap oleh Wahhabi.
Penduduk Mekah kelaparan kerana keadaan begitu zalim dilakukan oleh Wahhabi sehingga kanak-kanak mati kelaparan berkelimpangan mayat-mayat mereka.
Pengkaji sejarah & merupakan golongan Wahhabi juga (Uthman An-Najdy) menyatakan bahawa Wahhabi menjual daging-daging keledai dan bangkai kepada penduduk Islam Mekah dengan harga yang tinggi dalam keadaan mereka kelaparan. Sungguh dihina umat Islam Mekah ketika itu.
Membongkar Fakta Sejarah Hitam Wahhabi Bertindak Membunuh Umat Islam. Imam Ibnu Asakir, Imam al-Khatib dan Imam al-Hafiz al-Mizzi meriwayatkan sebuah hadis yang berbunyi: “Apabila akhir umat ini melaknat (generasi) awalnya, maka hendaklah orang-orang yang mempunyai ilmu pada ketika itu menzahirkan ilmunya, sesungguhnya orang yang menyembunyikan ilmu pada waktu tersebut seumpama seseorang yang menyembunyikan apa yang telah diwahyukan kepada baginda Muhammad SAW!!!” Allahuma’amin. Allahu’alam.
Rujukan :

Kitab Kasyfu Al-Irtiyab

Kitab Sofahaat Min Tarikh Al-Jazirah Al-Arabiyah Al-Hadithah pada m/s 178

Kitab  Al-Awroq Al-Baghdadiyyah Fi Al-Hawadith An-Najdiyyah

Kitab  Inwan Al-Majdy Fi Tarikh Najad Juzuk 1 Mukasurat 135

Jumat, 03 Juli 2020

Jika Belum Tahu Tentang Dalil Hadis Lebih Baik Jawab: "Saya Belum Tahu"

Ustadz Salafi ini konon adalah lulusan S3 terbaik di masanya. Anehnya dalam rekaman pengajiannya ini beliau mengatakan tidak ada dalil hadis pada masalah:

1. Mengusap wajah setelah shalat
2. Mengusap wajah setelah berdoa
3. Membalikkan tangan saat doa meminta perlindungan
4. Bersalaman setelah shalat.

Baik. Bismillah saya jawab satu-persatu dalil hadisnya.

1. Hadis mengusap wajah setelah shalat

ﻭَﻋَﻦْ ﺃَﻧَﺲِ ﺑْﻦِ ﻣَﺎﻟِﻚٍ: «ﺃَﻥَّ اﻟﻨَّﺒِﻲَّ - ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ - ﻛَﺎﻥَ ﺇِﺫَا ﺻَﻠَّﻰ ﻭَﻓَﺮَﻍَ ﻣِﻦْ ﺻَﻼَﺗِﻪِ ﻣَﺴَﺢَ ﺑﻴﻤﻴﻨﻪ ﻋَﻠَﻰ ﺭَﺃْﺳِﻪِ ﻭَﻗَﺎﻝَ: " ﺑِﺴْﻢِ اﻟﻠَّﻪِ اﻟَّﺬِﻱ ﻻَ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻻَّ ﻫُﻮَ اﻟﺮَّﺣْﻤَﻦُ اﻟﺮَّﺣِﻴﻢُ، اﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺃَﺫْﻫِﺐْ ﻋَﻨِّﻲ اﻟْﻬَﻢَّ ﻭَاﻟْﺤَﺰَﻥَ» ".

 Dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam setelah selesai dari shalat maka beliau mengusap kepala dengan tangan kanan dan berdoa: "Dengan nama Allah yang tiada Tuhan selain Allah, maha Rahman dan Rahim. Ya Allah hilangkan susah dan sedih dariku"

ﻭَﻓِﻲ ﺭِﻭَاﻳَﺔٍ: «ﻣَﺴَﺢَ ﺟَﺒْﻬَﺘَﻪُ ﺑِﻴَﺪِﻩِ اﻟْﻴُﻤْﻨَﻰ ﻭَﻗَﺎﻝَ ﻓِﻴﻬَﺎ: " اﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺃَﺫْﻫِﺐْ ﻋَﻨِّﻲ اﻟْﻬَﻢَّ ﻭَاﻟْﺤَﺰَﻥَ».

