Selasa, 31 Juli 2018

APAKAH KHILAFAH ISLAMIYYAH BISA MENJAMIN NEGARA DAN RAKYATNYA BISA PATUH DALAM MENJALANKAN SYAREAT ISLAM???

Habib Munzir : Daulah islamiyah ini sebenarnya tak pernah dikenal dalam islam, hanya istilah yg diada adakan saja, karena islam tak pernah mengenal \"negara islam\", yg ada adalah khilafah islamiyah,

Islam adalah untuk dunia, bukan untuk indonesia, malaysia atau nama nama negara yg dibuat buat oleh manusia.

anda lihat Rasul saw berkuasa di madinah, namun pemimpin madinah tetap Abdullah bin Ubay bin salul, (pemimpin munafik dan musuh islam), mengapa Rasul saw tak merebut kekuasaan darinya?, Rasul saw membiarkan Ibn Ubay tetap memimpin madinah, dan Abu sofyan (sblm msk islamnya) tetap memimpin Makkah,

Rasul saw tak pernah merebut kekuasaan, dan memang tidak cinta jabatan,

dan negara kita ini sudah negara islam, apa lagi yg mau dikatakan mesti negara islam, sedangkan indonesia negara islam terbesar didunia.

presidennya islam, menterinya mayoritas muslimin, pejabatnya mayoritas muslimin, konglomeratnya mayoritas muslimin, buruhnya mayoritas muslimin, pengusahanya mayoritas muslimin, lalu apa lagi yg mereka inginkan?

mendirikan negara islam dan ini sudah negara yg dikuasai muslimin,

yg kita perlukan adalah masyarakatnya yg mesti dibenahi.

contoh kecil, bila sebagian dari kelompok muslimin berkata : ini stasion televisi, stasion radio sudah merusak, harus ditertibkan, lalu mau apa cuma duduk di majelis taklim, dan rumah dan keluarga itu terus dirusak oleh televisi..

mereka dg dangkalnya berucap demikian, maksudnya adalah kalau negara islam maka televisi2 bisa ditertibkan..

saya sudah observasi, saya adalah narasumber di Tranas TV, TPI, Indosiar, Latv dan antv.

saya bertanya pada mereka : kenapa kalian tayangkan tayangan2 tak beradab?, mereka semua menjawab dg jawaban yg sama : \"kami hanya mengikuti selera masyarakat bib\"

masyarakat maunya porno kami tayangkan porno, masyarakat maunya dangdut kami tayangkan dangdut, bila di bulan ramadhan masyarakat maunya tayangan islami maka 99% tayangan kami islami, dan semua artis diwajibkan berjilbab, dan semua film dan sinetron semua tentang alqur\’an dan hadits…, karena masyarakat maunya begitu..

maka saudaraku, lalu kunci utamanya dimana?, ditelevisi, dipemerintahan, di pejabat, di perusahaan, atau dimana?, jawabannya hanya satu… di masyarakat.

dan itulah dakwah Nabi Muhammad saw, rahmatan lil \’alamiin..

maka bila dakwah muncul untuk menyejahterakan masyarakat dan mengajaknya kepada kenabawian dan sunnah, itulah dakwah yg benar, dan selain daripada itu maka anda mesti berhati hati.

oleh sebab itu bila anda dengar kelompok manapun yg ingin mendirikan negara islam dg syariah islam maka gerakan itu adalah gerakan kesusu, muncul dari ide ide yg tak memahami syariah islam dan berfatwa semaunya.

Wallahu a'lam Bishowab

Allahuma sholii 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim

Mencium Turbah Rasulullah

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ الله وَبَرَكَاتُهُ

#HIKMAH

Suatu ketika seorang Habib dari Hadramaut ingin menunaikan ibadah haji dan berziarah ke kakeknya, Rasulullah ﷺ.
Beliau berangkat dengan diiringi rombongan yang melepas kepergiannya. Seorang Sulton di Hadramaut, kerabat Habib tersebut, menitipkan Al-Qur’an buatan tangan yang terkenal keindahannya di jazirah arab pada saat itu untuk disampaikan kepada raja Saudi.

Sesampai di Saudi, Habib tersebut disambut hangat karena statusnya sebagai tamu negara.
Setelah berhaji, beliau berziarah ke makam Rasulullah ﷺ. Karena tak kuasa menahan kerinduannya kepada Rasulullah ﷺ, beliau memeluk turbah Rasulullah ﷺ.
Beberapa pejabat negara yang melihat hal tersebut mengingkari hal tersebut dan berusaha mencegahnya sambil berkata : “Ini bid’ah dan dapat membawa kita kepada syirik!” Dengan penuh adab, Habib tersebut menurut dan tak membantah satu kata pun.

Beberapa hari kemudian, Habib tersebut diundang ke jamuan makan malam raja Saudi.
Pada kesempatan itu beliau menyerahkan titipan hadiah Al-Qur'an dari Sulton Hadramaut.
Saking girang dan dipenuhi rasa bangga, Raja Saudi mencium Al Qur’an tersebut!

