Rabu, 27 Desember 2023

Abuya KH. Thoifur Mawardi, ulama kharismatik Purworejo.

Suatu hari ada seorang santri tepatnya pada tahun 2019 sowan ke Abuya lalu ia bertanya ke Abuya:
"Yai, apa rahasianya kok sering sekali ketemu Nabi dalam mimpi." 

Abuya Thoifur memang dikenal sangat sering bertemu dengan Nabi. 

Beliau menjawab, "saya dulu mengajukan pertanyaan yang hampir sama ke guru saya, Sayyid Muhammad. Beliau memberi saya doa ini, 

اللهم اجمع بيني وبين ابوي سيد محمد بن علوي المالكي بالمصطفي صلي الله عليه وسلم دنيا واخري يقظة ومناما 

Ya Allah, mohon kumpulkan aku dan guruku Sayyid Muhammad, dengan Nabi SAW di dunia dan akhirat, saat keadaan terjaga maupun tidur." 

 sebab wasilah doa ini, sampai ada sumur Thoifur di makkah yang masyhur. Dan bahkan levelnya sudah 'istisyarah' dengan Nabi. 

Pernah suatu ketika Abuya akan membeli tanah. Tapi ragu ragu antara akan membeli atau tidak. Kemudian Nabi hadir dalam mimpi, "dituku!," dawuhnya. 

Santri tersebut akhirnya meminta izin mengamalkan doa di atas..... 

*** 

Sejak tahun 2019 sampai sekarang seorang santri yg sowan pada waktu itu membaca do'a yg telah Abuya kasihkan,dan ternyata selama itu tak juga bermimpi Nabi..... 

Saya ingat, dalam Muqaddimah Tahqiq Syarah Burdah ada ungkapan, 

هذه الفاتحة ، ولكن اين عمر 

"Ini adalah fatihah, tapi lantas dimana Umar bin Khattab?" 

Pernyataan ini mempunyai asbabul wurud. Dahulu Kaisar Romawi sakit kepala dan meminta obat. Kemudian Umar mengirimkan peci pada sang Kaisar. Saat peci itu dipakai, sakit kepala hilang. Tapi saat dilepas, sakit itu muncul lagi. Ia penasaran, lantas peci itu dibuka, ternyata ada tulisan "bismillahirrahmanirrahim." Karena sebab ini, Sang Kaisar masuk Islam. 

Apakah setiap bismillah yang ditulis mempunyai khasiat yang sama? Jawabannya tentu tidak. Penulis bismillah di peci adalah sosok besar, Umar bin Khattab. Belum tentu kita yang menulis bisa mempunyai khasiat yang sama dengan yang ditulis oleh Umar. 

Sama dengan surat al Fatihah. Ini adalah surat agung. Meskipun surat al Fatihah mempunyai segudang khasiat, tapi yang bisa memunculkan khasiat itu salah satunya yang keistimewaan tangannya seperti tangan Shahabat Umar. Maka ada ungkapan, 

ان السر في الكف لا في الحرف 

"Sesungguhnya rahasianya itu ada pada telapak tangan, bukan pada huruf." 

Jadi, surat fatihahnya ada. Tapi tangan tangan yang seperti Umar ini apakah ada? 

Kemudian saya meraba diri. Ijazah dari Abuya Thoifur adalah ijazah agung. Tapi lisan kita tentu tak sama dengan lisan beliau. Sehingga khasiatnyapun menjadi tak sama. 

*** 

Ringkas cerita santri yg dulu sowan Abuya kembali sowan Abuya Thoifur. Dan beliau beranikan diri bertanya kedua kali. 

"Yai, saya sudah membaca doa yang dulu, tapi kok belum juga mimpi." 

Beliau menjawab, "selain doa yang dulu dibaca terus, usahakan saat tidur dalam keadaan capek ibadah: maksudnya kita tidurnya karena capek ibadah, bukan karena capek yang lain." 

Beliau bercerita, saat itu pernah tarawih 5 hari khatam al-Quran. Rasanya sangat capek. Tapi selama 5 hari itu, kanjeng Nabi selalu hadir dalam mimpi. 

Pernah pula beliau mengajar Sunan Nasai sampai larut malam. Kondisi sangat capek. Karena saking capeknya, beliau tertidur tak sadar. 

"Malam itu kanjeng Nabi rawuh, dan beliau mengusap ngusap (beliau membahasakan "mijeti") kakiku." 

"Seketika aku bangun dan capekku hilang." Pungkas beliau.

Kamis, 14 Desember 2023

Imam Ubaidillah

Beliau lahir di Basrah Iraq. Mula mula belajar pada ayahnya Imam Ahmad bin Isa lalu ke Mekah belajar kepada Syaikh Abu Thalib Al Makki penulis kitab Qutul Qulub.

Berhijrah ke Hadramaut bersama dengan kedua orang tuanya Imam Ahmad bin Isa dan Sayidah Zainab binti Abdullah bin Hasan Al Uraidhi. Imam Ubaidillah mengajak serta istrinya Sayidah Ummul Banin binti Muhammad bin Isa dan anaknya yang masih kecil yaitu Ismail (dipanggil Basri karena untuk mengingatkan kepada Basrah kota asalnya).

Diantara rombongannya juga ada Iman Muhammad bin Sulaiman (kakek Al Ahdal) dan Imam Ahmad Al Qudaimi (kakek Al Qudaimi). Kalau nasab Imam Ubaidillah palsu, maka yang ingkar pertama adalah keturunan Al Ahdal dan Al Qudaimi hehe. Tapi sampe sekarang semua mengakui Imam Ubaidillah.

Lahir diberi nama Abdullah. Setelah dewasa diganti namanya jadi Ubaidillah karena tawadhu' nya. Trus ada yang bilang Abdullah dan Ubaidillah beda orang? Yaa cari saja makam dan peninggalan Abdullah hehe..

Imam Ubaidillah bukan anak Imam Ahmad? Ubaidillah itu nikah sama sepupunya sendiri alias keponakan ayahnya. Kalau bukan sayid, kagak bakal diberi ijin untuk menikahi Syarifah sama mertuanya Sayid Muhammad bin Isa hehehe..

Tidak ada kitab sejaman yang menulisnya? Nasab Rasulullah tidak ditulis dijaman Rasul, tapi semua orang arab tahu kalau Rasulullah bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf dan seterusnya...

Kalau nasab Imam Ubaidillah palsu, sudah sejak jaman dulu suku suku di Yaman marah dan mengingkarinya. Apalagi suku suku di Yaman banyak yang dari keturunan para sahabat Nabi. Tidak perlu nunggu 'mujtahid' dari banten 😀😀😀

Di dekat makam Imam Ubaidillah ada masjid yang konon dulu didirikan oleh beliau, dulu masjidnya kecil dan sekarang sudah menjadi besar dan luas.

Nb : Di Makam Imam Ubaidillah bin Ahmad bin Isa. Robbi Fanfa'na Bibarkatihim..

Selasa, 12 Desember 2023

Ibadah Tanpa Dalil?

Lagi-lagi untuk kesekian kalinya poster seperti di bawah ini hendak menggiring wacana kepada kita soal amalan-amalan kita yang mereka anggap tidak ada dalilnya. Opini mereka yang selalu didengungkan bahwa ibadah harus ada dalilnya. Sampai di sini betul.

Namun ketika membawa-bawa nama ulama besar yang bergelar Amirul Mukminin di bidang hadis, Al-Hafidz Ibnu Hajar, yang bermazhab Syafi'i menunjukkan pembuat poster ini tidak menguasai kitab Fathul Bari secara menyeluruh dan hanya bisa mengetik pada poin yang sesuai dengan pemikirannya lalu Imam Ibnu Hajar digiring seolah sama seperti mereka dan menghantam pengikut Mazhab Syafi'i agar meninggalkan amalan-amalan yang tidak ada dalilnya.

Di mana letak kesalahan pembuat poster ini?

Pertama, betul ibadah itu harus ada dalilnya. Hanya saja bagi Al-Hafidz Ibnu Hajar dalil itu tidak harus dalil khash (khusus), dalil umum juga boleh. Hal ini ditegaskan oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar:

ﻭاﻟﻤﺮاﺩ ﺑﻘﻮﻟﻪ ﻛﻞ ﺑﺪﻋﺔ ﺿﻼﻟﺔ ﻣﺎ ﺃﺣﺪﺙ ﻭﻻ ﺩﻟﻴﻞ ﻟﻪ ﻣﻦ اﻟﺸﺮﻉ ﺑﻄﺮﻳﻖ ﺧﺎﺹ ﻭﻻ ﻋﺎﻡ

Maksud hadis Nabi tiap-tiap bidah adalah sesat, yaitu hal-hal baru yang tidak memiliki dalil dalam agama baik dengan cara dalil khusus atau dalil umum (Fathul Bari 17/254)

Misalnya lagi ketika Al-Hafidz Ibnu Hajar membolehkan Maulid Nabi juga memakai dalil umum tentang syukur, dalil umum tentang sedekah, dalil umum tentang menyampaikan sejarah Nabi dan sebagainya (Husnul Maqshid fi Amalil Maulid).

Kedua, Al-Hafidz Ibnu Hajar menggunakan metode ijtihad berupa Qiyas atau analogi dalam ibadah, yang menurut kelompok Salafi tidak diperbolehkan menggunakan Qiyas dalam ibadah.

Mana buktinya? Jawab saja mau minta berapa? Saya buktikan bahwa Al-Hafidz Ibnu Hajar termasuk ulama yang membolehkan untuk baca Qur'an dan zikir di kuburan (di Indonesia namanya Tahlilan), dengan dalil hadis al-Bukhari bahwa Nabi melihat ada 2 kuburan yang sedang disiksa, kemudian Nabi mengambil pelepah kurma dan membelahnya jadi dua, kemudian masing-masing kuburan ditancapkan pelepah kurma tersebut. 

Setelah ditanya mengapa Nabi melakukan hal itu? Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda:

 « لَعَلَّهُ أَنْ يُخَفَّفَ عَنْهُمَا مَا لَمْ تَيْبَسَا أَوْ إِلَى أَنْ يَيْبَسَا » 

“Semoga diringankan siksanya selama pohon kurma tidak kering” (HR al-Bukhari)

Di hadis inilah Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata:

إِنَّ الْمَعْنَى فِيهِ أَنَّهُ يُسَبِّح مَا دَامَ رَطْبًا فَيَحْصُل التَّخْفِيف بِبَرَكَةِ التَّسْبِيح ... وَكَذَلِكَ فِيمَا فِيهِ بَرَكَة الذِّكْر وَتِلَاوَة الْقُرْآن مِنْ بَاب الْأَوْلَى (فتح الباري لابن حجر - ج 1 / ص 341)

“Makna dalam hadis ini bahwa pepohonan yang masih basah selalu bertasbih kepada Allah, maka akan diperoleh keringanan siksa kubur karena keberkahan tasbih... Terlebih lagi berkah dzikir dan bacaan al-Quran” (Ibnu Hajar, Fath al-Bari 1/341)

Jadi Al-Hafidz Ibnu Hajar dengan metode Qiyas Awlawi berpendapat bahwa bacaan Quran dan zikir dapat sampai kepada mayit serta bermanfaat, karena tasbihnya pohon saja dapat meringankan siksa kubur. 

Kalau pembuat poster ini secara adil mempelajari, membaca dan menghayati tulisan Al-Hafidz Ibnu Hajar akan menemukan banyak istimbath (menggali hukum) dan faidah ilmu baik yang beliau kutip dari para ulama maupun oleh beliau sendiri. Tapi setelah dijelaskan seperti ini saya tidak yakin mereka berubah pikiran sebab bukan kebenaran yang mereka cari tapi justifikasi pada pendapatnya sendiri dengan memakai pendapat ulama lain, sayangnya mereka belum sempurna menguasai, sehingga mempermalukan diri mereka sendiri, kecuali kalau mereka tidak punya kemaluan eeee maaf tidak punya malu maksud saya.

Senin, 11 Desember 2023

Apakah Wahabi salafi ada di Yaman..?Tak ada...

Sahabat Nabi Tsauban berkata, Rasulullah ﷺ telah bersabda,

إني لبعقر حوضي أذود الناس لأهل اليمن أضرب بعصاي حتى يرفض عليهم

“Sesungguhnya kelak aku akan berada di samping telagaku. Kemudian Aku akan menghalangi orang-orang yang akan meminum dari telagaku, agar penduduk Yaman dapat meminumnya terlebih dahulu. Aku memukul dengan tongkatku, sehingga air telaga tersebut mengalir untuk mereka.” (HR. Muslim)

,’” Rasulullah ﷺ bersabda,

أتاكم أهل اليمن, هم أرقّ قلوبا, الإيمان يمان و الفقه يمان و الحكمة يمانية
“Penduduk negeri Yaman telah datang kepada kalian. Mereka adalah orang yang paling lembut hatinya. Iman itu ada pada Yaman, Fiqih ada pada Yaman, dan hikmah ada pada Yaman.” (HR. Imam Ahmad)

Rabu, 29 November 2023

Hadist Yang Ditakuti Salafy Wahabi

Hadits Rasulullah salallahu alaihi wasallam yang mengabarkan munculnya 1 golongan dari arah timur Madinah, yang tanda-tanda mereka seperti yang ada pada kaum Salafi Wahabi

Semoga Hadis-Hadis Nabi di bawah bermanfaat bagi kita sebagai pedoman.

Muhammad bin Abdul Wahhab lahir dan besar di Najd, sehingga beliau disebut juga Muhammad bin Abdul Wahhab An Najdi. 