Dalam riwayat lain Nabi mengusap kening/ dahi dan berdoa: "Ya Allah hilangkan susah dan sedih dariku"

ﺭَﻭَاﻩُ اﻟﻄَّﺒَﺮَاﻧِﻲُّ ﻓِﻲ اﻷَْﻭْﺳَﻂِ، ﻭَاﻟْﺒَﺰَّاﺭُ ﺑِﻨَﺤْﻮِﻩِ ﺑِﺄَﺳَﺎﻧِﻴﺪَ، ﻭَﻓِﻴﻪِ ﺯَﻳْﺪٌ اﻟْﻌَﻤِّﻲُّ، ﻭَﻗَﺪْ ﻭَﺛَّﻘَﻪُ ﻏَﻴْﺮُ ﻭَاﺣِﺪٍ، ﻭَﺿَﻌَّﻔَﻪُ اﻟْﺠُﻤْﻬُﻮﺭُ، ﻭَﺑَﻘِﻴَّﺔُ ﺭِﺟَﺎﻝِ ﺃَﺣَﺪِ ﺇِﺳْﻨَﺎﺩَﻱِ اﻟﻄَّﺒَﺮَاﻧِﻲِّ ﺛِﻘَﺎﺕٌ، ﻭَﻓِﻲ ﺑَﻌْﻀِﻬِﻢْ ﺧِﻼَﻑٌ.

HR Thabrani dan Bazzar dengan beberapa sanad. Di dalamnya ada Zaid Al-Ammi, lebih dari 1 ulama menilai terpercaya dan kebanyakan ulama menilai dhaif. Perawi lain dari 2 sanad Thabrani adalah terpercaya, sebagiannya diperselisihkan.

2. Hadis mengusap wajah setelah berdoa

Syekh Abdullah Al-Faqih, sesama Salafi dan pengasuh Fatawa Syabkah Islamiah, menulis:

ﻓﻘﺪ ﻭﺭﺩﺕ ﺃﺣﺎﺩﻳﺚ ﻓﻲ ﻣﺴﺢ اﻟﻮﺟﻪ ﺑﻌﺪ اﻟﺪﻋﺎء - ﺧﺎﺭﺝ اﻟﺼﻼﺓ- ﻛﻠﻬﺎ ﺿﻌﻴﻔﺔ، ﺇﻻ ﺃﻥ اﻟﺤﺎﻓﻆ اﺑﻦ ﺣﺠﺮ ﺃﺷﺎﺭ ﺇﻟﻰ ﺃﻥ ﻣﺠﻤﻮﻋﻬﺎ ﻳﺒﻠﻎ ﺩﺭﺟﺔ اﻟﺤﺴﻦ.

Sungguh terdapat beberapa hadis tentang mengusap wajah setelah berdoa -di luar shalat- yang keseluruhannya dhaif. Namun menurut Al-Hafidz Ibnu Hajar memberi isyarat secara akumulasi riwayat sampai pada derajat hadis Hasan (195/351)

ﻭﻣﻨﻬﺎ ﻗﻮﻟﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ: "ﻓﺈﺫا ﻓﺮﻏﺖ ﻓﺎﻣﺴﺢ ﺑﻬﻤﺎ ﻭﺟﻬﻚ" ﺭﻭاﻩ ﺃﺑﻮ ﺩاﻭﺩ ﻭاﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ

Diantaranya adalah sabda Nabi shalla Allahu alaihi wasallam: "Jika kalian selesai berdoa maka usaplah wajahmu dengan kedua tanganmu" (HR Abu Dawud dan Ibnu Majah)