Berkatalah sang Habib : “Jangan kau cium Al-Qur’an tersebut, Itu dapat membawa kita kepada syirik!” Sang raja menjawab : “Bukanlah Al-Qur’an ini yang kucium, akan tetapi aku menciumnya karena ini adalah KALAMULLAH!” Habib berkata : “Begitu pula aku, ketika aku mencium turbah Rasulullah ﷺ, sesungguhnya Rasululullah-lah yang kucium! Sebagaimana seorang sahabat (Ukasyah) ketika menciumi punggung Rasulullah, tak lain adalah karena rasa cinta beliau kepada Rasulullah. Apakah itu syirik?!” Tercengang sang raja tak mampu menjawab.
Kemudian Habib tersebut membaca beberapa bait syair Layla Majnun yang berbunyi :

ﻣﺮﺭﺕ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺪﻳﺎﺭ ﺩﻳﺎﺭ ﻟﻴﻠﻰ
ﺃﻗﺒﻞ ﺫﺍﺍﻟﺠﺪﺍﺭ ﻭﺫﺍﺍﻟﺠﺪﺍﺭ "
Aku melewati sebuah rumah, rumah si Layla, dan aku menciumi setiap dinding-dindingnya.
" ﻓﻤﺎ ﺣﺐ ﺍﻟﺪﻳﺎﺭ ﺷﻐﻔﻦ ﻗﻠﺒﻲ
ﻭﻟﻜﻦ ﺣﺐ ﻣﻦ ﺳﻜﻦ ﺩﻳﺎﺭﺍ "
Bukanlah karena aku mencintai sebuah rumah yang membuat hatiku hanyut dalam cinta, akan tetapi karena cintaku kepada sang penghuni rumah".

‎اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
‎اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
‎اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Senin, 30 Juli 2018

APAKAH KHILAFAH ISLAMIYYAH BISA MENJAMIN NEGARA DAN RAKYATNYA BISA PATUH DALAM MENJALANKAN SYAREAT ISLAM???

Habib Munzir : Daulah islamiyah ini sebenarnya tak pernah dikenal dalam islam, hanya istilah yg diada adakan saja, karena islam tak pernah mengenal \"negara islam\", yg ada adalah khilafah islamiyah,

Islam adalah untuk dunia, bukan untuk indonesia, malaysia atau nama nama negara yg dibuat buat oleh manusia.

anda lihat Rasul saw berkuasa di madinah, namun pemimpin madinah tetap Abdullah bin Ubay bin salul, (pemimpin munafik dan musuh islam), mengapa Rasul saw tak merebut kekuasaan darinya?, Rasul saw membiarkan Ibn Ubay tetap memimpin madinah, dan Abu sofyan (sblm msk islamnya) tetap memimpin Makkah,

Rasul saw tak pernah merebut kekuasaan, dan memang tidak cinta jabatan,

dan negara kita ini sudah negara islam, apa lagi yg mau dikatakan mesti negara islam, sedangkan indonesia negara islam terbesar didunia.

presidennya islam, menterinya mayoritas muslimin, pejabatnya mayoritas muslimin, konglomeratnya mayoritas muslimin, buruhnya mayoritas muslimin, pengusahanya mayoritas muslimin, lalu apa lagi yg mereka inginkan?

mendirikan negara islam dan ini sudah negara yg dikuasai muslimin,

yg kita perlukan adalah masyarakatnya yg mesti dibenahi.

contoh kecil, bila sebagian dari kelompok muslimin berkata : ini stasion televisi, stasion radio sudah merusak, harus ditertibkan, lalu mau apa cuma duduk di majelis taklim, dan rumah dan keluarga itu terus dirusak oleh televisi..

mereka dg dangkalnya berucap demikian, maksudnya adalah kalau negara islam maka televisi2 bisa ditertibkan..

saya sudah observasi, saya adalah narasumber di Tranas TV, TPI, Indosiar, Latv dan antv.

saya bertanya pada mereka : kenapa kalian tayangkan tayangan2 tak beradab?, mereka semua menjawab dg jawaban yg sama : \"kami hanya mengikuti selera masyarakat bib\"

masyarakat maunya porno kami tayangkan porno, masyarakat maunya dangdut kami tayangkan dangdut, bila di bulan ramadhan masyarakat maunya tayangan islami maka 99% tayangan kami islami, dan semua artis diwajibkan berjilbab, dan semua film dan sinetron semua tentang alqur\’an dan hadits…, karena masyarakat maunya begitu..

maka saudaraku, lalu kunci utamanya dimana?, ditelevisi, dipemerintahan, di pejabat, di perusahaan, atau dimana?, jawabannya hanya satu… di masyarakat.

dan itulah dakwah Nabi Muhammad saw, rahmatan lil \’alamiin..

maka bila dakwah muncul untuk menyejahterakan masyarakat dan mengajaknya kepada kenabawian dan sunnah, itulah dakwah yg benar, dan selain daripada itu maka anda mesti berhati hati.

oleh sebab itu bila anda dengar kelompok manapun yg ingin mendirikan negara islam dg syariah islam maka gerakan itu adalah gerakan kesusu, muncul dari ide ide yg tak memahami syariah islam dan berfatwa semaunya.