Nah ternyata Nabi telah mengisahkan kepada kita tentang Najd yang merupakan tempat timbulnya fitnah:
Ibnu Umar berkata, “Nabi berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Syam dan Yaman kami.’ Mereka berkata, Terhadap Najd kami.’ Beliau berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah Syam dan Yaman kami.’ Mereka berkata, ‘Dan Najd kami.’ Beliau berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Syam. Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Yaman.’ Maka, saya mengira beliau bersabda pada kali yang ketiga, ‘Di sana terdapat kegoncangan-kegoncangan (gempa bumi), fitnah-fitnah, dan di sana pula munculnya tanduk setan.’” [HR Bukhari]

Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:
Bahwa ia mendengar Rasulullah saw. bersabda sambil menghadap ke arah timur: Ketahuilah, sesungguhnya fitnah akan terjadi di sana! Ketahuilah, sesungguhnya fitnah akan terjadi di sana. Yaitu tempat muncul tanduk setan. (Shahih Muslim No.5167)

حدثنا عبد الله ثنا أبي ثنا أبو سعيد مولى بنى هاشم ثنا عقبة بن أبي الصهباء ثنا سالم عن عبد الله بن عمر قال صلى رسول الله صلى الله عليه و سلم الفجر ثم سلم فاستقبل مطلع الشمس فقال ألا ان الفتنة ههنا ألا ان الفتنة ههنا حيث يطلع قرن الشيطان
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah yang menceritakan kepada kami ayahku yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Sa’id mawla bani hasyim yang berkata telah menceritakan kepada kami Uqbah bin Abi Shahba’ yang berkata telah menceritakan kepada kami Salim dari ‘Abdullah bin Umar yang berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengerjakan shalat fajar kemudian mengucapkan salam dan menghadap kearah matahari terbit seraya bersabda “fitnah datang dari sini, fitnah datang dari sini dari arah munculnya tanduk setan” [Musnad Ahmad 2/72 no 5410 dengan sanad shahih]

RENUNGAN TENTANG QARN (TANDUK)

1.     Akan muncul QORN (tanduk) setan diNajd.Nabi Saw bersabda :اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي شَامِنَا وَفِي يَمَنِنَا قَالَ قَالُوا وَفِي نَجْدِنَا قَالَ قَالَ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي شَامِنَا وَفِي يَمَنِنَا قَالَ قَالُوا وَفِي نَجْدِنَا قَالَ قَالَ هُنَاكَ الزَّلازِلُ وَالْفِتَنُ وَبِهَا يَطْلُعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ
” Ya Allah berilah keberkatan kepada negeri Syam kami, berilah keberkatan kepada negeri Yaman kami. Mereka berkata: “Pada Nejd kami Ya Rasulullah?!” Rasulullah berkata: “Ya Allah berilah keberkatan pada negeri Syam kami, berilah keberkatan pada negeri Yaman kami.” Mereka berkata: “Pada Nejd kami Ya Rasulullah?!” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: Disana terdapat kegoncangan dan fitnah, serta disanalah terbitnya tanduk Syaitan. ” (HR. Bukhari)
     
2. QARN menjadi miqat bagi penduduk Najd Hijaaz yg sekrg beribu kotakan Riyadh.
Dari Ibnu Umar beliau berkata :

وَقَّتَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَرْنًا لِأَهْلِ نَجْدٍ وَالْجُحْفَةَ لِأَهْلِ الشَّأْمِ وَذَا الْحُلَيْفَةِ لِأَهْلِ الْمَدِينَةِ قَالَ سَمِعْتُ هَذَا مِنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَبَلَغَنِي أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَلِأَهْلِ الْيَمَنِ يَلَمْلَمُ وَذُكِرَ الْعِرَاقُ فَقَالَ لَمْ يَكُنْ عِرَاقٌ يَوْمَئِذٍ

“ Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa sallam telah menentukan miqat bagi penduduk Najd di Qarn, Juhfah bagi penduduk Syam, Dzul Hulaifah bagi penduduk Madinah. Berkata Ibnu Umar “ Aku mendengar ini dari Nabi Shallahu ‘alaihi wa sallam dan telah sampai kepadaku bahwa Nabi Shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “ Bagi penduduk Yaman dari Yalamlam. Kemudian disebutkan Iraq, maka beliau menjawab “ Ketika itu belum ada Iraq “. (HR. Bukhari : 7344)

3. Generasi mereka akan terus berlanjut hingga masa dajjal.
Nabi Saw bersabda :
كلما هلك منهم قرن قام قرن اخر
” Tiap kali musnah satu QARN dari mereka, maka akan berdiri QARN lainnya ”
Artinya : Tiap kali generasi mereka jatuh maka akan terus dilanjutkan oleh generasi berikutnya untuk membawa paham QARNnya…
Daulah umawiyyah jatuh dan tak berdiri lagi
Daulah Abbasiyyah jatuh dan tak berdiri lagi
Daulah Fathimiyyah jatu dan tak berdiri lagi
Daulah Ustmaniyyah jatuh dan tak brdiri lagi
Tapi daulah SAUDIYYAH jatuh, namun sudah berdiri TIGA KALI..

4. Membaca Al-Quran tapi tidak memahami kandungannya.

Nabi Saw bersabda :
يَخْرُجُ نَاسٌ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ ويقرأون الْقُرْآنَ لا يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ ثُمَّ لا يَعُودُونَ فِيهِ حَتَّى يَعُودَ السَّهْمُ إِلَى فُوقِهِ قِيلَ مَا سِيمَاهُمْ قَالَ سِيمَاهُمُ التَّحْلِيقُ
Akan keluar dari arah timur segolongan manusia yang membaca Al-Qur’an namun tidak sampai melewati kerongkongan mereka (tidak sampai ke hati), mereka keluar dari agama seperti anak panah keluar dari busurnya, mereka tidak akan boleh kembali seperti anak panah yang tak akan kembali ketempatnya, tanda-tanda mereka ialah bercukur (Gundul). (HR Bukhori)

5. Mereka akan bersama Dajjal..
Nabi Saw bersabda :
يخرج قوم من قبل المشرق يقرءون القرآن لا يجاوز تراقيهم كلما قطع قرن نشأ قرن حتى يخرج فى بقيتهم
الدجال
“ Akan keluar dari arah timur sekelompok orang yang membaca Al-Quran namun tidak sampai ke kerongkongan mereka (tidak pandai memahami kandungan Al-Quran dan semua nasehat al-Quran tidak masuk ke dalam hati mereka), tiap kali putus QORNnya (tanduknya / kurunnya / masanya) maka muncullah qorn yang lainnya (mereka akan selalu ada di setiap kurun / qorn) hingga generasi mereka selanjutnya akan bersama Dajjal “. (HR. Imam Ahmad dalam musnadnya)

Fitnah Islam Adalah Wahabi yang Datang dari Najd

Sekelumit tentang fitnah Islam dari ajaran Wahabi ini kami sadur dari beberapa literatur yang dapat dipertanggung-jawabkan kebenaranya yaitu di antaranyaFitnatul Wahabiyah karya Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, I’tirofatul Jasus AI-Injizy pengakuan Mr. Hempher, Daulah Utsmaniyah dan Khulashatul Kalam karya Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, dan lain-lain. 

Nama Aliran Wahabi ini diambil dari nama pendirinya, Muhammad bin Abdul Wahab (lahir di Najd tahun 1111 H / 1699 M).
Asal mulanya dia adalah seorang pedagang yang sering berpindah dari satu negara ke negara lain dan diantara negara yang pernah disinggahi adalah Baghdad, Iran, India dan Syam. Kemudian pada tahun 1125 H / 1713 M, dia terpengaruh oleh seorang orientalis Inggris bernama Mr. Hempher yang bekerja sebagai mata-mata Inggris di Timur Tengah. Sejak itulah dia menjadi alat bagi Inggris untuk menyebarkan ajaran barunya. Inggris memang telah berhasil mendirikan sekte-sekte bahkan agama baru di tengah umat Islam seperti Ahmadiyah dan Baha’i. Bahkan Muhammad bin Abdul Wahab ini juga termasuk dalam target program kerja kaum kolonial dengan alirannya Wahabi.
Firasat Buruk Tentang Muhammad bin Abdul Wahab

Mulanya Muhammad bin Abdul Wahab hidup di lingkungan sunni pengikut madzhab Hanbali, bahkan ayahnya Syaikh Abdul Wahab adalah seorang sunni yang baik, begitu pula guru-gurunya. Namun sejak semula ayah dan guru-gurunya mempunyai firasat yang kurang baik tentang dia bahwa dia akan sesat dan menyebarkan kesesatan. Bahkan mereka menyuruh orang-orang untuk berhati-hati terhadapnya. Ternyata tidak berselang lama firasat itu benar.

Setelah hal itu terbukti ayahnya pun menentang dan memberi peringatan khusus padanya. Bahkan kakak kandungnya, Sulaiman bin Abdul Wahab, ulama’ besar dari madzhab Hanbali, menulis buku bantahan kepadanya dengan judul As-Sawa’iqul Ilahiyah Fir Raddi Alal Wahabiyah. Tidak ketinggalan pula salah satu gurunya di Madinah, Syekh Muhammad bin Sulaiman AI-Kurdi as-Syafi’i, menulis surat berisi nasehat: “Wahai Ibn Abdil Wahab, aku menasehatimu karena Allah, tahanlah lisanmu dari mengkafirkan kaum muslimin, jika kau dengar seseorang meyakini bahwa orang yang ditawassuli bisa memberi manfaat tanpa kehendak Allah, maka ajarilah dia kebenaran dan terangkan dalilnya bahwa selain Allah tidak bisa memberi manfaat maupun madharrat, kalau dia menentang bolehlah dia kau anggap kafir, tapi tidak mungkin kau mengkafirkan As-Sawadul A’dham (kelompok mayoritas) di antara kaum muslimin, karena engkau menjauh dari kelompok terbesar, orang yang menjauh dari kelompok terbesar lebih dekat dengan kekafiran, sebab dia tidak mengikuti jalan muslimin.”

Sebagaimana diketahui bahwa madzhab Ahlus Sunah sampai hari ini adalah kelompok terbesar. Allah berfirman : “Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu (Allah biarkan mereka bergelimang dalam kesesatan) dan kami masukkan ia ke dalam jahannam, dan jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali (QS: An-Nisa 115)

Salah satu dari ajaran yang (diyakini oleh Muhammad bin Abdul Wahab, adalah mengkufurkan kaum muslim Sunni yang mengamalkan tawassul, ziarah kubur, maulid nabi, dan lain-lain. Berbagai dalil akurat yang disampaikan ahlussunnah wal jama’ah berkaitan dengan tawassul, ziarah kubur serta maulid, ditolak tanpa alasan yang dapat diterima. Bahkan lebih dari itu, justru berbalik mengkafirkan kaum muslimin sejak 600 tahun sebelumnya, termasuk guru-gurunya sendiri.

Pada satu kesempatan seseorang bertanya pada Muhammad bin Abdul Wahab, Berapa banyak Allah membebaskan orang dari neraka pada bulan Ramadhan?? Dengan segera dia menjawab, “Setiap malam Allah membebaskan 100 ribu orang, dan di akhir malam Ramadhan Allah membebaskan sebanyak hitungan orang yang telah dibebaskan dari awal sampai akhir Ramadhan” Lelaki itu bertanya lagi “Kalau begitu pengikutmu tidak mencapai satu person pun dari jumlah tersebut, lalu siapakah kaum muslimin yang dibebaskan Allah tersebut? Dari manakah jumlah sebanyak itu? Sedangkan engkau membatasi bahwa hanya pengikutmu saja yang muslim. Mendengar jawaban itu Ibn Abdil Wahab pun terdiam seribu bahasa. Sekalipun demikian Muhammad bin Abdul Wahab tidak menggubris nasehat ayahnya dan guru-gurunya itu.

Dengan berdalihkan pemurnian ajaran Islam, dia terus menyebarkan ajarannya di sekitar wilayah Najed. Orang-orang yang pengetahuan agamanya minim banyak yang terpengaruh. Termasuk diantara pengikutnya adalah penguasa Dar’iyah, Muhammad bin Saud (meninggal tahun 1178 H / 1765 M) pendiri dinasti Saudi, yang dikemudian hari menjadi mertuanya. Dia mendukung secara penuh dan memanfaatkannya untuk memperluas wilayah kekuasaannya. Ibn Saud sendiri sangat patuh pada perintah Muhammad bin Abdul Wahab. Jika dia menyuruh untuk membunuh atau merampas harta seseorang dia segera melaksanakannya dengan keyakinan bahwa kaum muslimin telah kafir dan syirik selama 600 tahun lebih, dan membunuh orang musyrik dijamin surga.

Muhammad bin Abdul Wahab Merendahkan Nabi SAW dengan Dalih Pemurnian Akidah
Sejak semula Muhammad bin Abdul Wahab sangat gemar mempelajari sejarah nabi-nabi palsu, seperti Musailamah Al-Kadzdzab, Aswad Al-Ansiy, Tulaihah Al-Asadiy dll. 

Agaknya dia punya keinginan mengaku nabi, ini tampak sekali ketika ia menyebut para pengikut dari daerahnya dengan julukan Al-Anshar, sedangkan pengikutnya dari luar daerah dijuluki Al-Muhajirin. Kalau seseorang ingin menjadi pengikutnya, dia harus mengucapkan dua syahadat di hadapannya kemudian harus mengakui bahwa sebelum masuk Wahabi dirinya adalah musyrik, begitu pula kedua orang tuanya. Dia juga diharuskan mengakui bahwa para ulama? besar sebelumnya telah mati kafir. Kalau mau mengakui hal tersebut dia diterima menjadi pengikutnya, kalau tidak dia pun langsung dibunuh.

Muhammad bin Abdul Wahab juga sering merendahkan Nabi SAW dengan dalih pemurnian akidah, dia juga membiarkan para pengikutnya melecehkan Nabi di hadapannya, sampai-sampai seorang pengikutnya berkata : ?Tongkatku ini masih lebih baik dari Muhammad, karena tongkat-ku masih bisa digunakan membunuh ular, sedangkan Muhammad telah mati dan tidak tersisa manfaatnya sama sekali.
Muhammad bin Abdul Wahab di hadapan pengikutnya tak ubahnya seperti Nabi di hadapan umatnya. 

Pengikutnya semakin banyak dan wilayah kekuasaan semakin luas. Keduanya bekerja sama untuk memberantas tradisi yang dianggapnya keliru dalam masyarakat Arab, seperti tawassul, ziarah kubur, peringatan Maulid dan sebagainya. Tak mengherankan bila para pengikut Muhammad bin Abdul Wahab lantas menyerang makam-makam yang mulia. Bahkan, pada 1802, mereka menyerang Karbala-Irak, tempat dikebumikan jasad cucu Nabi Muhammad SAW, Husein bin Ali bin Abi Thalib. Karena makam tersebut dianggap tempat munkar yang berpotensi syirik kepada Allah. Dua tahun kemudian, mereka menyerang Madinah, menghancurkan kubah yang ada di atas kuburan, menjarah hiasan-hiasan yang ada di Hujrah Nabi Muhammad.
Keberhasilan menaklukkan Madinah berlanjut. Mereka masuk ke Mekkah pada 1806, dan merusak kiswah, kain penutup Ka’bah yang terbuat dari sutra. Kemudian merobohkan puluhan kubah di Ma?la, termasuk kubah tempat kelahiran Nabi SAW, tempat kelahiran Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Ali, juga kubah Sayyidatuna Khadijah, masjid Abdullah bin Abbas. Mereka terus menghancurkan masjid-masjid dan tempat-tempat kaum solihin sambil bersorak-sorai, menyanyi dan diiringi tabuhan kendang. 

Mereka juga mencaci-maki ahli kubur bahkan sebagian mereka kencing di kubur kaum solihin tersebut. Gerakan kaum Wahabi ini membuat Sultan Mahmud II, penguasa Kerajaan Usmani, Istanbul-Turki, murka. Dikirimlah prajuritnya yang bermarkas di Mesir, di bawah pimpinan Muhammad Ali, untuk melumpuhkannya. Pada 1813, Madinah dan Mekkah bisa direbut kembali. Gerakan Wahabi surut.
Tapi, pada awal abad ke-20, Abdul Aziz bin Sa’ud bangkit kembali mengusung paham Wahabi. Tahun 1924, ia berhasil menduduki Mekkah, lalu ke Madinah dan Jeddah, memanfaatkan kelemahan Turki akibat kekalahannya dalam Perang Dunia I. Sejak itu, hingga kini, paham Wahabi mengendalikan pemerintahan di Arab Saudi. Dewasa ini pengaruh gerakan Wahabi bersifat global. Riyadh mengeluarkan jutaan dolar AS setiap tahun untuk menyebarkan ideologi Wahabi. Sejak hadirnyaWahabi, dunia Islam tidak pernah tenang penuh dengan pergolakan pemikiran, sebab kelompok ekstrem itu selalu menghalau pemikiran dan pemahaman agama Sunni-Syafi?i yang sudah mapan.

Berdalih Penegakan Tauhid, Wahabi Hancurkan Peninggalan Sejarah Islam
Kekejaman dan kejahilan Wahabi lainnya adalah meruntuhkan kubah-kubah di atas makam sahabat-sahabat Nabi SAW yang berada di Ma?la (Mekkah), di Baqi’ dan Uhud (Madinah) semuanya diruntuhkan dan diratakan dengan tanah dengan mengunakan dinamit penghancur. Demikian juga kubah di atas tanah Nabi SAW dilahirkan, yaitu di Suq al Leil diratakan dengan tanah dengan menggunakan dinamit dan dijadikan tempat parkir onta, namun karena gencarnya desakan kaum Muslimin International maka dibangun perpustakaan.