Saya tambahkan penjelasan dari Mufti Salafi, Syekh Utsaimin:

ﻭﻣﻦ اﻟﻌﻠﻤﺎء ﻣﻦ ﻗﺎﻝ: ﺇﻥ اﻟﻤﺴﺢ ﺳﻨﺔ ﺑﻨﺎء ﻋﻠﻰ ﺃﻥ اﻷﺣﺎﺩﻳﺚ اﻟﻀﻌﻴﻔﺔ ﺇﺫا ﺗﻜﺎﺛﺮﺕ ﻗﻮﻯ ﺑﻌﻀﻬﺎ ﺑﻌﻀﺎً.

Diantara para ulama ada yang mengatakan bahwa mengusap wajah adalah sunah. Berdasarkan bahwa jika ada hadis dhaif jika memiliki banyak riwayat maka saling menguatkan (Majmu' Fatawa wa Rasail Ibni Utsaimin 14/100)

3. Hadis membalikkan tangan saat doa meminta perlindungan

ﻭَﻋَﻦْ ﺧَﻼَّﺩِ ﺑْﻦِ اﻟﺴَّﺎﺋِﺐِ اﻷَْﻧْﺼَﺎﺭِﻱِّ: «ﺃَﻥَّ ﺭَﺳُﻮﻝَ اﻟﻠَّﻪِ - ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ - ﻛَﺎﻥَ ﺇِﺫَا ﺳَﺄَﻝَ ﺟَﻌَﻞَ ﺑَﺎﻃِﻦَ ﻛَﻔَّﻴْﻪِ ﺇِﻟَﻴْﻪِ، ﻭَﺇِﺫَا اﺳﺘﻌﺎﺫ ﺟَﻌَﻞَ ﻇَﺎﻫِﺮَﻫُﻤَﺎ ﺇِﻟَﻴْﻪِ». ﺭَﻭَاﻩُ ﺃَﺣْﻤَﺪُ ﻣُﺮْﺳَﻼً، ﻭَﺇِﺳْﻨَﺎﺩُﻩُ ﺣَﺴَﻦٌ.

Dari Khallad bin Saib Al Anshori bahwa jika Rasulullah shalallahu alaihi wasallam berdoa maka Nabi arahkan telapak tangannya ke wajahnya. Jika Nabi meminta perlindungan maka bagian luar tangannya diarahkan ke wajahnya -dibalik-" (HR Ahmad secara Mursal, sanadnya Hasan)

4. Hadis bersalaman setelah shalat

Imam Nawawi pengarang kitab Sahih Muslim mengatakan bahwa bersalaman setelah shalat Subuh dan Ashar adalah Bid'ah yang diperbolehkan. Mana hadisnya? Ada 2 hadis. Para Sahabat setelah shalat berebut bersalaman dengan Nabi setelah Ashar (HR Bukhari). Dalam riwayat lain setelah Subuh (riwayat Ahmad). Berikut isi hadisnya, maaf sampai pegel tangan saya yang mau nerjemah:

ﻋَﻦِ اﻟﺤَﻜَﻢِ، ﻗَﺎﻝَ: ﺳَﻤِﻌْﺖُ ﺃَﺑَﺎ ﺟُﺤَﻴْﻔَﺔَ، ﻗَﺎﻝَ: «ﺧَﺮَﺝَ ﺭَﺳُﻮﻝُ اﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺑِﺎﻟﻬَﺎﺟِﺮَﺓِ ﺇِﻟَﻰ اﻟﺒَﻄْﺤَﺎءِ، ﻓَﺘَﻮَﺿَّﺄَ ﺛُﻢَّ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻈُّﻬْﺮَ ﺭَﻛْﻌَﺘَﻴْﻦِ، ﻭَاﻟﻌَﺼْﺮَ ﺭَﻛْﻌَﺘَﻴْﻦِ، ﻭَﺑَﻴْﻦَ ﻳَﺪَﻳْﻪِ ﻋَﻨَﺰَﺓٌ» ﻗَﺎﻝَ ﺷُﻌْﺒَﺔُ ﻭَﺯَاﺩَ ﻓِﻴﻪِ ﻋَﻮْﻥٌ، ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻴﻪِ ﺃَﺑِﻲ ﺟُﺤَﻴْﻔَﺔَ، ﻗَﺎﻝَ: «ﻛَﺎﻥَ ﻳَﻤُﺮُّ ﻣِﻦْ ﻭَﺭَاﺋِﻬَﺎ اﻟﻤَﺮْﺃَﺓُ، ﻭَﻗَﺎﻡَ اﻟﻨَّﺎﺱُ ﻓَﺠَﻌَﻠُﻮا ﻳَﺄْﺧُﺬُﻭﻥَ ﻳَﺪَﻳْﻪِ ﻓَﻴَﻤْﺴَﺤُﻮﻥَ ﺑِﻬَﺎ ﻭُﺟُﻮﻫَﻬُﻢْ، ﻗَﺎﻝَ ﻓَﺄَﺧَﺬْﺕُ ﺑِﻴَﺪِﻩِ ﻓﻮﺿﻌﺘﻬﺎ ﻋَﻠَﻰ ﻭَﺟْﻬِﻲ ﻓَﺈِﺫَا ﻫِﻲَ ﺃَﺑْﺮَﺩُ ﻣِﻦَ اﻟﺜَّﻠْﺞِ ﻭَﺃَﻃْﻴَﺐُ ﺭَاﺋِﺤَﺔً ﻣِﻦَ اﻟﻤِﺴْﻚِ» رواه البخاري

ﻋَﻦْ ﺟَﺎﺑِﺮِ ﺑْﻦِ ﻳَﺰِﻳﺪَ ﺑْﻦِ اﻷَْﺳْﻮَﺩِ، ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻴﻪِ، ﻗَﺎﻝَ: ﺣَﺠَﺠْﻨَﺎ ﻣَﻊَ ﺭَﺳُﻮﻝِ اﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺣَﺠَّﺔَ اﻟْﻮَﺩَاﻉِ، ﻗَﺎﻝَ: ﻓَﺼَﻠَّﻰ ﺑِﻨَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝُ اﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺻَﻼَﺓَ اﻟﺼُّﺒْﺢِ ﺃَﻭِ اﻟْﻔَﺠْﺮِ ... ﻭَﺃَﻧَﺎ ﻳَﻮْﻣَﺌِﺬٍ ﺃَﺷَﺐُّ اﻟﺮِّﺟَﺎﻝِ ﻭَﺃَﺟْﻠَﺪُﻩُ. ﻗَﺎﻝَ: ﻓَﻤَﺎ ﺯِﻟْﺖُ ﺃَﺯْﺣَﻢُ اﻟﻨَّﺎﺱَ ﺣَﺘَّﻰ ﻭَﺻَﻠْﺖُ ﺇِﻟَﻰ ﺭَﺳُﻮﻝِ اﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ، ﻓَﺄَﺧَﺬْﺕُ ﺑِﻴَﺪِﻩِ ﻓﻮﺿﻌﺘﻬﺎ ﺇِﻣَّﺎ ﻋَﻠَﻰ ﻭَﺟْﻬِﻲ ﺃَﻭْ ﺻَﺪْﺭِﻱ، ﻗَﺎﻝَ: ﻓَﻤَﺎ ﻭَﺟَﺪْﺕُ ﺷَﻴْﺌًﺎ ﺃَﻃْﻴَﺐَ ﻭَﻻَ ﺃَﺑْﺮَﺩَ ﻣِﻦْ ﻳَﺪِ ﺭَﺳُﻮﻝِ اﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ. رواه احمد

•] sebagian bantahan telah dijawab oleh Sidi Syekh Munir Mahyudin Munir

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=140339790901310&id=100047758703918