Wallahu a'lam Bishowab

Allahuma sholii 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim

Ijazah Habis Sholeh Bin Muhsin Alhamid

HABIB SHOLEH TANGGUL
------------------------------------------------------------------

Beliau adalah Al wali al kabir, Sohibul karomah, mujabuddu'ah. Guru Sekumpul menjuluki beliau sebagai Abu Bakar bin Salim nya Indonesia.Terkenal doanya yang mustajab bagaikan petir menyambar. .
Pada awalnya beliau sering mengikuti pengajian di pesantren Kiai Achmad Shiddiq, tetapi setelah kewalian beliau masyhur ganti Kiai Achmad Shiddiq yang mengikuti pangajian kitab Sohih Bukhori di kediaman Habib Sholeh.

Awal pejalanan suluk beliau dimulai ketika bertemu Nabi Khidir di stasiun Tanggul Jember.
Diriwayatkan beliau uzlah selama 5 tahun, kemudian beliau berangkat haji setelah mendapat isyarah dari datuknya Rasulullah SAW untuk mengunjunginya di Madinah.
Sepulang dari haji beliau kaget melihat rumahnya yang sederhana telah dipugar oleh masyarakat (sebagai penghormatan kepada beliau).
Beliau mengatakan, "Padahal di rumah itu saya sholat berjamaah dengan Rasulullah lima waktu."

Beliau khalifahnya Al-Quthb Habib Abu Bakar Assegaf Gresik. Habib Abu Bakar sendiri yang memakaikan imamah di atas kepala Habib Sholeh yang mulia.

Diantara wirid harian beliau adalah dalailul khoirot.

*AL HABIB SHOLEH BIN MUKHSIN AL-HAMID TANGGUL DAN AL HABIB 'UMAR BIN JA'FAR ASSEGAF, SANG MATAHARI DAN SANG BULAN.*_

Suatu ketika Al Habib 'Umar bin Ja'far Assegaf sedang berjalan menuju cirebon ke surabaya. Sesampainya di surabaya beliau berjumpa dengan Al Habib Sholeh bin Mukhsin Al Hamid.

Habib Sholeh berkata dengan sambutan hangat kepada Habib 'Umar:

"Ahlan wasahlan wa marhaban wahai Sang Pemilik Do'a yang ditunggu."

Sambil senyum Habib 'Umar bin Ja'far assegaf menjawab:
"Ahlan wa marhaban wahai Sang Pemilik do'a yang ketika bermunajat bagaikan petir menyambar."

Persahabatan Habib 'Umar bin Ja'far Assegaf dan Habib Sholeh bin Mukhsin Al Hamid, bagai pinang dibelah dua, kedua Wali masyhur dan mastur ini sama-sama wafat di bulan yang sama dalam keadaan yang sama dan karomah yang sama, sehingga beliau berdua bagaikan matahari dan bulan.

Al Habib 'Ali bin Husein Al 'Aththos berkata :
"Jika kalian ingin melihat Cahaya Rosululloh SAW. di siang hari, maka lihatlah Habib Sholeh bin Mukhsin Al Hamid."

Jika kau ingin melihat Rasulullah SAW. di malam hari, maka lihatlah Habib 'Umar bin Ja'far Assegaf, lihatlah mereka Warisan-warisan Suci dan juga cucu dari pada Nabi Muhammad SAW yang selalu memuliakan satu sama lainnya, mereka saling memuliakan dengan 'ilmu dan akhlaq yang mulia sehingga harum namanya sampai akhir zaman dengan hati dan jiwa yang bersih dan bercahaya dari ALLAH SWT.

Semoga ALLAH SWT memberi kita semua keberkahan dari beliau dan Datuk beliau Nabi Muhammad SAW.. dan kelak ALLAH mengumpulkan kita bersamanya, Aamiin...

*Sholawat  al-Habib Sholeh bin Muhsin al-Hamid Tanggul*_

أَاللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلاَةً تَغْفِرُ بِهَا الذُّنُوْبَ , وَتُصْلِحُ بِهَا الْقُلُوْبَ , وَتَنْطَلِقُ بِهَا الْعُصُوْبُ , وَتَلِيْنُ بِهَا الصُّعُوْبُ , وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ إِلَيْهِ مَنْسُوْبٌ

Ya Allah.. Limpahkanlah Rahmat kepada Junjungan kami Nabi Muhammad SAW.
Semoga dengan barokah Sholawat, Engkau ampuni segala dosa, Engkau perbaiki hati, hilanglah segala penyakit, lenyaplah segala kesulitan.
Limpahkanlah pula kepada keluarga, para sahabatnya dan orang yang bersambung nasab dengan Nabi.

Di baca 3 kali / 11 kali / 41 kali di setiap Sholat Wajib.

يالله بالتوفيق حتى نفيق ونلحق الفريق...

Mudah mudahan kita mendapat taufiq sehingga kita bisa di golongkan dengan orang orang sholeh...

Aamiin..

*Ijazah dari Al-habib Sholeh Al-hamid_*
_supaya cepat mempunyai rumah_

اللهم رب البيت ، أسألك بجاه أهل البيت، أن تيسر لي خير بيت ، حتى لا نقول يا ليت

(Allaahumma robbal bait, as,aluka bijaahi ahlil bait, an tuyassirolii khoiro bait, chattaa laa naquul yaa laiit)

Artinya :
" Ya allah, engkau adalah pemilik baitullah, aku memohon kepadamu dengan wasilah ahlil bait rosulullah, agar engkau mudahkan untukku sebaik-baiknya rumah, sehingga aku tidak mengucap 'Seandainya aku punya rumah' .