Kaum Wahabi benar-benar tidak pernah menghargai peninggalan sejarah dan menghormati nilai-nilai luhur Islam. Semula AI-Qubbatul Khadra (kubah hijau) tempat Nabi Muhammad SAW dimakamkan juga akan dihancurkan dan diratakan dengan tanah tapi karena ancaman International maka orang-orang biadab itu menjadi takut dan mengurungkan niatnya. Begitu pula seluruh rangkaian yang menjadi manasik haji akan dimodifikasi termasuk maqom Ibrahim akan digeser tapi karena banyak yang menentangnya maka diurungkan.
Pengembangan kota suci Makkah dan Madinah akhir-akhir ini tidak mempedulikan situs-situs sejarah Islam. Makin habis saja bangunan yang menjadi saksi sejarah Rasulullah SAW dan sahabatnya. Bangunan itu dibongkar karena khawatir dijadikan tempat keramat. Bahkan sekarang, tempat kelahiran Nabi SAW terancam akan dibongkar untuk perluasan tempat parkir. Sebelumnya, rumah Rasulullah pun sudah lebih dulu digusur. Padahal, disitulah Rasulullah berulang-ulang menerima wahyu. Di tempat itu juga putra-putrinya dilahirkan serta Khadijah meninggal.

Islam dengan tafsiran kaku yang dipraktikkan wahabisme paling punya andil dalam pemusnahan ini. Kaum Wahabi memandang situs-situs sejarah itu bisa mengarah kepada pemujaan berhala baru. Pada bulan Juli yang lalu, Sami Angawi, pakar arsitektur Islam di wilayah tersebut mengatakan bahwa beberapa bangunan dari era Islam kuno terancam musnah. Pada lokasi bangunan berumur 1.400 tahun Itu akan dibangun jalan menuju menara tinggi yang menjadi tujuan ziarah jamaah haji dan umrah.

“Saat ini kita tengah menyaksikan saat-saat terakhir sejarah Makkah. Bagian bersejarahnya akan segera diratakan untuk dibangun tempat parkir,” katanya kepada Reuters. Angawi menyebut setidaknya 300 bangunan bersejarah di Makkah dan Madinah dimusnahkan selama 50 tahun terakhir. Bahkan sebagian besar bangunan bersejarah Islam telah punah semenjak Arab Saudi berdiri pada 1932. Hal tersebut berhubungan dengan maklumat yang dikeluarkan Dewan Keagamaan Senior Kerajaan pada tahun 1994. Dalam maklumat tersebut tertulis, ?

Pelestarian bangunan bangunan bersejarah berpotensi menggiring umat Muslim pada penyembahan berhala.
Nasib situs bersejarah Islam di Arab Saudi memang sangat menyedihkan. Mereka banyak menghancurkan peninggalan-peninggalan Islam sejak masa Ar-Rasul SAW. 

Semua jejak jerih payah Rasulullah itu habis oleh modernisasi ala Wahabi. Sebaliknya mereka malah mendatangkan para arkeolog (ahli purbakala) dari seluruh dunia dengan biaya ratusan juta dollar untuk menggali peninggalan-peninggalan sebelum Islam baik yang dari kaum jahiliyah maupun sebelumnya dengan dalih obyek wisata. Kemudian dengan bangga mereka menunjukkan bahwa zaman pra Islam telah menunjukkan kemajuan yang luar biasa, tidak diragukan lagi ini merupakan pelenyapan bukti sejarah yang akan menimbulkan suatu keraguan di kemudian hari.
Untuk Menutupi Kebodohan Berpikir, Kaum Wahabi Bersikap Radikal dan Ekstreem

Gerakan wahabi dimotori oleh para juru dakwah yang radikal dan ekstrim, mereka menebarkan kebencian permusuhan dan didukung oleh keuangan yang cukup besar. Mereka gemar menuduh golongan Islam yang tak sejalan dengan mereka dengan tuduhan kafir, syirik dan ahli bid?ah. Itulah ucapan yang selalu didengungkan di setiap kesempatan, mereka tak pernah mengakui jasa para ulama Islam manapun kecuali kelompok mereka sendiri. Di negeri kita ini mereka menaruh dendam dan kebencian mendalam kepada para Wali Songo yang menyebarkan dan meng-Islam-kan penduduk negeri ini.

Mereka mengatakan ajaran para wali itu masih kecampuran kemusyrikan Hindu dan Budha, padahal para Wali itu telah meng-Islam-kan 90 % penduduk negeri ini. Mampukah wahabi-wahabi itu meng-Islam-kan yang 10% sisanya? Mempertahankan yang 90 % dari terkaman orang kafir saja tak bakal mampu, apalagi mau menambah 10 % sisanya. Justru mereka dengan mudahnya mengkafirkan orang-orang yang dengan nyata bertauhid kepada Allah SWT. Jika bukan karena Rahmat Allah yang mentakdirkan para Wali Songo untuk berdakwah ke negeri kita ini, tentu orang-orang yang menjadi corong kaum wahabi itu masih berada dalam kepercayaan animisme, penyembah berhala atau masih kafir. (Naudzu billah min dzalik).

Oleh karena itu janganlah dipercaya kalau mereka mengaku-aku sebagai faham yang hanya berpegang teguh pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Mereka berdalih mengikuti keteladanan kaum salaf apalagi mengaku sebagai golongan yang selamat dan sebagainya, itu semua omong kosong belaka. Mereka telah menorehkan catatan hitam dalam sejarah dengan membantai ribuan orang di Makkah dan Madinah serta daerah lain di wilayah Hijaz (yang sekarang dinamakan Saudi). Tidakkah anda ketahui bahwa yang terbantai waktu itu terdiri dari para ulama yang sholeh dan alim, bahkan anak-anak serta balita pun mereka bantai di hadapan ibunya.
Tragedi berdarah ini terjadi sekitar tahun 1805. Semua itu mereka lakukan dengan dalih memberantas bid?ah, padahal bukankah nama Saudi sendiri adalah suatu nama bid?ah? Karena nama negeri Rasulullah SAW diganti dengan nama satu keluarga kerajaan pendukung faham wahabi yaitu As-Sa’ud.
Beberapa Hadits Nabi Tentang Fitnah Islam Terbukti dengan MunculnyaMuhammad bin Abdul Wahab dan Ajarannya

Sungguh Nabi SAW telah memberitakan akan datangnya Faham Wahabi inidalam beberapa hadits, ini merupakan tanda kenabian beliau SAW dalam memberitakan sesuatu yang belum terjadi. Seluruh hadits-hadits ini adalah shahih, sebagaimana terdapat dalam kitab shahih BUKHARI & MUSLIM dan lainnya. Diantaranya: “Fitnah itu datangnya dari sana, fitnah itu datangnya dari arah sana,” sambil menunjuk ke arah timur (Najd). (HR. Muslim dalam Kitabul Fitan)

“Akan keluar dari arah timur segolongan manusia yang membaca Al-Qur’an namun tidak sampai melewati kerongkongan mereka (tidak sampai ke hati), mereka keluar dari agama seperti anak panah keluar dari busurnya, mereka tidak akan bisa kembali seperti anak panah yang tak akan kembali ketempatnya, tanda-tanda mereka ialah bercukur (Gundul).” (HR Bukho-ri no 7123, Juz 6 hal 20748). 

Hadis ini juga diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnu Majah, Abu Daud, dan Ibnu Hibban
Nabi SAW pernah berdo’a: “Ya Allah, berikan kami berkah dalam negara Syam dan Yaman,” Para sahabat berkata: Dan dari Najed, wahai Rasulullah, beliau berdo’a: Ya Allah, berikan kami berkah dalam negara Syam dan Yaman, dan pada yang ketiga kalinya beliau SAW bersabda: “Di sana (Najed) akan ada keguncangan fitnah serta di sana pula akan muncul tanduk syaitan.”, Dalam riwayat lain dua tanduk syaitan.

Dalam hadits-hadits tersebut dijelaskan, bahwa tanda-tanda mereka adalah bercukur (gundul). Dan ini adalah merupakan nash yang jelas ditujukan kepada para penganut Muhammad bin Abdul Wahab, karena dia telah memerintahkan setiap pengikutnya mencukur rambut kepalanya hingga mereka yang mengikuti tidak diperbolehkan berpaling dari majlisnya sebelum bercukur gundul. Hal seperti ini tidak pernah terjadi pada aliran-aliran sesat lain sebelumnya.

Seperti yang telah dikatakan oleh Sayyid Abdurrahman Al-Ahdal: “Tidak perlu kita menulis buku untuk menolak Muhammad bin Abdul Wahab, karena sudah cukup ditolak oleh hadits-hadits Rasulullah SAW itu sendiri yang telah menegaskan bahwa tanda-tanda mereka adalah bercukur (gundul), karena ahli bid’ah sebelumnya tidak pernah berbuat demikian. Al-Allamah Sayyid Alwi bin Ahmad bin Hasan bin Al-Quthub Abdullah AI-Haddad menyebutkan dalam kitabnya Jala’udz Dzolam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abbas bin Abdul Muthalib dari Nabi SAW: “Akan keluar di abad kedua belas nanti di lembah BANI HANIFAH seorang lelaki, yang tingkahnya bagaikan sapi jantan (sombong), lidahnya selalu menjilat bibirnya yang besar, pada zaman itu banyak terjadi kekacauan, mereka menghalalkan harta kaum muslimin, diambil untuk berdagang dan menghalalkan darah kaum muslimin.” – Al-Hadits.

BANI HANIFAH adalah kaum nabi palsu Musailamah Al-Kadzdzab dan Muhammad bin Saud. Kemudian dalam kitab tersebut Sayyid AIwi menyebutkan bahwa orang yang tertipu ini tiada lain ialah Muhammad bin Abdul Wahab. Adapun mengenai sabda Nabi SAW yang mengisyaratkan bahwa akan ada keguncangan dari arah timur (Najed) dan dua tanduk setan, sebagian, ulama mengatakan bahwa yang dimaksud dengan dua tanduk setan itu tiada lain adalah Musailamah Al-Kadzdzab dan Muhammad Ibn Abdil Wahab.

Pendiri ajaran wahabiyah ini meninggal tahun 1206 H / 1792 M, seorang ulama’ mencatat tahunnya dengan hitungan Abjad: “Ba daa halaakul khobiits” (Telah nyata kebinasaan Orang yang Keji) itulah sepak terjang mereka sehingga para ulama’terpaksa mendirikan Komite Hijaz yang kemudian menjadi Nahdlatul Ulama’ th 1926 wadah kaum sunni Indonesia dalam mempertahankan Aqidah ahlussunah wal jama’ah.

Dan sudah waktunya kini Umat Islam menyadari bahwa sekte Wahabi bukan bagian Sunni (Ahlus Sunnah Wal Jama’ah), mereka hanya benalu bagi Sunni! Smoga Allah swt melindungi iman dan aqidah kita, amin …

Istrimu

Perempuan yang kini menjadi istrimu, adalah gadis kecil yang dulu sangat dicintai oleh ayahnya.
Sesekali lihat dengan hati ketika istrimu sedang mengabdikan dirinya kepadamu.
Ibunya melahirkannya dengan bertaruh nyawa. Ayahnya menafkahi dan mengurusnya hingga besar bahkan hingga lulus berpendidikan.
⁣Ketika ia dewasa, sang anak dengan ikhlas diserahkan kepadamu untuk kau jadikan istri, bukan melayani orang yang pernah membesarkannya,,,tapi justru mengabdikan dirinya diseparuh sisa hidupnya kepadamu.
Lihat istrimu, dia bukan Perempuan yang lahir langsung besar dan dewasa, ia lahir dan besar oleh perjuangan, ada darah, keringat dan air mata.⁣
⁣Lalu pantaskah engkau memakinya ketika ia melakukan kesalahan kecil?
(Foto hanya pemanis)

Allah SWT Berawal Tanpa Awalan

Di antara pertanyaan yang menggelitik bagi banyak orang, tetapi juga jarang dibahas sebab terkesan tabu adalah pertanyaan di mana Allah sebelum alam semesta diciptakan? Sebenarnya pertanyaan ini pernah ditanyakan kepada Rasulullah Muhammad ﷺ sehingga kita pun tahu jawabannya. Dalam suatu hadits Riwayat Imam Ahmad disebutkan:

عَنْ وَكِيعِ بْنِ عُدُسٍ، عَنْ عَمِّهِ أَبِي رَزِينٍ، قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَيْنَ كَانَ رَبُّنَا عَزَّ وَجَلَّ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ خَلْقَهُ؟ قَالَ: «كَانَ فِي عَمَاءٍ مَا تَحْتَهُ هَوَاءٌ، وَمَا فَوْقَهُ هَوَاءٌ، ثُمَّ خَلَقَ عَرْشَهُ عَلَى الْمَاءِ 

“Dari Waki’ bin Udus, dari pamannya yaitu Abu Razin, ia berkata: Aku berkata: “Wahai Rasulullah, di manakah Tuhan kita Yang Maha Mulia sebelum menciptakan makhluknya?”. Rasulullah bersabda: “Allah berada di Ama’, di bawahnya tak ada udara dan di atasnya tak ada udara, kemudian Allah menciptakan Arasynya di atas Air”. (HR. Ahmad)

Jadi jawabannya adalah Allah berada di Ama’. Tapi apa Ama’ itu? Imam al-Hafidz Ali al-Qari menjelaskan maksud kata Ama’ di atas sebagai berikut?