*MENINJAU KEBERADAAN ISLAM NUSANTARA*


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Berikut ini hasil resume kajian ilmiah yang dilaksanakan oleh group whatsapp DISKUSI PROBLEM ASWAJA, dengan 170 anggota, dalam mencermati maraknya pro kontra atas munculnya istilah Islam Nusantara (Isnus) yang baru-baru ini viral di kalangan umat Islam.

Jika dalam kajian ini terdapat perbedaan pandang dengan beberapa tokoh Islam, maka group Diskusi Problem Aswaja merujuk kepada perkataan Imam Malik bin Anas RA:

كل يؤخذ من كلامه ويرد ، الا صاحب هذا القبر . (واشار الى قبر الني صلى الله عليه وسلم).

“Setiap dari kita (siapapun adanya) bisa diterima dan bisa juga ditolak pendapatnya, kecuali ucapan dari penghuni kubur ini (lantas Imam Malik menunjuk ke arah makam Rasulullah SAW)”

Berikut hasil diskusi:

1. Isnus itu tidak bisa dipisahkan dengan paham liberal, jadi sangat disayangkan karena banyak kiyai yang menyetujuinya.

2. Fenomena pemunculan Isnus sudah direncanakan (dibajak) oleh kaum Liberal, dan dijadikan jurus untuk sebagai pemecah belah umat Islam. Jelas di kalangan umat Islam akan timbul pro & kontra.

3. Munculnya Isnus berawal dari fanatik buta oknum pengusung Islam Rahmatan Lil Alamin namun yang dimaksud adalah satu golongan saja.

4. Penamaan ISNUS diviralkan oleh para penggiat Islib (Islam Liberal). Mereka memanfaatkan kiyai – kiyai sepuh NU yang tidak dapat mengikuti dunia Medsos, sehingga dapat leluasa men-cekok-i ideologi mereka yang penuh dengan kebohongan dan kepentingan berbahaya dari kalangan kaum orientalis.

5. Inti masalahnya, "penetrasi" JIL (Jaringan Islam Liberal) & Syiah cukup masif dan berpengaruh terhadap pola pikir hingga mempengaruhi "imamah" di tubuh NU. Sehingga warga Nahdliyin yang lurus tentu akan dijadikan musuh.

6. Penggunaan istilah ISLAM NUSANTARA, terdapat banyak cela yang dapat dimasuki oleh kepentingan kaum Liberal. Beberapa fenomena akibat timbulnya Isnus adalah sebagai berikut:
"Karena ada Islam Nusantara, disisi lain dimunculkan Islam Arab, tentu akan timbul nama-nama:
- Islam Nigeria
- Islam Jepang
- Islam Australia
- Islam Eropa
dan sebagainya, yang setiap istilah itu memiliki karakteristik berbeda satu dengan lainnya. Tentunya akan lebih memudahkan pihak musuh untuk mengacak-acak Islam.

7. Dengan munculnya istilah ISLAM NUSANTARA maka akan timbul sikap fanatisme terhadap Islam Nusantara dan cenderung mem-perspektif-kan bahwa Islam Nusantara itu yang paling benar, paling baik. Selain Islam Nusantara, berarti salah atau kurang sempurna.

8. Islam Nusantara, ini masalah yang muncul ketika indigenisasi diterapkan pada ekspresi keagamaan. Reifikasi (pembendaan) pribumisasi Islam seperti ini, yang diusulkan Gus Dur dilanjutkan Ahmad Baso, dan sekarang oleh Ahmad Sahal, Rumail Abbas lalu digaungkan oleh Presiden.

9. Munculnya Isnus menjadi identik dengan Islam anti Arab. Jika keantian mereka terhadap ke – Arab-Araban  tembus dalam hati sehingga ada unsur istihza' (merendahkan) terhadap sunnah Nabi, kemungkinan besar mereka bisa terpesorok ke jurang kemurtadan. Apalagi bila kontra dengan syariat.

10. Bisa jadi Islam Nusantara adalah labelisasi baru setelah Islam Liberal gagal didengungkan. Di mana Islam Liberal mengadopsi pemikiran kaum orientalis yang lebih ditekankan pada dunia kampus. Kegagalan Islam Liberal yang dulu ada di dunia kampus Umum dan Islam, kini strategi yang lama diterapkan di tubuh NU dengan mendengungkan istilah Islam Nusantara.

11. Salah satu fenomena dampak negatif dari munculnya jargon Islam Nusantara adalah beberapa orang mulai minder memelihara jenggot, mengenakan jubah/gamis, mengenakan cadar dan simbul Islam lainnya. Ketika ada ulama/asatidz memberikan fatwa yang lurus dan yang sebenarnya tentang hukum agama namuntidak sesuai dengan selera penggiat Isnus, malah di cap sebagai radikal. Padahal apa yang disampaikan sesuai dengan syariat, pendapat ulama salaf dan tuntunan Baginda Nabi Muhammad SAW.

12. Tidak dipungkiri, istilah Islam Nusantara dimunculkan sebagai bentuk reaksi terhadap kelompok Radikal Wahabi. Yang menjadikan Jenggot sebagai hal dhahiriyyah minaddin. Sedangkan menurut faham Asya'irah, jenggot adalah sunnah Nabi. Bukan kewajiban syariat. Tapi meniru sunnah itu berpahala jika niat mengikuti Nabi. Atau Jenggot bisa dikatakan sebagai  adat Nabi, bukan perintah syariat. Tapi tetap sunnah memelihara jenggot, yang dalam istilah usul fiqih termasuk جبلية محض

13. Yang harus dipahami oleh warga NU. Bahwa NU adalah wadah, bukan Aqidah. NU juga manhaj,  bukan personal. Dengan pemahaman seperti ini,  NU akan tumbuh dan berkembang (silahkan baca dalam usul fiqih bab Af'al). 

14. Istilah Islam Nusantara mempersempit pemahaman tentang Islam yang mengatur semua aspek kehidupan, karena Islam Nusantara lebih cenderung kepada peradaban orang Indonesia yang toleran.

15. Untuk membahas Isnus, maka yang utama adalah apa dan bagaimana Isnus itu sesuai dengan yang telah diviralkan oleh para pengusung dan penggiatnya. Maka dari situ dapat diambil kesimpulan demi memashlahatan masyarakat, karena bagaimanapun masyarakat terlanjur memahami target ISNUS itu ya dari media mainstream yang mereka baca, bukan dari siapa asli pencetus utamanya dan apa tujuan pencetus istilah itu.

نحكم بالظاهر والله يتولى السرائر
(Kita menghukumi sesuatu itu dari perkara yang tampak, sedangkan urusan yang tersembunyi diserahkan kepada Allah).

Berikut ini contoh beberapa statemen, hasil produk Isnus yang banyak dibaca oleh masyarakat umum:

“Kalau kamu mau menjadi orang Islam, jangan jadi orang Arab.”
“Semua orang berpakaian seperti orang Arab, bendera ditulisakan tulisan arab, adat istiadat arab, kenapa nggak pada pindah Arab aja ya?”
"Islam bukan Arab"
"Islam Indonesia bukan Islam Arab"
"Islam Nusantara lebih sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia, bukan Islam Arab"
"Konsep Islam Nusantara mensinergikan ajaran Islam dengan adat istiadat lokal yang banyak tersebar di wilayah Indonesia. Islam di Indonesia tidak harus seperti Islam di Arab atau Timur Tengah, yang menerapkan penggunaan gamis ataupun cadar.
Islam Nusantara adalah Islam yang khas ala Indonesia".
"Islam Nusantara adalah Agama Sejati, Islam Arab adalah Agama abal-abal dan Penjajah"
“Islam Nusantara itu lebih baik daripada Islam Arab”

16. Sasaran yang dituju oleh penggiat Islam nusantara adalah remaja. Dengan dalih mengangkat budaya Nusantara agar tidak hilang. Banyak remaja di medsos menggunakan tagar #Islamnusantara. Di sisi lain,  banyak remaja muslim yang tidak paham apa itu liberalisme, pluralisme, dll. Dari jargon Islam Nusantara inilah paham liberal menggerus kalangan remaja.

17. Sering kali ISNUS berdalih bahwa golongan merekalah yang meneruskan silsilah keIslaman walisongo berdakwah dengan kasih sayang tanpa kekerasan dan angkat senjata. Padahal jika dicermati akan diketahui perbedaan di antara keduanya.

Di antaranya:
-Penisbatan agama "Nusantara" tidak pernah dibawa oleh para Walisongo
-Penyesuaiannya Walisongo dengan sebagian adat di Jawa, bukan berarti Walisongo benci Arab atau sama sekali tidak mengunggulkan Nusantara hingga melecehkan Arab.
(personalia para Walisongo itu berasal dari Arab).
- Walisongo menghapus adat istiadat yang bertentangan dengan ibadah/ syariat sedang Isnus menghapus Syariat yang kurang sesuai dengan adat.

Contoh yang didengungkan penggiat Isnus:
- Imamah tidak suka.
- Baju putih dalam shalat di ganti dengan batik dengan alasan nilai shalat diambil dari kekhusyu’an bukan bukan baju (mereka lupa hadist kesunnahan pakaian warna putih).
- Lebih mengunggulkan adat di atas ibadah. Padahal dalam syariat, ibadah itiu di atas adat.
- Tidak menerima ajaran yang dibawa oleh para habaib dzurriyah Nabi, dan par kyai muda yang notabene akhir-akhir ini  banyak yang berguru pada alim ulama di negeri-negeri Arab.

18. Menjadi musibah bila para Kiyai sepuh NU sudah terlanjur membenarkan dan merestui Ideologi Isnus sebagai kepanjangan tangan kaum Liberal. Maka akan lebih sulit lagi untuk membentengi wara Nahdliyin dari ideologi ‘pesanan’ kaum orientalis. Apa lagi jika yang mendukung itu dari kiai/ulama yang dianggapnya "wali", jelas tidak akan ada yang berani membantah.

19. Salah satu target diciptakannya penggiat Islam Nusantara adalah bertujuan untuk melemahkan organisasi besar yang ada di negara ini, yaitu NU. Semua sudah by design dan ini termasuk proses ke arah sana.  Karena bagaimana pun juga Islam tidak bisa dilemahkan oleh negara manapun, kecuali oleh umat Islam sendiri. Islam sengaja dikotak-kotakan agar mudah diberangus.

NU adalah ormas Islam terbesar dan paling berpengaruh di Indonesia, tentu menjadi magnet untuk kelompok yang memiliki kepentingan pribadi untuk ‘dimanfaatkan’ demi kepentingan mereka.