قَالَ الْقَاضِي: الْمُرَادُ بِالْعَمَاءِ مَا لَا تَقْبَلُهُ الْأَوْهَامُ وَلَا تُدْرِكُهُ الْعُقُولُ وَالْأَفْهَامُ، عَبَّرَ عَنْ عَدَمِ الْمَكَانِ بِمَا لَا يُدْرَكُ وَلَا يُتَوَهَّمُ، وَعَنْ عَدَمِ مَا يَحْوِيهِ وَيُحِيطُ بِهِ الْهَوَاءُ، فَإِنَّهُ يُطْلَقُ وَيُرَادُ بِهِ الْخَلَاءُ الَّذِي هُوَ عِبَارَةٌ عَنْ عَدَمِ الْجِسْمِ، لِيَكُونَ أَقْرَبَ إِلَى فَهْمِ السَّامِعِ

“Sang Qadli berkata: Yang dimaksud dengan Ama’ adalah sesuatu yang tak bisa diterima oleh imajinasi dan tak bisa digapai oleh akal dan pemahaman. Nabi menunjukkan ketiadaan tempat dengan sesuatu yang tak bisa dimengerti dan diimajinasikan. Dan, juga memenunjukkan ketiadaan sesuatu yang memuatnya atau udara yang melingkupinya. Istilah ini secara mutlak dimaksudkan pada suatu kekosongsan murni (khala’) yang merupakan istilah bagi ketiadaan jism (materi). [Hal ini] agar lebih mudah dimengerti oleh pendengar”

Selasa, 14 November 2023

Doktrin Muhammad Bin Abdul Wahab

Berikut doktrin sesat takfiri dari Muhammad bin Abdul Wahab, sang pendiri Wahabi / salafi / manhaj salaf dalam kitab Ad Durar As Saniyah

قال شيخ الإسلام : العالم الرباني ؛ والصديق الثاني ؛ مجدد الدعوة الإسلامية، والملة الحنيفة ؛ أوحد العلماء، وأورع الزهاد ؛ الشيخ : محمد بن عبد الوهاب ؛ أجزل الله له الأجر والثواب ؛ وأسكنه الجنة بغير حساب، لما سأله أهل القصيم عن عقيدته : ...
(ص34) فمنها، قوله :
Sebagian fatwa beliau ;
 إني مبطل كتب المذاهب الأربعة ؛
1.Sungguh aku membatalkan semua kitab Mazhab yang empat,
 وإني أقول : أن الناس من ستمائة سنة ليسوا على شيء ؛
2.Dan Sungguh aku katakan bahwa kaum muslimin semenjak tahun 600H (pasca era Ibnu Taimiyah) dalam kesesatan,
 وإني أدعي الاجتهاد وإني خارج عن التقليد،
3.Dan sungguh aku tinggalkan ijtihad Mujtahid dan keluar dari d taqlid Mazhab,
 وإني أقول إن اختلاف العلماء نقمة ؛
4.Dan sungguh aku katakan bahwa ikhtilaf ulama itu sangat tercela,
 وإني أكفر من توسل بالصالحين ؛
5.Dan sungguh aku mengkafirkan org yg bertawasul dengan orang² shalih,
 وإني أكفر البوصيري، لقوله : يا أكرم الخلق ؛
6.Dan sungguh aku mengkafirkan bushairi (shahibul Burdah) karna istigosah "wahai mahluk termulia,"
 وإني أقول : لو أقدر علي هدم قبة رسول الله صلى الله عليه وسلم لهدمتها؛
7.Dan sungguh aku katakan "andai aku bisa merobohkan qubah (makam) Rasulullah pasti aku robohkan,"
 ولو أقدر على الكعبة لأخذت ميزابها، وجعلت لها ميزاباً من خشب ؛
8.Dan Andai aku bisa mengganti Mizab Ka'bah, pasti akan aku ganti dengan bahan kayu, 
 وإني أُحرم زيارة قبر النبي صلى الله عليه وسلم
9.Dan sungguh aku MENGHARAMKAN ziyarah ke makam nabi,
 وإني أنكر زيارة قبر الوالدين وغيرهما ؛
10.Dan sungguh aku mengingkari ziyarah kuburan kedua orang tua maupun selainnya, 
 وإني أكفر من خلف بغير الله ؛
11.Dan sungguh aku mengkafirkan orang yg bersumpah dengan selain Allah, 
 وإني أكفر ابن الفارض، وابن عربي ؛
12.Dan sungguh aku mengkafirkan Ibnul Faridh dan Ibnul Arabi,
 وإني أحرق دلائل الخيرات، وروض الرياحين، وأسميه روض الشياطين .
13.Dan sungguh aku akan membakar kitab dalailul Khoirot dan Roudhor riyahiin, yg aku namai sebagai roudhoh setan,

Durar saniyyah (kumpulan fatwa Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab an najdi at Tamimi)

Selasa, 26 September 2023

Pohon Menjalar ke Tetangga

Tetangga dan orang umum tetap tidak boleh memetik buah pohon tersebut kecuali setelah mendapat izin dari pemilik pohon, karena buah-buahan yang menjalar keluar masih menjadi milik pemilik pohon tersebut.

Hukum pohon yang akar atau dahannya menjalar ke pekarangan orang lain : Apabila ada pohon yang akar dan batangnya menjalai kepekarangan tetangga maka akar dan batangnya tetap kepunyaan pemilik pohon. Dan bila dirasa mengganggu maka tetangga harus lapor, dan atas laporan ini pemilik pohon wajib memotongnya, jika pemilik tidak mau maka pemilik pekarangan diperbolehkan memotongnya.
 

بغية المسترشدين ١٤٢

و لو انتشرت اغصان شجرة او عروقها الى هواء ملك الجار اجبر صاحبها على تحويلها فان لم يفعل فللجار تحويلها ثم قطعها ولو بلا اذنح حاكم كما فى التحفة و ان كانت قديمة بل لو كانت لهما مع الارض ................الى ان قال : و ان منعت الضوء عن الجار

Kalo dalam hukum negara demikian : Orang-orang yang hidup bertetangga tentulah mempunyai hak dan kewajiban masing-masing satu sama lain. Termasuk menyangkut dahan atau pohon yang mentiung / menjorok di pekarangan orang lain. Hal ini diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata) yaitu tentang hak dan kewajiban antara pemilik-pemilik pekarangan yang satu sama lain bertetanggaan .
 

·Pasal 666 (2) KUHPerdata : Barangsiapa mengalami bahwa dahan-dahan pohon tetangganya mentiung di atas pekarangannya, berhak menuntut supaya dahan- dahan itu dipotongnya.

·Pasal 666 (3) KUHPerdata : Apabila akar-akar pohon tetangganya tumbuh dalam tanah pekarangannya, maka berhaklah ia memotongnya sendiri; dahan-dahan pun bolehlah ia memotongnya sendiri, jika tetangga setelahsatu kali ditegur, menolak memotongnya, dan asal ia sendiri tidak menginjak pekarangan si tetangga.

Ibarot ini sudah jelas bahwa dahan tersebut milik orang yang punya pohon. Jadi buah yang masih ada di dahan juga nasih milik nya yang punya pohon.
 

و لو انتشرت اغصان شجرة او عروقها الى هواء ملك الجار اجبر صاحبها على تحويلها فان لم يفعل فللجار تحويلها ثم قطعها ولو بلاذن حاكما

Ini ibarat yang pas banget :

ني ، ولو وصل غصنه بشجرة غيره كانت ثمرة الغصن لمالكه وإن كان متعديا

- Hasyiyah Bujairomi :
 

حاشية البجيرمى على المنهج ج : 3 ص : 8
وحاصل المعتمد فى الدكة والشجرة وحفر البئر أن الدكة يمنع منها ولو بفناء داره او دعامة لجداره سواء فى المسجد اوالطريق وان اتسع وانتفى الضرر وأذن الإمام وكانت لعموم المسلمين وان الشجرة فى الطريق كذلك. اهـ

Wallaahu A'lamu Bish Showaab.

Rabu, 16 Agustus 2023

Muhammad bin Wahab

Muhammad bin Wahab lahir pada tahun 1701-1793 M. atau 1122-1214 H. Umurnya 92 tahun. Disebuah kampung `ainiah Nejad Arab Sa`udi. Ibnu Abdul Wahab adalah seorang yang lemah pikiran dan berpenyakitan. Abang dan ayahnya sendiri menganggap sebagai anak yang tidak siuman. Ibnu Abdul Wahab terpengaruh kepada ajaran Ibnu Taimiyah yang berfaham Mujassimah. Kemudian dia mengembara belajar di Bashrah dan berguru kepada Syekh Muhammad al Majmui, seorang agen Yahudi dari Inggris yang menyamar sebagai ulama yang nama aslinya adalah Mr. Hamper. Dia adalah seorang fakar islam yang mahir dalam berbahasa Arab, Turki, Farsi, dan telah lama mempelajari Islam di Turki dan Iraq. Syekh Majmu`i atau Mr. Hamper. Merasuah Ibnu Abdul Wahab dengan hadiah kawin Muth`ah dua orang agen perempuan yahudi, yang menyamar sebagai muslimah, dengan nama 1. Shafiadi Isfahan dan 2. Asiadi Is-siraj. maka dengan mudah Yahudi mencatur atau membonekakan Ibnu Wahab semau-maunya untuk menyebarkan aliran baru dalam sesuai dengan perancangan Yahudi. Dengan ajaran baru itu Ibnu Abdul Wahab kembali ke kampungnya, namun ditentang dan diusir oleh bapaknya sendiri yang seorang ulama Sunni ( Ahlussunnah Waljama`ah ).

Selasa, 08 Agustus 2023

MAULID di MEKAH MADINAH

Keutamaan Maulid dari ulama panutan Salafi wahhabi 

Syaikhul Islam Ibnu Taymiyah ulama panutan utama wahhabi dalam Kitab Iqtidha' Shirathil Mustaqim:

فتعظيم المولد واتخاذه موسمًا قد يفعله بعض الناس، ويكون له فيه أجر عظيم لحسن
قصده، وتعظيمه لرسول الله صلى الله عليه واله وسلم

“Adapun mengagungkan maulid dan menjadikannya acara rutin, itu dikerjakan oleh sebagian manusia, dan mereka mendapat pahala yang besar karena tujuan baik dan pengagungannya terhadap Rasulullah SAW [ Ibnu Taymiyah dlm kitab Iqtidha' Shirathil Mustaqim : 297] (23)

قال ابن الجوزي رحمه الله تعالى من خواصه أنه أمان في ذلك العام وبشرى عاجلة بنيل البغية والمرام

“Al-Imam Ibnu Jauziy Rahimahullah berkata, diantara keistimewaan Maulid Nabi adalah keadaan aman (pencegah mushibah) pada tahun itu, kabar gembira serta segala kebutuhan dan keinginan terpenuhi” [Kitab I’anah Thalibin (Syarah Fathul Mu’in) Juz. 3 hal. 416 ; kitab As-Sirah Al-Halabiyah (1/83-84) karangan Al-Imam ‘Ali bin Burnahuddin Al-Halabiy]

1. IBNU JAUZI (Abad ke 6H) mengatakan : 
Masyarakat Haramain Shareefain (Makkah dan Madinah), Mesir, Yaman, Suriah, dan kota-kota di timur dan barat Arab, memegang fungsi dalam merayakan kelahiran Nabi. Mereka bersuka cita saat melihat bulan Rabiu'l Awwal. Suka cita itu mereka tunjukkan dengan mandi, mengenakan pakaian terbaik, menghiasi diri dengan berbagai cara, memakai wewangian, dan memberi sedekah dengan begitu gembira. Mereka juga dengan senang hati mendengarkan Maulid Nabi.

"Dengan melakukannya, mereka berhasil meraih kesuksesan, seperti yang telah dibuktikan bahwa dengan merayakan Maulid Nabi banyak hal baik terjadi sepanjang tahun, keamanan dan kenyamanan, sarana penghidupan yang lebih baik, peningkatan kekayaan pada anak-anak, kedamaian di kota dan di rumah," tulis Ibnu Jauzi.

Tulisan diambil dari referensi berikut : Tafsir Ruh al-Bayan oleh Allama Ismail Hiqqi, volume 9, halaman 56. Tafsir Milad al-Uroos-Urdu "Bayan e-Milad-un-Nabi", halalam 34/35, yang diterbitkan di Lahore. Tafsir Ad-Durr al-Munazzam, halaman 100/101. Tafsir Al-Milad an-Nabawi, Halaman 58.

2. Sejarawan abad ke-7, Syeikh Abu al-Abbas al-Azafi dan putranya Abu al-Qasim al-Azafi, menulis dalam Kitab al-Durr al-Munazzam. "Para jamaah haji yang saleh dan pelancong terkemuka memberi kesaksian, bahwa pada hari Maulid Shareef di Makkah al-Mukarrama, tidak ada kegiatan yang dilakukan, dan tidak ada yang dijual atau dibeli. Melainkan diisi oleh orang-orang yang sibuk mengunjungi tempat kelahiran Nabiyang mulia, dan bergegas ke sana. Pada hari ini, Ka'bah Suci dibuka dan dikunjungi."

3. IBNU BATTUTAH (Abad ke 8H ) mengatakan :
Qadhi' Makkah adalah ulama yang shalih serta ahli ibadah, Najmuddin Muhammad Bin Imam Al-Alim Muhyiddin Ath-Thabari, beliau orang yang ramah, gemar bersedekah dan simpati kepada orang disekelilingnya, baik akhlaknya, sering berthawaf dan rutin memperhatikan kondisi Ka'bah yang mulia, beliau banyak membagikan makanan di moment-moment tertentu, terutama ketika memperingati Maulid RASULULLAH Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, di moment itu beliau menyuguhkan makanan kepada para Syarif Makkah, kepada para tokoh dan orang-orang miskin beserta mereka yang bekerja di Masjidil Haram dan semua orang disekitarnya.
[Ar-Rihlah Ibnu Battutah : Jilid 1, Halaman 92]

4. Imam Ibnu Hajar al-Haitami رحمه الله تعالى ( Wafat di Mekah 974H dishalatkan didepan pintu Ka’bah) dalam kitabnya al-Maulid asy-Syarif al-Mu`adzdzham, Syeikh Ibnu Zahira al-Hanafi رحمه الله dalam al-Jami' al-Lathif fi Fasl Makkah wa Ahliha, ad-Diyabakri رحمه اللع dalam Tarikh al-Khamis dan Syeikh an-Nahrawali رحمه الله dalam al-I'lam bi A'lami Bait Allah al-Haram, menulis ttg peringatan Maulid Nabi ﷺ di Makkah berikut:-

Setiap tahun tanggal 12 Rabi`ul Awwal, selepas sholat Maghrib, keempat-empat qadhi Makkah (yang mewakili mazhab yang empat) bersama-sama orang banyak termasuk para fuqaha, fudhala` (orang kenamaan) Makkah, syeikh-syeikh, guru-guru zawiyah dan murid-murid mereka, ru`asa' (penguasa-penguasa), muta`ammamin (ulama-ulama) keluar meninggalkan Masjidil Haram untuk pergi bersama-sama menziarahi tempat Junjungan Nabi ﷺ dilahirkan. Mereka beriringan dengan melatunkan zikir dan tahlil (mungkin di sini asalnya tradisi orang kita mengadakan peringatan Maulid). Rumah-rumah di Makkah diterangi cahaya pelita dan lilin. Orang yang turut serta amat ramai dengan berpakaian indah serta membawa anak-anak mereka sekali. Setiba di tempat kelahiran tersebut, ceramah khas bersangkutan Maulidin Nabi ﷺ disampaikan serta kebesaran, kemuliaan dan mu'jizat Junjungan Nabi ﷺ diceritakan. Setelah itu, doa untuk Sultan, Amir Makkah dan Qadhi Syafi`i dibacakan dengan penuh khusyu' dan khudu`. Setelah hampir waktu Isya`, barulah mereka beriringan kembali ke Masjidil Haram untuk menunaikan sholat Isya`.

Imam Ibnu Hajr al Haytami (Rahimuhullah) juga menulis: "Pertemuan Mawlid dan Adhkaar yang berlangsung selama masa kita, sebagian besar terbatas pada perbuatan baik, misalnya di dalamnya, ada Sadaqah yang diberikan, Dzikir dilakukan, Shalawat dan Salam dikirim kepada Nabi dan dia dipuji." (Fatawa al-Hadithiyyah, Halaman 202)

5. MUFTI MADINAH Syeikh Ja’far Muhammad ALBARZANJI (Abad 12H) Membuat Syair Kitab Maulid AlBarzanji

6. Dalam kitab 'Fuyudh al-Haramain', Syeikh Waliullah (Wafat 1762M) juga telah menunjukkan bukti perayaan Maulid Nabi.
"Kelahiran Nabi dirayakan oleh masyarakat Makkah yang menerima berkah karenanya."

7. Ibnu Zahirah Rahimahulllah mengatakan :
Dan sudah menjadi tradisi di kota Makkah di malam senin, pada tanggal 10 bulan Rabi'ul Awwal di setiap tahunya bahwa Qadhi' Makkah dari madzhab Asy-Syafi'i melakukan persiapan untuk mengunjungi tempat yang mulia ini ba'da shalat maghrib dalam rangka menghadiri pertemuan besar antara tiga Qadhi' lainya (Hanafi, Maliki, Hanbali), kebanyakan yang hadir adalah para Fuqoha beserta orang-orang shalih, para bangsawan dengan membawa lampu dan lilin yang indah serta kumpulan masyarakat yang cukup banyak.
[Al-Jami' Al-Lathif Fi Fadhl Makkah : Halaman 285].