20. Yang kita lawan adalah para pengusung SEPILIS (Sekularisme, Pluralisme, Liberalisme) yang berbaju Islam, yang sekarang memanfaatkan jargon Islam Nusantara, jadi tidak mungkin dirangkul jadi satu kesatuan dalam tubuh umat Islam. Kaum SEPILIS adalah reinkarnasi dari kaum Orientalis Barat yang sengaja mengacak-acak Islam dari dalam.

21. Hakikatnya, merek & Isnus itu sendiri sudah bermasalah. Analognya, umat Islam ibarat disodori pilihan:

a. Minyak babi cap BABI
b. Minyak babi cap SAPI
c. Minyak sapi cap BABI
d. MINYAK SAPI cap SAPI ?

Seharusnya, umat Islam mencari yang paling aman, yaitu memilih MINYAK SAPI CAP SAPI. Sedangkan di antara para penggiat Isnus itu ada dua kalangan, yaitu ibarat mengarahkan umat Islam untuk memilih:

-Minyak sapi cap BABI
-Minyak babi cap BABI.

Akibatnya umat Islam menjadi ragu-ragu terhadap pilihannya.

22. Islam Nusantara tidak lain merupakan manhaj dhirar yang teori "ramah lingkungan"-nya hanya pemanis kemasan semata, dimana muatan penerapan & tujuan yang hendak diraihnya adalah demi menyingkirkan supremasi Syariat & merontokkan sendi-sendi agama dari kehidupan umatnya dengan jargon hubbul wathan yang dilucuti dari koridor Syar'i yang memangkunya.

Isnus dibopong sedemikian tinggi hingga mengungguli kepedulian terhadap penerapan syariat Islam secara kaffah, sehingga setiap upaya umat menuju tegaknya ajaran Islam secara keseluruhan dipandang sebelah mata & dianggap sebagai sikap radikalisme yang harus dibabat habis hingga ke akar-akarnya.

23. Harus jeli melihat makarnya para penggiat liberalisme, dengan cara harus berani mengatakan TIDAK terhadap trik-trik mereka, bukan malah terbawa arus permainannya.
Untuk membendung wabah ideologi Isnus (baca Liberal), salah satunya perlu digalakkan pengkajian kitab khittah nahdliyah yang disusun al maghfurlah KH. Ahmad Siddiq Jember.

24. Dibutuhkan sosok para ulama yang berani tegas dan giat melawan dan membongkar kebobrokan pemahaman Liberal yang dipasarkan lewat jargon Islam Nusantara agar tidak laku dipasaran.
Semoga hasil kajian Diskusi Problem Aswaja ini dapat bermanfaat bagi umat Islam.

Senin, 9 Juli 2018

(ADMIN)

https://www.facebook.com/491514671267848/posts/516174522135196/

Sabtu, 28 Juli 2018

Doa Nabi Adam AS

Bismillah...

Doa Kanjeng Nabi Adam alaihissalam

Dalam menafsirkan QS. al-Baqarah ayat 38:

فَتَلَقَّى آدَمُ مِنْ رَبِّهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

Jalaluddin as-Suyuthi dalam kitab ad-Durul Mantsûr fît Tafsîril Ma’tsûr mengutip sejumlah riwayat tentang kisah pertobatan Nabi Adam. Ketika diusir dari surga dan jatuh ke bumi, beliau mendatangi Ka’bah dan shalat dua rakaat, kemudian berdoa, dalam untaian doa yang indah:

اللّهُمّ إِنّكَ تَعْلَمُ سِرِّيْ وَعَلَانِيَتِيْ فَاقْبَلْ مَعْذِرَتِيْ وَتَعْلَمُ حَاجَتِيْ فَأَعْطِنِيْ سُؤَلِيْ وَتَعْلَمُ مَا فِيْ نَفْسِيْ فَاغْفِرْلِيْ ذَنْبِيْ. اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ إِيْمَانًا يُبَاشِرُ قَلْبِيْ وَيَقِيْنًا صَادِقًا حَتَّى أَعْلَمُ أَنَّهُ لَا يُصِيْبُنِيْ إِلَّا مَا كَتَبْتَ لِي وَأَرْضِنِيْ بِمَا قَسَّمْتَ لِي

“Ya Allah, sungguh Engkau tahu apa yang tersembunyi dan tampak dariku, karena itu terimalah penyesalanku. Engkau tahu kebutuhanku, maka kabulkanlah permintaanku. Engkau tahu apa yang ada dalam diriku, maka ampunilah dosaku. Ya Allah sungguh aku memohon kepada-Mu iman yang menyentuh kalbuku dan keyakinan yang benar sehingga aku tahu bahwa tidak akan menimpaku kecuali telah Engkau tetapkan atasku. Ya Allah berikanlah rasa rela terhadap apa yang Engkau bagi untuk diriku.”

Allah kemudian menjawab doa Nabi Adam:

“Hai Adam, Aku telah terima taubatmu dan telah Aku ampuni dosamu. Tidak ada seorang pun di antara keturunanmu yang berdoa dengan doa sepertimu kecuali Aku ampuni dosa-dosanya, Aku angkat kesedihan dan kesulitannya, Aku cabut kefakiran dari dirinya, Aku niagakan dia melebihi perniagaan semua saudagar, Aku tundukkan dunia di hadapannya meskipun dia tidak menghendakinya.”