Syeikh Ibnu Zahira dari bukunya Jami al-Latif fi Fadli Makkata wa-Ahliha, kemudian Syeikh al-Haytami dari bukunya al-Mawlid al-Sharif al-Muazzam, dan sejarawan Syeikh al-Nahrawali dari al-Ilmam bi-Alam Bayt Allah al-Haram, berkata: "Setiap tahun pada tanggal 12 Rabi'ul Awwal Shareef, setelah shalat Maghrib, empat Qadhis Makkah al-Mukarrama (mewakili Empat Sekolah Sunni) dan kelompok besar masyarakat termasuk para ahli hukum dan tokoh penting Makkah al-Mukarrama, Syaikhayn, guru dan siswa Zawiya, pejabat sipil publik dan ulama, meninggalkan Masjid dan berangkat secara kolektif untuk berkunjung ke tempat kelahiran Nabi Alaihi Salam, mengumandangkan zikir dan tahlil."
Dalam buku itu diceritakan, bahwa rumah-rumah di jalanan menuju tempat kelahiran Nabi diterangi dengan banyak lentera dan lilin besar. Banyak warga yang keluar dan mereka semua memakai pakaian khusus serta membawa anak-anak mereka.
Sementara di dalam tempat kelahiran Nabi, terdapat sebuah khutbah khusus yang disampaikan dalam rangka memperingati hari kelahiran Nabi. Selanjutnya, ada do'a yang dipersembahkan bagi Sultan, Amir dari Makkah al-Mukarrama. Hakim Qadhi Syafi'i kemudian menutup acara dan semua orang berdoa dengan khusyuk.
Sementara itu, sesaat sebelum shalat Isya, seluruh warga kembali ke Masjid Agung, yang dipadati warga. Mereka lantas duduk di barisan di kaki makam Nabi Ibrahim.

8. Syaikh Yusuf bin Ismail an-Nabhani ( Wafat 1932M) dalam kitabnya yang berjudul 'Jawahir al-BiHar' juga menceritakan bukti perayaan Maulid Nabi.
"Penghuni Makkah mengunjungi Tempat Lahir Nabipada malam Mawlid an-Nabawi setiap tahunnya dan mengatur pertemuan-pertemuan besar (Halaman 122)."

9. Koran Makkah al-Mukkaramah, Al-Qibla, juga menulis tentang bukti-bukti tersebut. Pernyataan Al Qibla juga diperkuat oleh Tariqat bulanan di Lahore yang terbit pada Januari 1917M.

Diceritakan, pada malam Maulidan Nabi perayaan dijalankan. Warga Makkah menamai hari itu sebagai 'Youm al-Eid Mawlid ar-Rasulullah. Pada malam perayaan itu, mereka memasak makanan. Amir Makkah dan Panglima Hijaz dengan tentara mereka mengunjungi tempat kelahiran Nabi Muhammad dan membacakan ucapan puji-pujian atau Qasidah di sana.
Sementara itu, deretan lilin yang bersinar diposisikan dari Haram al-Makki menuju tempat kelahiran Nabi. Selain itu, rumah-rumah dan toko-toko juga dihias. Warga menggunakannya untuk melafalkan Qasaid atau syair sepanjang hari di tempat kelahiran Nabi. Pada malam tanggal 11 Rabiu'l Awwal setelah isya', pertemuan Mawlid kemudian digelar. Sejak shalat Maghrib pada 11 Robiu'l Awwal hingga shalat Ashar pada 12 Robiu'l Awwal, setelah setiap shalat, persembahan salam atau penghormatan dari 21 tank ditampilkan.

*Dari berbagai Sumber.
Maulid di Mekah Madinah mulai dihapuskan sejak Bani Saud dari Najed menguasai Hijaz 1924M

Maulid Nabi di kota suci dihapus sejak KSA menguasai 1924M

Syekh Ibni Jubair 614 H, yang mendokumentasikan perjalanannya:

اﺑﺘﺪﺉ ﺑﺘﻘﻴﻴﺪﻫﺎ ﻳﻮﻡ اﻟﺠﻤﻌﺔ ﺛﻼﺛﻴﻦ ﻟﺸﻬﺮ ﺷﻮاﻝ ﺳﻨﺔ ﺛﻤﺎﻥ ﻭﺳﺒﻌﻴﻦ ﻭﺧﺴﻤﺎﺋﺔ ﻋﻠﻰ ﻣﺘﻦ اﻟﺒﺤﺮ

"Aku mulai menulisnya di hari Jumat, 30 Syawal 578 H, di atas lautan"

Terkait catatan perayaan Maulid Nabi di Makah beliau mengabadikan:

ﻳﻔﺘﺢ ﻫﺬا اﻟﻤﻮﺿﻊ اﻟﻤﺒﺎﺭﻙ ﻓﻴﺪﺧﻠﻪ اﻟﻨﺎﺱ ﻛﺎﻓﺔ ﻣﺘﺒﺮﻛﻴﻦ ﺑﻪ ﻓﻲ ﺷﻬﺮ ﺭﺑﻴﻊ اﻷﻭﻝ ﻭﻳﻮﻡ اﻹﺛﻨﻴﻦ ﻣﻨﻪ ﻷﻧﻪ ﻛﺎﻥ ﺷﻬﺮ ﻣﻮﻟﺪ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻭﻓﻲ اﻟﻴﻮﻡ اﻟﻤﺬﻛﻮﺭ ﻭﻟﺪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻭﺗﻔﺘﺢ اﻟﻤﻮاﺿﻊ اﻟﻤﻘﺪﺳﺔ اﻟﻤﺬﻛﻮﺭﺓ ﻛﻠﻬﺎ ﻭﻫﻮ ﻳﻮﻡ ﻣﺸﻬﻮﺭ ﺑﻤﻜﺔ ﺩاﺋﻤﺎ.

Tempat yang berkah ini (kelahiran Nabi) dibuka kemudian orang-orang memasukinya seraya mengharap berkah di bulan Rabiul Awal dan hari Senin di bulan tersebut. Di bulan dan hari inilah kelahiran Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam. Tempat-tempat yang suci tersebut dibuka semuanya. Ini adalah hari yang populer di Makah selamanya (Rihlah Ibni Jubair, hal.96)

Lembaga2 resmi fatwa dunia Islam yg membolehkan diantaranya : 

1. Hai'ah Ulama Sudan Daa'irah Al-Fatwa 
2. Daarul Ifta' Al-Mishriyah 
3. Hai'ah Al-'Aammah Lisy Syu'un Al-Islamiyah wal Awqof (UEA) 
4. Daarul Ifta' Al-Urduniyah 
5. Wizarah Al-Awqof wa Asy-Syu'un Al-Islamiyah Kuwait 
6. Daarul Ifta' Al-Fislitiniyah 
7. Diwan Al-Ifta' Al-Jumhuriyah At-Tunisiyah 
8. Wizarah Al-Awqof wa Asy-Syu'un Al-Islamiyah Maroko 
9. Wizarah Al-Awqof Bil Jumhuriyah As-Suriyyah 
10. Daarul Ifta' Al-Mazhalim Mauritania 
11. Daarul Ifta' Al-Jumhuriyah Al-Lubnaniyah
12. Majelis Ulama Indonesia 

Sedangkan lembaga resmi yg melarang dari Maulid Nabi adalah : 

1. Lajnah Ad-Daaimah Lil Buhuuts Al-Islamiyah Kerajaan Saudi Arabia

Para Imam Dan Ulama' Di Seputar Maulid Nabi.

Yang Memperbolehkan:

1. Al-Imam Ibnu Al-Jauzi Al-Hanbali [597 H].
2. Al-Imam Abu Syamah Al-Maqdisi (guru Imam An-Nawawi) [660 H].
3. Al-Imam Ibnu Khalfan [681 H].
4. Al-Imam Al-Hafidh Al-Iraqi {penulis 'Al-Mauridul Hani Fil Maulid As-Saniy'} [725 H].
5. Al-Imam Al-Hafidh Adz-Dzahabi [748 H].
6. Al-Imam Al-Hafidh Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi {penulis 'Maulid Ibnu Katsir'} [774 H].
7. Al-Imam Ibnu Al-Jazri Al-Muqri' {penulis 'Arafut Ta'rif Bil Maulid Asy-Syarif'} [833 H].
8. Al-Imam Burhanuddin Al-Halabi [841 H].
9. Al-Imam Ibnu Nashiruddin Ad-Dimasyqi {penulis 'Al-Mauridus Shawi Fi Maulidil Hadi'} [842 H].
10. Al-Imam Al-Hafidh Ibnu Hajar Al-Asqalani [852 H].
11. Al-Imam Al-Hafidh As-Sakhawi {penulis 'Al-Fakhrul Ulwi Fil Maulid An-Nabawi'} [902 H].
12. Al-Imam Al-Hafidh Jalaluddin As-Suyuthi [911 H].
13. Al-Imam Al-Hafidh As-Syihab Al-Qasthalani [923 H].
14. Al-Imam Syaikhul Islam Ibnu Hajar Al-Haitsami {penulis 'Itmamun Ni'mah Alal Alam Bimaulidi Sayyidi Waladi Adam'} [983 H].
15. Al-Imam Al-Khatib Asy-Syirbini {penulis 'Al-Maulid Ar-Rowi Fil Maulid An-Nabawi'} [988 H].
16. Al-Imam Mula Ali Qari {penulis 'Al-Maulid Ar-Rowi Fil Maulid An-Nabawi'} [1094 H].
17. Al-Imam Al-Barzanji {penulis 'Iqdul Jauhar Fi Maulid An-Nabi Al-Azhar'} [1177 H].
18. Al-Imam Ibnu Abidin Al-Hanafi [1252 H].
19. Al-Imam Ahmad Zaini Dahlan [1304 H].
20. As-Sayyid Al-Bakri Ad-Dimyathi [1310 H].
21. Al-Mufkir Hasan Al-Banna [1368 H].
22. Mayoritas ulama yang tersebar di berbagai negara muslim mulai dari Syiria, Yaman, Iraq, Mesir, Negara Timur dan Barat, Asia Tenggara, Afrika dan sebagian Jazirah Arab.

Yang Memperbolehkan Dengan Catatan:

1. Al-Imam Ibnu Taimiyah [728 H].
2. Al-Imam Tajuddin Al-Fakihani As-Shufi Al-Asyari [734 H].
3. Al-Imam Ibnu Al-Hajj Al-Maliki [737 H].

Yang Melarang:

1. Nasiruddin Al-Albani [1420 H].
2. Abdul Aziz Ibnu Baz [1420 H].
3. Muhammad Bin Utsaimin [1421 H].
4. Sebagian ulama Saudi Arabia

Kesimpulan:
Yang memperbolehkan maulid adalah mayoritas ulama dan imam ahli fikih, penghafal qur'an dan hadits terdahulu (salaf) yang notabene menjadi rujukan ilmu agama para ulama belakangan.

Ayo Maulidan !!!

"IKUTILAH GOLONGAN MAYORITAS ULAMA' KARENA PASTI BENAR DAN UMMAT NABI,SAWW SECARA MAYORITAS TENTU MENENTANG KESESATAN"

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
.
"إِنّ أُمَّتي لن تجْتمع على ضلالة، فإِذا رأَيْتمْ الاخْتلاف فعليْكمْ بالسّواد الْأَعْظمِ"
.
Sesungguhnya umatku tidak akan berkumpul pada kesesatan. Oleh karena itu, apabila kamu melihat terjadinya perselisihan, maka ikutilah golongan mayoritas (Ulama').
(HR. Ibnu Majjah).
.
Nabi, SAWW bersabda:..
.
قال المناوي رحمه الله في معنى الحديث : ( من باع داراً..) لأنها ثمن الدنيا المذمومة وقد خلق اللّه الأرض وجعلها مسكناً لعباده ، وخلق الثقلين ليعبدوه ، وجعل ما على الأرض زينة لهم: ( لنبلوهم أيهم أحسن عملاً ) ، فصارت فتنة لهم ( إلا من رحم ربك) فعصمه ، وصارت سبباً للمعاصي فنزعت البركة منها ، فإذا بيعت وجعل ثمنها متجراً لم يبارك له في ثمنها ، ولأنه خلاف تدبيره تعالى في جعل الأرض مهاداً . 
وأما إذا جعل ثمنها في مثلها فقد أبقى الأمر على تدبيره الذي هيأه له ، فيناله من البركة التي بارك فيها ، فالبركة مقرونة بتدبيره تعالى لخلقه..." انتهى من "فيض القدير"(6/119) 
وقال أبو جعفر الطحاوي رحمه الله: " وكأن ابن عيينة انتزع فيه أنه وجد الله عز وجل يقول " وبارك فيها وقدر فيها أقواتها " يعني الأرض فكان من باع داراً أو عقاراً فقد باع ما بارك الله عز وجل فيه ، فعاقبه بأن جعل ما استبدله به يعني مما سواه من الآدر والعمارات غير مبارك له فيه ، والله عز وجل نسأله التوفيق " انتهى من "بيان مشكل الآثار"(9/206)

وقال الملا علي القاري : " قَالَ الْمُظْهِرُ: " يَعْنِي: بَيْعُ الْأَرَاضِي وَالدُّورِ وَصَرْفُ ثَمَنِهَا إِلَى الْمَنْقُولَاتِ غَيْرُ مُسْتَحَبٍّ، لِأَنَّهَا كَثِيرَةُ الْمَنَافِعِ قَلِيلَةُ الْآفَةِ لَا يَسْرِقُهَا سَارِقٌ وَلَا يَلْحَقُهَا غَارَةٌ بِخِلَافِ الْمَنْقُولَاتِ، فَالْأَوْلَى أَنْ لَا تُبَاعَ وَإِنْ بَاعَهَا فَالْأَوْلَى صَرْفُ ثَمَنِهَا إِلَى أَرْضٍ أَوْ دَارٍ . 
 مرقاة المفاتيح شرح مشكاة المصابيح.
.
#BukanTerjemahnya

"Hanya ASWAJA BER AQIDAH ASY'ARIY lah Kaum Mayoritas Ulama' sesuai Hadits (as-Sawa'azzul AZZOM') pula sesuai instruksi Rasulullah,SAW sebagai kaum selamat, karena menta'ati instruksi Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dalam sabda beliau berikut :
.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ

Riwayat dari ‘Abdullah R.A. dari Nabi SAWW. bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah orang-orang yang hidup pada zamanku (generasiku), kemudian orang-orang setelah mereka, kemudian orang-orang setelah mereka. (H.R. Bukhari Muslim)
.
Karena itulah Pilihan Paling Selamat bagi segenap ASWAJA adalah  berguru langsung (tallaqi') atau menyimak Pengajian/ Majlis² Ilmu Kyai, Ghawaghis ASWAJA NU karena beliaulah yang masuk kriteria sebagai Ulama' waro'shah yg Ilmu dan akhlaknya Ber-Sanad Muttashil. Ini penting kita pedomani karena, menurut:  "Imam Syafi'i Rohimahullah berkata : "Ilmu tanpa SANAD adalah "wiswasu al-shayatin", artinya inilah pernyataan TEGAS bhw Fiqih Syafi'i adalah yg paling FAQIH karena ber-Sanad (aliy)  dari sumber² Hadits Shahih.