Doa Nabi Adam yang indah dijawab oleh Allah dengan jawaban yang lebih indah. Jalaluddin as-Suyuthi juga mengutip riwayat bahwa sebelum memanjatkan doa, Nabi Adam tawassul dengan nama Muhammad. Beliau bermunajat: “Ya Allah, jika Aku memohon kepada-Mu dengan nama Muhammad, apakah Engkau sudi mengampuni dosaku?” Allah menjawab, “Siapa Muhammad?”. Adam berkata, “Maha Suci Engkau, ketika Engkau ciptakan aku, aku tengadahkan wajahku menghadap arasy-Mu dan di sana tertulis kalimat لا اله الا الله محمد رسول الله, maka Aku tahu bahwa tidak ada seorang pun yang lebih tinggi derajatnya di sisi-Mu kecuali dia yang namanya bersanding dengan nama-Mu.” Allah menjawab, “Hai Adam, dia adalah nabi terakhir dari keturunanmu. Jika bukan karena dia, aku tidak akan menciptakanmu (لو لا هو ما خلقتك).

Dalam kitab ini juga disebutkan sebuah riwayat dari Ibn Abbas yang bertanya kepada Rasulullah tentang kalimat-kalimat pertobatan yang diterima Adam dari Allah. Rasulullah menjawab: “Dia (Adam) memohon kepada Allah dengan menyebut nama Muhammad, Ali, Fathimah, Hasan dan Husain, kemudian diterimalah tobatnya.” (Ad-Durul Mantsûr fît Tafsîril Ma’tsûr, 2000 (Beirut: Darul Kutub ‘Ilmiyyah), h. 119)

Anda boleh percaya boleh tidak. Saya hanya menyampaikan apa yang tertulis kitab ini. Riwayat ini tidak terlalu populer, apalagi di kalangan sekelompok orang yang gampang menuduh siapa pun yang mencintai Ahlul Bait sebagai Rafidhi (Syiah Rafidhah), hingga Imam Syafi’i dalam petikan diwannya yang terkenal pernah berujar:

لو كان رافضا حب ال محمد،  فاليشهد الثقلان اني رافضي

“Jika mencintai keluarga Muhammad berarti Rafidhi, biarlah jin dan manusia bersaksi bahwa aku ini Rafidhi.”

Wallahu a’lam.

Sabtu, 21 Juli 2018

HUKUM BERZINA DIDALAM ISLAM, SERTA PENJELASANNYA

A. Haramnya Zina

Seluruh ulama sepakat bahwa perbuatan zina itu hukumnya haram dan termasuk dosa besar. Dosanya tidak diampuni kecuali dengan taubat. Ada begitu banyak dalil yang mengharamkan perbuatan zina. Di antaranya adalah

1. Al-Quran : Haram Mendekati Zina

Allah SWT berfirman tentang haramnya mendekati zina pada ayat berikut ini :

ﻭَﻻَ ﺗَﻘْﺮَﺑُﻮﺍْ ﺍﻟﺰِّﻧَﻰ ﺇِﻧَّﻪُ ﻛَﺎﻥَ ﻓَﺎﺣِﺸَﺔً ﻭَﺳَﺎﺀ ﺳَﺒِﻴﻼً

Dan janganlah kamu dekati zina, karena zina adalah perbuatan yang keji dan jalan yang paling buruk. (QS. Al-Isra' : 32)

2. Al-Quran : Hukuman Zina Cambuk 100 Kali

Selain itu syariat Islam juga tegas menghukum laki-laki yang berzina dengan wanita yang bukan istrinya. Hukumannya tidak main-main yaitu masing-masing dicambuk 100 kali.

ﺍﻟﺰَّﺍﻧِﻴَﺔُ ﻭَﺍﻟﺰَّﺍﻧِﻲ ﻓَﺎﺟْﻠِﺪُﻭﺍ ﻛُﻞَّ ﻭَﺍﺣِﺪٍ ﻣِّﻨْﻬُﻤَﺎ ﻣِﺌَﺔَ ﺟَﻠْﺪَﺓٍ ﻭَﻻَ ﺗَﺄْﺧُﺬْﻛُﻢ ﺑِﻬِﻤَﺎ ﺭَﺃْﻓَﺔٌ ﻓِﻲ ﺩِﻳﻦِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺇِﻥ ﻛُﻨﺘُﻢْ ﺗُﺆْﻣِﻨُﻮﻥَ ﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺍﻟْﻴَﻮْﻡِ ﺍﻵﺧِﺮِ ﻭَﻟْﻴَﺸْﻬَﺪْ ﻋَﺬَﺍﺑَﻬُﻤَﺎ ﻃَﺎﺋِﻔَﺔٌ ﻣِّﻦَ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ

Wanita dan laki-laki yang berzina maka jilidlah masing-masing mereka 100 kali. Dan janganlah belas kasihan kepada mereka mencegah kamu dari menjalankan agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah dan hari Akhir. Dan hendaklah pelaksanaan hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang beriman. (QS. An-Nuur : 2)

3. Hadits : Pelaku Zina Muhshan Dihukum Mati

Tapi kalau yang berzina seorang yang berstatus muhshan, yaitu pernah berjima' yang syar'i dalam mahligai pernikahan yang sah, maka hukumannya beda lagi. Hukumannya adalah hukumam mati dengan cara dirajam.