Juga karena pentingnya SANAD MUTTASSIL menurut Imam Abdullah ibn al-Mubarak rahimahullah,:
.
إن هذا العلم دِينٌ، فانظُروا عمَّن تأخذون دينَكم
"Sesungguhnya ilmu ini adalah agama. Maka, pertimbangkanlah baik-baik dari siapa kalian akan menerima agama kalian." []

Karenanya, terhadap kaum WAHABIY ngaku² SALAFIY wajib kita TOLAK ujaran/postingan mereka sebab TIDAK ADA NILAI KEBENARAN di dalamnya, akibat langsung dari AQIDAH SESAT TAJSIM yang mereka Puja Puja.
.
باب الاجتهادمفتوح ولم يزل
وشروط الاجتهادمطلوبة ولم تزل
.
جزا الله انا سيدنامحمداماهواهله
اديب حسن بسري
.
MADZIWAH Muchtarom al-ASYRAF

Minggu, 06 Agustus 2023

Al-Albani Berdusta Atas Rasulullah

Al-Albani dalam karyanya berjudul at-Tawassul berkata [1]:

ولكن ثمة أمر يجب تبيانه، وهو أن النبي صلى الله عليه وسلم وإن أقر الصحابة في غزوة الحديبية وغيرها على التبرك بآثاره والتمسح بها، وذلك لغرض مهم …، إلا أن الذي لا يجوز التغافل عنه ولا كتمانه أن النبي صلى الله عليه وسلم بعد تلك الغزوة رغّب المسلمين بأسلوب حكيم وطريقة لطيفة عن هذا التبرك، وصرفهم عنه، وأرشدهم إلى أعمال صالحة خير لهم عند الله عز وجل، وهذا ما يدل عليه الحديث الآتي:عن عبد الرحمن بن أبي قراد رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم توضأ يوماً، فجعل أصحابه يتمسحون بوضوئه، فقال لهم النبي صلى الله عليه وسلم ما يحملكم على هذا؟ قالوا: حب الله ورسوله. فقال النبي صلى الله عليه وسلم من سره أن يحب الله ورسوله، أو يحبه الله ورسوله فليصدق حديثه إذا حدث، وليؤد أمانته إذا اؤتمن، وليحسن جوار من جاوره. اهـ

“Di sana ada perkara yang wajib dijelaskan, yaitu bahwa Rasulullah sekalipun beliau menyetujui para Sahabat dalam peristiwa perang al-Hudaibiyah dan lainnya dalam praktek tabarruk (mencari berkah) dengan peninggalan - peninggalannya, mengusapnya, bahwa demikian itu adalah untuk tujuan penting,… hanya saja yang tidak boleh dilupakan dan tidak boleh disembunyikan bahwa setelah kejadian itu Rasulullah mengingatkan orang-orang Islam dengan bahasa yang lembut untuk meninggalkan praktek tabarruk ini, beliau memalingkan mereka dari praktek tabarruk dengan mengarahkan mereka kepada amal-amal saleh yang lebih baik daripada tabarruk bagi mereka dan lebih lurus. Inilah apa yang ditunjukan oleh Hadits berikut ini; dari Abdur-Rahman ibn Abi Qirad, bahwa Rasulullah suatu hari berwudlu maka para Sahabatnya mengusap dengan bekas air wudlu Rasulullah tersebut [pada wajah dan tubuh mereka], maka Rasulullah bersabda: Apa yang membuat kalian melakukan perbuatan ini? Mereka menjawab: Cinta Allah dan Rasul-Nya. Maka Rasulullah bersabda: Siapa yang senang untuk meraih cinta kepada Allah dan Rasul-Nya atau meraih cinta Allah dan Rasul-Nya bagi dirinya maka hendaklah ia jujur dalam berkata-kata, hendaklah ia menunaikan amanat kepada pemiliknya, dan hendaklah berbuat baik kepada tetangganya”. 
[Demikian tulisan al-Albani].

Bantahan:

Orang ini menyandarkan kebohongan terhadap Rasulullah dengan suatu perkara yang Rasulullah terbebas dari perkara tersebut. Sungguh, itu adalah tuduhan palsu [dan menyesatkan]. Karena sebenarnya Rasulullah mengajarkan kepada para sahabatnya, dan memberi petunjuk dan motivasi kepada mereka untuk mempraktekan tabarruk dengan peninggalan-peninggalannya di peristiwa haji Wada’, yang di mana Rasulullah setelah peristiwa itu hidup hanya sekitar 80 hari saja. Artinya, Rasulullah mengajarkan kepada para sahabatnya untuk mempraktekan tabarruk di akhir hidupnya. Dalam haji Wada’ tersebut Rasulullah bercukur rambut, lalu oleh beliau sendiri potongan rambut mulia itu dibagikan di antara para sahabat, sebagaiannya beliau berikan kepada Abu Thalhah supaya ia membagi-bagikannya di antara orang banyak. Penjelasan lebih luas tentang Hadits ini akan datang in sya Allah.
Pemahaman al-Albani terhadap Hadits-Hadits tentang tabarruk sangat aneh dan mengherankan [sekaligus menyesatkan]. Pemahaman yang tidak pernah diungkapkan oleh siapapun sebelumnya dari para ulama ahli Hadits dan ulama lainnya yang memiliki pemahaman yang benar dan lurus. Pemahaman al-Albani tersebut tidak memiliki landasan dalil akal yang sehat, juga tidak memiliki landasan dalil naqli yang sahih. Sungguh, Hadits-Hadits tentang tabarruk tidak seperti apa yang dipahami oleh al-Albani. Pemahamannya justru didasarkan kepada prasangka yang sangat rusak [dan batil]. Dan sesuatu yang dibangun di atas pondasi yang rusak maka ia itu adalah rusak pula.
Adapun dalil-dalil [sahih dan kuat] yang dapat membantah paham [sesat al-Albani, dan mengungkap dusta besarnya terhadap Rasulullah; di mana Rasulullah membolehkan tabarruk dengan peninggalan-peninggalannya baik di masa hidupnya atau setelah wafatnya maka ia itu sangat banyak. Beberapa di antaranya kita sebutkan, yaitu beberapa peristiwa praktek tabarruk setelah perang al-Hudaibiyyah dan setelah wafatnya Rasulullah.

Al-Bukhari [2] dan Muslim [3] meriwayatkan dari Hadits sahabat Anas ibn Malik, dalam lafazh riwayat Imam Muslim, Anas berkata:

لمَاّ رَمَى صَلّى اللهُ عَليْه وَسَلّمَ الجمرَةَ وَنَحَرَ نُسُكَهُ وَحَلَقَ نَاوَلَ الحَالِقَ شِقَّهُ الأيْمَنَ فَحَلَقَ، ثمَّ دعَا أبَا طَلْحَةَ الأنْصَارِيَّ فأعْطاهُ ثمّ نَاوَلَهُ الشِّقَ الأيْسَرَ فقَال “احْلِق”، فحَلَق، فأعْطَاهُ أبَا طَلحَةَ فقَال: اقْسِمْهُ بَيْنَ النّاس. وَفِي روَاية: فَبَدَأ بالشِّق الأيْمَنِ فَوَزَّعهُ الشّعْرَةَ وَالشّعْرَتَين بَيْنَ النّاس ثمّ قاَل: بالأيْسَر، فَصَنَعَ مثلَ ذَلكَ ثمّ قَال: ههُنَا أبُو طَلحَة، فَدَفَعهُ إلَى أبيْ طَلحَة. وَفي روَاية أنّه عَليهِ الصّلاَةُ وَالسّلامُ قَالَ للحَلاّق: هَا، وأشَارَ بيَدهِ إلَى الجَانِب الأيْمَن فَقَسَمَ شَعْرَهُ بَيْنَ مَنْ يَليْهِ، ثمّ أشَارَ إلَى الحَلاّق إلَى الجَانِبِ الأيْسَر فَحَلقَهُ فَأعْطَاهُ أمَّ سُلَيم (رَواهُ مُسْلم)

“Setelah selesai melempar Jumrah dan memotong kurbannya, Rasulullah kemudian bercukur. Beliau mengulurkan bagian kanan rambutnya kepada tukang cukur untuk memotongnya. Kemudian Rasulullah memanggil Abu Thalhah al-Anshari dan memberikan kepadanya potongan rambut tersebut. Lalu Rasulullah mengulurkan bagian kiri rambutnya kepada tukang cukur tersebut, sambil berkata: “Potonglah..!”. Lalu potongan rambut tersebut diberikan kembali kepada Abu Thalhah, seraya berkata: “Bagikanlah di antara manusia”. Dalam riwayat lain, -disebutkan-: “Maka mulai -dipotong rambut- dari bagian kanan kepala Rasulullah dan beliau membagikan sehelai, dua helai rambut di antara manusia. Kemudian dari bagian kiri, juga dibagi-bagikan. Rasulullah berkata kepada Abu Thalhah: “Abu Thalhah kemarilah…!”, kemudian Rasulullah memberikan Potongan rambutnya kepadanya. Dalam riwayat, -sebagai berikut-: “Rasulullah berkata kepada tukang cukur: “(Cukurlah) Bagian sini…!”, sambil beliau memberi isyarat ke bagian kanannya. Kemudian Rasulullah membagikannya kepada orang-orang yang berada di dekatnya. Lalu memberi isyarat kembali kepada tukang cukur ke bagian kirinya, setelah dicukur kemudian potongannya diberikan kepada Ummu Sulaim”. (HR. Muslim).

Dalam Hadits ini dengan tegas disebutkan bahwa Rasulullah sendiri yang membagi-bagikan pontongan rambutnya di antara orang banyak, agar mereka mencari berkah (tabarruk) dengannya, baik di masa hidup Rasulullah atau setelah wafatnya. Peristiwa ini terjadi dalam haji Wada’, sekitar 80 hari sebelum wafatnya Rasulullah.

Dengan demikian jelas apa yang dituduhkan al-Albani adalah pemahaman batil dan rusak. [Itu menjadi salah satu] bukti bahwa al-Albani tidak memiliki pemahaman yang baik dan lurus terhadap Hadits-Hadits Rasulullah, walaupun ia mengaku dirinya sebagai muhaddits.

Di antara dalil lainnya menunjukan kebolehan tabarruk dengan peninggalan-peninggalan Rasulullah setelah wafatnya adalah Hadits riwayat Muslim dalam kitab Shahih dari Abdullah ibn Abi Kaisan [4], hamba sahaya yang telah dimerdekakan oleh Asma’ binti Abi Bakr, bahwa ia berkata:

أخْرَجَتْ إليْنَا جُبّةً طَيَالِسَةً كَسْرَوَانِيّةً لَهَا لَبِنَةُ دِيْبَاجٍ وَفَرْجَاهَا مَكْفُوْفَانِ، وَقَالَتْ: هذِهِ جُبّةُ رَسُوْلِ اللهِ صَلّى اللهُ عَليْهِ وَسَلّمَ كَانَتْ عِنْدَ عَائِشَةَ، فَلَمَّا قُبِضَتْ قَبَضْتُهَا، وَكَانَ النّبيّ صَلّى اللهُ عَليهِ وَسَلّمَ يَلبِسُهَا فَنَحْنُ نَغْسِلُهَا لِلْمَرْضَى نَسْتَشْفِيْ بِهَا، وَفي روَاية: نَغْسِلُهَا للمَرِيْضِ مِنَّا (رَواه مُسْلم)

“Dari hamba sahaya Asma’ binti Abi Bakar ash-Shiddiq, bahwa ia berkata: “Asma’ binti Abi Bakar mengeluarkan jubah –dengan motif– thayalisi dan kasrawani (semacam jubah kaisar) berkerah sutera yang kedua lubangnya tertutup. Asma’ berkata: “Ini adalah jubah Rasulullah. Semula ia berada di tangan ‘Aisyah. Ketika ‘Aisyah wafat maka aku mengambilnya. Dahulu jubah ini dipakai Rasulullah, oleh karenanya kita mencucinya agar diambil berkahnya sebagai obat bagi orang-orang yang sakit”. Dalam riwayat lain: “Kita mencuci (mencelupkan)-nya di air dan air tersebut menjadi obat bagi orang yang sakit di antara kita”.

Seandainya pemahaman para Sahabat bahwa tabarruk dengan peninggalan-peninggalan Rasulullah sebagai perbuatan terlarang [seperti pemahaman batil al-Albani] maka mereka tidak akan berlomba dalam mempraktekannya. Kita memiliki banyak dalil dalam kebolehan dan anjuran tabarruk. Silahkan anda baca kitab berjudul Sharih al-Bayan karya guru kami, al-‘Allamah al-Muhaddits syekh ‘Abdullah al-Harari [5].

Dari sini jelas bagi kita bahwa al-Albani tidak memiliki ilmu [dan tidak memiliki pemahaman yang benar] terhadap Hadits-Hadits Rasulullah walaupun ia mengaku telah bergelut puluhan tahun dalam menelaah Hadits-Hadits tersebut. Apa yang ia sandarkan [dari pemahaman rusak] kepada Rasulullah seperti yang ia tuliskan dalam karyanya di atas adalah pemahaman batil yang tidak memiliki dasar. Sungguh, pemahamannya itu adalah pemahaman distorsif, pemalsuan fakta, penipuan, muslihat dan faham yang sangat menyesatkan. Waspadalah!

____

[1] Al-Albani, at-Tawassul (h. 162)

[2] Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Kitab al-Wudlu’, Bab tentang air yang dipakai untuk membasuh rambut

[3] Muslim, Shahih Muslim, Kitab al-Hajj, Bab penjelasan tentang kesunnahan di hari nahr(raya Qurban) untuk melontar [jumrah] terlebih dahulu, kemudian memotong qurban, dan kemudian menggunduli rambut kepala.

[4] Muslim, Shahih Muslim, Kitab al-Libas Waa z-Zinah (Kitab tentang pakian dan perhiasan), Bab tentang keharaman mempergunakan perlatan dari emas dan perak bagi kaum laki-laki dan perempuan, keharaman cincin emas dan kain sutra bagi kaum laki-laki, dan kebolehannya bagi kaum laki-laki.

[5] ‘Abdullah al-Harari, Sharih al-Bayan Fi ar-Radd ‘Ala Man Khalaf al-Qur’an, h. 296

Sumber: Fatawa al-Albani Fi Mizan asy-Syari’ah
Karya: Syekh Prof. Dr. Tarek Lahham
Penerjemah: Kholil Abou Fateh

Selasa, 01 Agustus 2023

JANGAN PERCAYA KEPADA UCAPAN KAUM SALAFI WAHABI YANG MENGATAKAN AQIDAH MEREKA ADALAH AQIDAH MENGIKUTI ULAMA SALAF.!!

INILAH AQIDAH ULAMA SALAF YANG ASLI.!!

Al-Imam al-Mujtahid Abu Hanifah an-Nu’man ibn Tsabit (w 150 H), salah seorang ulama salaf terkemuka, perintis madzhab Hanafi, berkata:

وَاللهُ تَعَالى يُرَى فِي الآخِرَة، وَيَرَاهُ الْمُؤْمِنُوْنَ وَهُمْ فِي الْجَنّةِ بِأعْيُنِ رُؤُوسِهِمْ بلاَ تَشْبِيْهٍ وَلاَ كَمِّيَّةٍ وَلاَ يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ خَلْقِهِ مَسَافَة.

“Allah ta’ala di akhirat kelak akan dilihat. Orang-orang mukmin akan melihat-Nya ketika mereka di surga dengan mata kepala mereka masing-masing dengan tanpa adanya keserupaan bagi-Nya, bukan sebagai bentuk yang berukuran, dan tidak ada jarak antara mereka dengan Allah (artinya bahwa Allah ada tanpa tempat, tidak di dalam atau di luar surga, tidak di atas, bawah, belakang, depan, samping kanan ataupun samping kiri)” (Lihat al-Fiqhul Akbar karya Imam Abu Hanifah dengan Syarahnya karya Mulla ‘Ali al-Qari, h. 136-137).

Juga berkata:

قُلْتُ: أرَأيْتَ لَوْ قِيْلَ أيْنَ اللهُ؟ يُقَالُ لَهُ: كَانَ اللهُ تَعَالَى وَلاَ مَكَانَ قَبْلَ أنْ يَخْلُقَ الْخَلْقَ، وَكَانَ اللهُ تَعَالَى وَلَمْ يَكُنْ أيْن وَلاَ خَلْقٌ وَلاَ شَىءٌ، وَهُوَ خَالِقُ كُلّ شَىءٍ.

“Aku katakan: Tahukah engkau jika ada orang berkata: Di manakah Allah? Jawab: Dia Allah ada tanpa permulaan dan tanpa tempat, Dia ada sebelum segala makhluk-Nya ada. Allah ada tanpa permulaan sebelum ada tempat, sebelum ada makhluk dan sebelum segala suatu apapun. Dan Dia adalah Pencipta segala sesuatu” (Lihat al-Fiqhul Absath karya Imam Abu Hanifah dalam kumpulan risalah-risalahnya dengan tahqiq Muhammad Zahid al-Kautsari, h. 20).

Juga berkata:

وَنُقِرّ بِأنّ اللهَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَلَى العَرْشِ اسْتَوَى مِنْ غَيْرِ أنْ يَكُوْنَ لَهُ حَاجَةٌ إليْهِ وَاسْتِقْرَارٌ عَلَيْهِ، وَهُوَ حَافِظُ العَرْشِ وَغَيْرِ العَرْشِ مِنْ غَبْرِ احْتِيَاجٍ، فَلَوْ كَانَ مُحْتَاجًا لَمَا قَدَرَ عَلَى إيْجَادِ العَالَمِ وَتَدْبِيْرِهِ كَالْمَخْلُوقِيْنَ، وَلَوْ كَانَ مُحْتَاجًا إلَى الجُلُوْسِ وَالقَرَارِ فَقَبْلَ خَلْقِ العَرْشِ أيْنَ كَانَ الله، تَعَالَى اللهُ عَنْ ذَلِكَ عُلُوّا كَبِيْرًا.

“Dan kita mengimani adanya ayat “ar-Rahman ‘Ala al-‘Arsy Istawa” -sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an- dengan menyakini bahwa Allah tidak membutuhkan kepada ‘‘arsy tersebut da tidak bertempat atau bersemayam di atasnya. Dia Allah yang memelihara ‘‘arsy dan lainnya tanpa membutuhkan kepada itu semua. Karena jika Allah membutuhkan kepada sesuatu maka Allah tidak akan kuasa untuk menciptakan dan mengatur alam ini, dan berarti Dia seperti seluruh makhluk-Nya sendiri. Jika membutuhkan kepada duduk dan bertempat, lantas sebelum menciptakan makhluk-Nya -termasuk ‘arsy- di manakah Dia? Allah maha suci dari itu semua dengan kesucian yang agung” (Lihat al-Washiyyah dalam kumpulan risalah-risalah Imam Abu Hanifah tahqiq Muhammad Zahid al-Kautsari, h. 2. juga dikutip oleh asy-Syekh Mullah ‘Ali al-Qari dalam Syarh al-Fiqhul Akbar, h. 70.).

Perkataan Imam Abu Hanifah ini adalah ungkapan yang sangat jelas dalam bantahan terhadap pendapat kaum Musyabbihah dan kaum Mujassimah, termasuk kelompok yang bernama Wahhabiyyah sekarang; mereka yang mengaku sebagai kelompok salafi. Kita katakan kepada mereka: Para ulama salaf telah sepakat mengatakan bahwa Allah ada tanpa tempat dan tanpa arah. Salah satunya adalah Imam Abu Hanifah yang merupakan salah seorang terkemuka di kalangan mereka. Beliau telah mendapatkan pelajaran dari para ulama tabi’in, dan para ulama tabi’in tersebut telah mengambil pelajaran dari para sahabat Rasulullah.

Adapun ungkapan Imam Abu Hanifah yang menyebutkan bahwa telah menjadi kafir seorang yang berkata “Aku tidak mengetahui Tuhanku, apakah ia di langit atau di bumi!?”, demikian pula beliau mengkafirkan orang yang berkata: “Allah di atas ‘arsy, dan aku tidak tahu arah ‘arsy, apakah ia di langit atau di bumi!?”, hal ini karena kedua ungkapan tersebut menetapkan adanya tempat dan arah bagi Allah. Karena itu Imam Abu Hanifah mengkafirkan orang yang mengatakan demikian. Karena setiap yang membutuhkan kepada tempat dan arah maka berarti ia adalah pastilah sesuatu yanga baharu. Maksud ungkapan Imam Abu Hanifah tersebut bukan seperti yang disalahpahami oleh orang-orang Musyabbihah bahwa Allah berada di atas langit atau di atas ‘arsy. Justru sebaliknya, maksud ungkapan beliau ialah bahwa Allah ada tanpa tempat dan tanpa arah, sebagaimana dalam ungkapan-ungkapan beliau sendiri yang telah kita tulis di atas.

Maksud dua ungkapan Imam Abu Hanifah di atas juga telah dijelaskan oleh Imam al-‘Izz ibn Abdissalam dalam kitabnya Hall ar-Rumuz. Beliau berkata: “-Imam Abu Hanifah mengkafirkan orang mengatakan dua uangkapan tersebut- Karena dua ungkapan itu memberikan pemahaman bahwa Allah memiliki tempat. Dan siapa yang berkeyakinan bahwa Allah memiliki tempat maka ia adalah seorang Musyabbih (seorang kafir yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya)” (Dikutip oleh Mulla ‘Ali al-Qari dalam Syarh al-Fiqh al Akbar, h. 198).

Pernyataan Imam al-‘Izz ibn ‘Abd as-Salam ini juga dikuatkan oleh as-Syekh Mulla ‘Ali al-Qari. Ia berkata: “Tanpa diragukan lagi bahwa al-Izz ‘ibn ‘Abdissalam adalah orang yang paling paham terhadap maksud dari perkataan Imam Abu Hanifah tersebut. Karenanya kita wajib membenarkan apa yang telah beliau nyatakan” (Lihat Mulla ‘Ali al-Qari dalam Syarh al-Fiqhul Akbar, h. 198).

Kamis, 27 Juli 2023

Pengikut Dajjal

Sungguh Mengejutkan!!! Ternyata Wahabi Akan Menjadi Pengikut Dajjal Kelak
Sebuah fakta mengejutkan yang ditulis oleh ustadz Ibnu Abdillah Al-Katibiy dalam blognya mengungkapkan bahwa kelak Para Wahabi akan menjadi pengikut Dajjal. Betulkah demikian? Berikut saya kutip Utuh tulisannya…

Kemunculan Dajjal merupakan puncak dari munculnya fitnah paling besar dan mengerikan di muka bumi ini bagi umat manusia khususnya umat Muslim. Kemunculannya di akhir zaman, di masa imam Mahdi dan Nabi Isa ‘alaihis salam, akan banyak mempengaruhi besar bagi umat muslim sehingga banyak yang menjadi pengikut dajjal kecuali orang-orang yang Allah jaga dari fitnahnya.

Dalam hadits disebutkan :

قام رسول الله صلى الله عليه و سلم في الناس فأثنى على الله بما هو أهله، ثم ذكر الدجال فقال: ” إني لأنذركموه، وما من نبي إلا وقد أنذر قومه

“ Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam berdiri di hadapan manusia dan memuji keagungan Allah, kemudian beliau menyebutkan Dajjal lalu mengatakan : “ Sesungguhnya aku memperingatkan kalian akan dajjal, tidak ada satu pun seorang nabi, kecuali telah memperingatkan umatnya akan dajjal “. (HR. Bukhari : 6705)

Dalam hadits lain, Nabi bersabda :

ليس من بلد إلا سيطؤه الدجال

“Tidak ada satu pun negeri, kecuali akan didatangi oleh dajjal “. (HR. Bukhari : 1782)

Pada kesempatan ini, saya tidak menjelaskan sepak terjang dajjal, namun saya akan sedikit membahas sebagian kaum yang menjadi pengikut dajjal. Dan kali ini, saya tidak mengungkap semua kaum yang mengikuti dajjal, namun saya akan menyinggung satu persoalan yang cukup menarik yang telah diinformasikan oleh nabi bahwa ada kelompok umatnya yang akan menjadi pengikut setia dajjal, padahal sebelumnya mereka ahli ibadah bahkan ibadah mereka melebihi ibadah umat Nabi Muhammad lainnya, mereka rajin membaca al-Quran, sering membawakan hadits Nabi, bahkan mengajak kembali pada al-Quran.

Namun pada akhirnya mereka menjadi pengikut dajjal, apa yang menyebabkan mereka terpengaruh oleh dajjal dan menjadi pengikut setianya ? simak uraiannya berikut :

Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إنَّ مِن بعْدِي مِنْ أُمَّتِي قَوْمًا يَقْرَؤُنَ اْلقُرآنَ لاَ يُجَاوِزُ حَلاَقِمَهُمْ يَقْتُلُوْنَ أَهْلَ اْلإسْلاَمِ وَيَدَعُوْنَ أَهْلَ اْلأَوْثَانِ، يَمْرُقُوْنَ مِنَ اْلإسْلاَمِ كمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مَنَ الرَّمِيَّةِ، لَئِنْ أَدْرَكْتُهُمْ لَأَقْتُلَنَّهُمْ قَتْلَ عَادٍ

“Sesungguhnya setelah wafatku kelak akan ada kaum yang pandai membaca al-Quran tetapi tidak sampai melewati kerongkongan mereka. Mereka membunuh orang Islam dan membiarkan penyembah berhala, mereka lepas dari Islam seperti panah yang lepas dari busurnya seandainya (usiaku panjang dan) menjumpai mereka (kelak), maka aku akan memerangi mereka seperti memerangi (Nabi Hud) kepada kaum ‘Aad “.(HR. Abu Daud, kitab Al-Adab bab Qitaalul Khawaarij : 4738)

Nabi juga bersabda :

سَيَكُونُ فِى أُمَّتِى اخْتِلاَفٌ وَفُرْقَةٌ قَوْمٌ يُحْسِنُونَ الْقِيلَ وَيُسِيئُونَ الْفِعْلَ وَيَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ مُرُوقَ السَّهْمِ مِنَ الرَّمِيَّةِ لاَ يَرْجِعُونَ حَتَّى يَرْتَدَّ عَلَى فُوقِهِ هُمْ شَرُّ الْخَلْقِ وَالْخَلِيقَةِ طُوبَى لِمَنْ قَتَلَهُمْ وَقَتَلُوهُ يَدْعُونَ إِلَى كِتَابِ اللَّهِ وَلَيْسُوا مِنْهُ فِى شَىْءٍ مَنْ قَاتَلَهُمْ كَانَ أَوْلَى بِاللَّهِ مِنْهُمْ قَالُوا : يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا سِيمَاهُمْ قَالَ : التَّحْلِيقُ

“ Akan ada perselisihan dan perseteruan pada umatku, suatu kaum yang memperbagus ucapan dan memperjelek perbuatan, mereka membaca Al-Quran tetapi tidak melewati kerongkongan, mereka lepas dari Islam sebagaimana anak panah lepas dari busurnya, mereka tidak akan kembali (pada Islam) hingga panah itu kembali pada busurnya. Mereka seburuk-buruknya makhluk. Beruntunglah orang yang membunuh mereka atau dibunuh mereka. Mereka mengajak pada kitab Allah tetapi justru mereka tidak mendapat bagian sedikitpun dari Al-Quran. Barangsiapa yang memerangi mereka, maka orang yang memerangi lebih baik di sisi Allah dari mereka “, para sahabat bertanya “ Wahai Rasul Allah, apa cirri khas mereka? Rasul menjawab “ Bercukur gundul “.(Sunan Abu Daud : 4765)

Nabi juga bersabda :

سَيَخْرُجُ فِي آخِرِ الزَّمانِ قَومٌ أَحْدَاثُ اْلأَسْنَانِ سُفَهَاءُ اْلأَحْلاَمِ يَقُوْلُوْنَ قَوْلَ خَيْرِ الْبَرِيَّةِ يَقْرَؤُونَ اْلقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ يَمْرُقُوْنَ مِنَ الدِّيْنَ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ ، فَإذَا لَقِيْتُمُوْهُمْ فَاقْتُلُوْهُمْ ، فَإِنَّ قَتْلَهُمْ أَجْراً لِمَنْ قَتَلَهُمْ عِنْدَ اللهِ يَوْمَ اْلقِيَامَة

“Akan keluar di akhir zaman, suatu kaum yang masih muda, berucap dengan ucapan sbeaik-baik manusia (Hadits Nabi), membaca Al-Quran tetapi tidak melewati kerongkongan mereka, mereka keluar dari agama Islam sebagaimana anak panah meluncur dari busurnya, maka jika kalian berjumpa dengan mereka, perangilah mereka, karena memerangi mereka menuai pahala di sisi Allah kelak di hari kiamat “.(HR. Imam Bukhari 3342)

Dalam hadits lain Nabi bersabda :

يَخْرُجُ نَاسٌ مِنَ اْلمَشْرِقِ يَقْرَؤُونَ اْلقُرْانَ لَا يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ كُلَّمَا قَطَعَ قَرْنٌ نَشَأَ قَرْنٌ حَتَّى يَكُوْنَ آخِرُهُمْ مَعَ اْلمَسِيْخِ الدَّجَّالِ

“Akan muncul sekelompok manusia dari arah Timur, yang membaca al-Quran namun tidak melewati tenggorokan mereka. Tiap kali Qarn (kurun / generasi) mereka putus, maka muncul generasi berikutnya hingga generasi akhir mereka akan bersama dajjal “ (Diriwayatkan imam Thabrani di dalam Al-Kabirnya, imam imam Abu Nu’aim di dalam Hilyahnya dan imam Ahmad di dalam musnadnya)

Ketika sayyidina Ali dan para pengikutnya selesai berperang di Nahrawain, seseorang berkata:

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَبَادَهُمْ وَأَرَاحَنَا مِنْهُمْ

“Alhamdulillah yang telah membinasakan mereka dan mengistirahatkan kita dari mereka“, maka sayyidina Ali menyautinya:

كَلاَّ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنَّ مِنْهُمْ لَمَنْ هُوَ فِي أَصْلاَبِ الرِّجَالِ لَمْ تَحْمِلْهُ النِّسَاءُ وَلِيَكُوْنَنَّ آخِرَهُمْ مَعَ اْلمَسِيْحِ الدَّجَّال

“Sungguh tidak demikian, demi jiwaku yang berada dalam genggaman-Nya, sesungguhnya akan ada keturunan dari mereka yang masih berada di sulbi-sulbi ayahnya dan kelak keturunan akhir mereka akan bersama dajjal “.

Penjelasan:

Dalam hadits di atas Nabi menginformasikan pada kita bahwasanya akan ada sekelompok manusia dari umat Nabi yang lepas dari agama Islam sebagaimana lepasnya anak panah dari busurnya dengan sifat dan ciri-ciri yang Nabi sebutkan sebagai berikut dalam hadits-haditsnya di atas :

Senantiasa membaca al-Quran, Namun kata Nabi bacaanya tidak sampai melewati tenggorokannya artinya tidak membawa bekas dalam hatinya.
Suka memerangi umat Islam.
Membiarkan orang-orang kafir.
Memperbagus ucapan, namun parkteknya buruk.
Selalu mengajak kembali pada al-Quran, namun sejatinya al-Quran berlepas darinya.
Bercukur gundul.
Berusia muda.
Lemahnya akal.
Kemunculannya di akhir zaman.
Generasi mereka akan terus berlanjut dan eksis hingga menajdi pengikut dajjal.
Jika kita mau mengkaji, meneliti dan merenungi data-data hadits di atas dan melihat realita yang terjadi di tengah-tengah umat akhir zaman ini, maka sungguh sifat dan cirri-ciri yang telah Nabi sebutkan di atas, telah sesuai dengan kelompok yang selalu teriak lantang kembali pada al-Quran dan hadits, kelompok yang senantiasa mempermaslahkan urusan furu’iyyah ke tengah-tengah umat, kelompok yang mengaku mengikut manhaj salaf, kelompok yang senantiasa membawakan hadits-hadits Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam yaitu tidak ada lain adalah wahhabi yang sekarang bermetomorfosis menjadi salafi.

Membaca al-Quran dan selalu membawakan hadist-hadits Nabi adalah perbuatan baik dan mulia, namun kenapa Nabi menjadikan hal itu sebagai tanda kaum yang telah keluar dari agama tersebut?? Tidak ada lain, agar umat ini tidak tertipu dengan slogan dan perilaku mereka yang seakan-akan membawa maslahat bagi agama Islam.

Ciri mereka yang suka memerangi umat Islam, tidak samar dan tidak diragukan lagi, sejarah telah mencatat dan mengakui sejarah berdarah mereka di awal kemuculannnya, ribuan umat Islam dari kalangan awam maupun ulamanya telah menjadi korban berdarah mereka hanya karena melakukan amaliah yang mereka anggap perbuatan syirik dan kufr dan dianggap telah menentang dakwah mereka. Namun dengan musuh Islam yang sesungguhnya, justru mereka biarkan bahkan hingga saat ini mereka akrab dengan kaum kafir, adakah sejarahnya mereka memerangi kaum kafir??

Ciri berikutnya adalah memperbagus ucapan namun prakteknya buruk, mereka jika berbicara dengan lawannya selalu mengutarakan ayat-ayat al-Quran dan hadits, namun ucapanya tersebut tidaklah dinyatakan dalam prakteknya, kadang mereka membaca mushaf al-Quran pun sambil tiduran tanpa ada adabnya sama sekali.

Ciri berikutnya adalah mereka senantiasa berkoar-koar kepada kaum muslimin lainnya agar kembali pada al-Quran. Tanda mereka ini sangat nyata dan kentara kita ketahui pada realita saat ini, kaum wahabi selalu teriak kepada kaum muslimin untuk kembali pada Al-Quran. Ahlus sunnah selalu mengajak pada Al-Quran karena ajaran mereka memang bersumber dari Al-Quran, namun kenapa Allah menjadikan sifat ini sebagai tanda pada kaum neo khawarij (wahabi) ini??

Sebab merekalah satu-satunya kelompok yang dikenali dikalangan awam yang selalu teriak mengajak pada Al-Quran sedangkan Al-Quran sendiri berlepas diri dari mereka. Sehingga hal ini (yad’uuna ilaa kitabillah; mengajak kepada Al-Quran) menjadi tanda atas kelompok ini bukan pada kelompok khawarij lainnya.

Tanda mereka adalah bercukur gundul, Hal ini menambah keyakinan kita bahwa yang dimaksud oleh Nabi dalam tanda ini adalah tidak ada lain kelompok wahabi. Tidak ada satu pun kelompok ahli bid’ah yang melakukan kebiasaan dan melazimkan mencukur gundul selain kelompok wahabi ini, mereka kelompok sesat lainnya hanya bercukur gundul pada saat ibadah haji dan umrah saja sama seperti kaum muslimin Ahlus sunnah.

Namun kelompok wahabi ini menjadikan mencukur gundul ini suatu kelaziman bagi pengikut mereka kapan pun dan dimana pun. Bercukur gundul ini pun telah diakui oleh Tokoh mereka; Abdul Aziz bin Hamd (cucu Muhammad bin Abdul Wahhab) dalam kitabnya Majmu’ah Ar-Rasaail wal masaail : 578.

Ciri berikutnya adalah berusia muda dan akalnya lemah, Mereka pada umumnya masih berusia muda tetapi lemah akalnya, atau itu adalah sebuah kalimat majaz yang bermakna orang-orang yang kurang berpengalaman atau kurang berkompetensi dalam memahami Al Qur’an dan As Sunnah. Subyektivitas dengan daya dukung pemaham yang lemah dalam memahaminya, bahkan menafsiri ayat-ayat Al-Qur`an dengan mengedepankan fanatik dan emosional golongan mereka sendiri.

Kemunculan kaum ini ada di akhir zaman sebagaimana hadits Nabi di atas, kemudian generasi mereka juga akan terus berlanjut hingga generasi akhir mereka akan bersama dajjal menjadi pengikut setianya.

Namun apa yang menyebabkan mereka terpengaruh oleh dajjal dan menjadi pengikut dajjal?? berikut kajian dan analisa ilmiyyahnya:

Sebab pertama: Wahabi beraqidahkan tajsim dan tsyabih.

Sudah maklum dalam kitab-kitab mereka bahwa mereka meyakini Allah itu memiliki organ-organ tubuh seperti wajah, mata, mulut, hidung, tangan, kaki, jari dan sebagainya, dan mereka mengatakan bahwa organ tubuh Allah tidak seperti organ tubuh makhluk-Nya.

Mereka juga meyakini bahwa Allah bertempat yaitu di Arsy, mereka juga memaknai istiwa dengan bersemayam dan duduk dan menyatakan semayam dan duduknya Allah tidak seperti makhluk-Nya. Mereka meyakini Allah turun ke langit dunia dari atas ke bawah di sepertiga malam terakhir, dan meyakini bahwa ketika Allah turun maka Arsy kosong dari Allah namun menurut pendapat kuat mereka Arasy tidak kosong dari Allah. Sungguh mereka telah memasukkan Allah dalam permainan pikiran mereka yang sakit itu. Dan lain sebagainya dari pensifatan mereka bahwa Allah berjisim..

Nah, demikian juga dajjal, renungkanlah kisah dajjal yang disebutkan oleh Nabi dalam hadts-hadits sahihnya, bahwasanya dajjal itu berjisim, berorgan tubuh, memiliki batasan, dia berjalan secara hakikatnya, dia turun secara hakikatnya, dia berlari kecil secara hakikatnya, dia memiliki kaki secara hakikat, memiliki tangan secara hakikat, memiliki mata secara hakikat, memiliki wajah secara hakikat dan lain sebagainya.. dan tidak ada lain yang menyebabkan mereka mengakui dajjal sebagai tuhannya kecuali karena berlebihannya mereka di dalam menetapkan sifat-sifat Allah tersebut dan memperdalam makna-maknanya hingga sampai pada derajat tajsim.

Perhatikan dan renungkan sabda Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam berikut :

إني حدثتكم عن الدجال، حتى خشيت أن لا تعقلوا ، إن المسيح الدجال قصير أفحج ، جعد أعور ، مطموس العين ، ليست بناتئة ، ولا جحراء ، فإن التبس عليكم ، فاعلموا أن ربكم ليس بأعور

“Sesungguhnya aku ceritkan pada kalian tentang dajjal, karena aku khawatir kalian tidak bisa mengenalinya, sesungguhnya dajjal itu pendek lagi congkak, ranbutnya keriting (kribo), matanya buta sebelah dan tidak menonjol dan cengkung, jika kalian masih samar, maka ketahuilah sesungguhnya Tuhan kalian tidaklah buta sebelah matanya “. (HR. Abu Dawud)

Nabi benar-benar khawatir umatnya tidak bisa mengenali dajjal, dan Nabi menyebutkan cirri-ciri dajjal yang semuanya itu bermuara pada jisim, dan menyebutkan aib-aib yang disepakati oleh kaum musyabbih dan sunni yang mutanazzih, namun kaum musyabbihah (wahabi-salafi) sangat mendominasi pada pemikiran tajsimnya sehingga bagi mereka Allah Maha melakukan apapun, dan Allah maha Mampu atas segala sesuatu, bahkan menurut mereka kemampuan Allah memungkinkan berkaitan dengan perkara yang mustahil bagi-Nya yang seharusnya kita sucikan, sehingga berkatalah sebagian mereka: Bahwa Allah jika berkehendak untuk bersemayam di punggung nyamuk, maka Allah pun akan bersemayam di atasnya. Naudzu billahi min dzaalik..

Sebab kedua : Tidak adanya pehamahan mereka tentang perkara-perkara di luar kebiasaan (khawariqul ‘aadah) atau disebut karomah.

Realita yang ada saat ini, kaum wahhabi-salafi tidak pernah membicarakan tentang khawariqul ‘aadah atau karomah, bahkan mereka mengingkari karomah-karomah para wali Allah yang disebutkan oleh para ulama hafidz hadits seperti al-Hafidz Abu Nu’aim dalam kitab hilyahnya, imam Khatib al-Baghdadi dalam kitab Tarikhnya dan lainnya, bahkan mereka memvonis kafir kepada sebagian para wali Allah yang mayoritas ahli tasawwuf. Mereka tidak bisa mencerna karomah-karomah para wali yang ada sehingga tidak mempercayai imdadaat ruhiyyah (perkara luar biasa yang bersifat ruh) yang Allah berlakukan di tangan para wali-Nya yang bertaqwa sebagai kemuliaan Allah atas mereka.

Sedangkan dajjal akan datang dengan kesaktian-kesaktian yang lebih hebat dan luar biasa sebagai fitnah bagi orang yang Allah kehendaki, menumbuhkan tanah yang kering, menurunkan hujan, memunculkan harta duniawi, emas, permata, menghidupkan orang yang mati dan lain sebagainya, sedangkan kaum wahhabi tidak perneh membicarakan khawariqul ‘aadat semacam itu, sehingga akal mereka tidak mampu membenarkannya, oleh sebab itu ketika dajjal muncul dengan membawa khowariqul ‘aadat semacam itu disertai pengakuan rububiyyahnya, maka bagi wahabi dajjal itu adalah Allah, karena wahabi tidak mengathui sama sekali tentang khowariqul ‘aadat yang Allah jalankan atas seorang dari golongan manusia, mereka pun tidak mampu membedakan antara pelaku secara hakikatnya dan semata-semata sebab / perantaranya, maka bercampurlah pemahaman mereka antara kekhususan sang pencipta dengan makhluk-Nya.

Seandainya mereka mengetahui bahwa apa yang terjadi dari khowariqul ‘aadat hanyalah semata-mata dari qudrah Allah, dan manusia hanyalah perantara, maka wahabi tidak akan heran atas apa yang dilakukan dajjal. Dan seandainya kaum wahabi bertafakkur atas khowariqul ‘aadat yang terjadi dari para Nabi dan wali, maka wahabi tidak akan terkena fitnah oleh khowariqul ‘aadat yang terjadi dari dajjal sebagai bentuk istidraajnya.

Yang membedakan khowariqul ‘aadat yang terjadi atas para Nabi dan dajjal adalah bahwa para nabi memperoleh hal itu sebagai penguat kebenaran yang mereka serukan, sedangkan dajjal memperolah hal itu sebagai fitnah atas seseorang yang mengaku rububiyyah, perkara hal itu sama-sama perkara khowariqul ‘aadat (perkara luar biasa).

Sebab ketiga: Bermanhaj khowarij yakni keluar dari jama’ah muslimin dan mengkafirkan kaum muslimin.

Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam mensifati pengikut dajjal bahwasanya mereka adalah kaum khowarij, sebagaimana sebagian telah dijelaskan di awal :

يَخْرُجُ نَاسٌ مِنَ اْلمَشْرِقِ يَقْرَؤُونَ اْلقُرْانَ لَا يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ كُلَّمَا قَطَعَ قَرْنٌ نَشَأَ قَرْنٌ حَتَّى يَكُوْنَ آخِرُهُمْ مَعَ اْلمَسِيْخِ الدَّجَّالِ

“Akan muncul sekelompok manusia dari arah Timur, yang membaca al-Quran namun tidak melewati tenggorokan mereka. Tiap kali Qarn (kurun / generasi) mereka putus, maka muncul generasi berikutnya hingga generasi akhir mereka akan bersama dajjal “ (Diriwayatkan imam Thabrani di dalam Al-Kabirnya, imam imam Abu Nu’aim di dalam Hilyahnya dan imam Ahmad di dalam musnadnya)

Arah Timur yang Nabi maksud tidak ada lain adalah arah Timur kota Madinah yaitu Najd sebab Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam telah menspesifikasikan letak posisinya yaitu tempat dimana ciri-ciri khas penduduknya orang-orang yang memiliki banyak unta dan baduwi yang berwatak keras dan berhati kasar dan tempat di mana menetapnya suku Mudhar dan Rabi’ah, dan semua itu hanya ada di Najd Saudi Arabia, Nabi bersabda :

مِنْ هَا هُنَا جَاءَتِ اْلفِتَنُ ، نَحْوَ اْلمَشْرِقِ ، وَاْلجَفَاءُ وَغِلَظُ اْلقُلوْبِ فيِ اْلفَدَّادِينَ أَهْلُ اْلوَبَرِ ، عِنْدَ أُصُوْلِ أَذْنَابِ اْلإِبِلِ وَاْلَبقَرِ ،فِي رَبِيْعَةْ وَمُضَرً

“Dari sinilah fitnah-fitnah akan bermunculan, dari arah Timur, dan sifat kasar juga kerasnya hati pada orang-orang yang sibuk mengurus onta dan sapi, kaum Baduwi yaitu pada kaum Rabi’ah dan Mudhar “. (HR. Bukhari)

Maka kaum wahhabi-salafi ini adalah regenerasi dari kaum khowarij pertama di masa Nabi dan sahabat, perbedaaanya kaum khowarij pertama bermanhaj mu’aththilah (membatalkan sifat-sifat Allah), sedangkan kaum neo khowarij (wahhabi) ini bermanhaj tajsim dan taysbiih. Walaupun berbeda, namun sama-sama menyimpang dari aqidah Islam, dan Allah merubah manhaj mereka dari kejelekan menuju manhaj yang lebih jelek lagi sebagai balasan atas kedhaliman dan kesombongan yang memenuhi hati mereka.

Atas manhaj tajsim mereka inilah menjadi penyebab wahhabi mudah terpengaruh oleh dajjal, sedangkan khowarij terdahulu jika masih ada yg mengikuti manhaj ta’thilnya tidak mungkin terpengaruh oleh dajjal, sebab sangat anti terhadap sifat-sifat Allah, mereka mensucikan Allah dari sifat gerak, pindah, bersemayam, diam, duduk, turun dan sebagainya bahkan mereka membatalkan sifat-sifat wajib Allah.

Maka dengan jelas wahabi kelak akan menjadi pegnikut dajjal, naudzu billahi min syarril wahhabiyyah wa imaamihim dajjal.. Wallahu a’lam