Artinya, darah pelaku zina menjadi halal untuk ditumpahkan atas nama hukum. Dasarnya adalah sabda Rasulullah SAW berikut :

ﻻَ ﻳَﺤِﻞُّ ﺩَﻡٌ ﺍﻣٍﺮَﺉٍ ﻣُﺴْﻠِﻢٍ ﻳَﺸْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻻَّ ﺍﻟﻠﻪ ﻭَﺃَﻧّﻲِ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠﻪِ ﺇِﻻَّ ﺑِﺈِﺣْﺪَﻯ ﺛَﻼَﺙٍ : ﺍﻟﻨَّﻔْﺲُ ﺑِﺎﻟﻨَّﻔْﺲِ ﻭَﺍﻟﺜَّﻴِّﺐُ ﺍﻟﺰَّﺍﻧِﻲ ﻭَﺍﻟﺘَّﺎﺭِﻙُ ﻟِﺪِﻳْﻨِﻪِ ﺍﻟﻤُﻔَﺎﺭِﻕُ ﻟِﻠْﺠَﻤَﺎﻋَﺔِ

Tidak halal darah seorang muslim yang bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Aku (Muhammad) utusan Allah, kecuali dengan salah satu dari tiga sebab; nyawa dengan nyawa (qishash), tsayyib (orang sudah menikah) yang berzina, dan orang yang meninggalkan agamanya memisahkan diri dari jamaah (umat Islam)" . (HR. Bukhari)

4. Hadits : Pelaku Zina Hilang Imannya Sementara

Orang yang berzina disebutkan dalam hadits sebagai orang untuk sementara waktu sedang hilang keimanannya. Dan ketika berhenti dari zina imannya baru kembali lagi. Rasulullah SAW bersabda :

ﻻَ ﻳَﺰْﻧﻲِ ﺍﻟﺰَّﺍﻧِﻲ ﺣِﻴْﻦَ ﻳَﺰْﻧﻲِ ﻭَﻫُﻮَ ﻣُﺆْﻣِﻦٌ

Tidaklah seseorang berzina dalam keadaan mukmin. (HR. Bukhari dan Muslim)

ﺇِﺫَﺍ ﺯَﻧَﻰ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞُ ﺧَﺮَﺝَ ﻣِﻨْﻪُ ﺍﻹِﻳْﻤَﺎﻥَ ﻛﺎَﻥَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻛﺎَﻟﻈِّﻠَّﺔِ ﻓَﺈِﺫَﺍ ﺍﻧْﻘَﻄَﻊَ ﺭَﺟَﻊَ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﺍﻹِﻳْﻤَﺎﻥ

Ketika seseorang berzina maka iman telah keluar dari dirinya yang sebelumnya seperti bayangan baginya. Bila selesai berzina maka kembalilah imannya itu kepadanya . (HR. Abu Daud)

B. Dalil Keharaman Menikahi Wanita Berzina

Sebagian orang ada yang mengatakan bahwa haram hukumnya menikahi wanita yang berzina. Termasuk haram menikahi calon istri yang sebelumnya sempat diajak berzina.

Dalil-dalil yang sering diajukan adalah ayat Al-Quran dan juga hadits nabi SAW.

1. Ayat Al-Quran

Di dalam Al-Quran Al-Kariem memang ada ayat yang selintas sering dijadikan dalil oleh orang-orang untuk mengharamkan seorang laki-laki yang beriman untuk menikahi wanita yang berzina. Ayat itu adalah berikut ini :

ﺍﻟﺰَّﺍﻧِﻲ ﻻ ﻳَﻨﻜِﺢُ ﺇِﻻَّ ﺯَﺍﻧِﻴَﺔً ﺃَﻭْ ﻣُﺸْﺮِﻛَﺔً ﻭَﺍﻟﺰَّﺍﻧِﻴَﺔُ ﻻَ ﻳَﻨﻜِﺤُﻬَﺎ ﺇِﻻّ ﺯَﺍﻥٍ ﺃَﻭْ ﻣُﺸْﺮِﻙٌ ﻭَﺣُﺮِّﻡَ ﺫَﻟِﻚَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ

Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas oran-orang yang mu`min. (QS. An-Nur : 3)

2. Hadits Nabi SAW

Selain ayat di atas, ada sebuah hadits yang juga sering digunakan untuk mengharamkan nikah dengan wanita yang berzina.

Abu Daud, An-Nasai, At-Tirmizy dan Al-Hakim meriwayatkan dari hadits Amru bin Syu`aib dari ayahnya dari kakeknya bahwa ada seorang bernama Mirtsad datang ke Mekkah dan memiliki seorang teman wanita di Mekkah bernama `Anaq. Lalu dia meminta izin pada Rasulullah SAW untuk menikahinya namun beliau tidak menjawabnya hingga turun ayat ini. Maka Rasulullah SAW bersabda kepadanya,

`Ya Mirtsad, seorang wanita pezina tidak dinikahi kecuali oleh laki-laki pezina atau laki-laki musyrik dan hal itu diharamkan buat laki-laki mukminin`.

Para Mufassirin mengatakan bahwa ayat ini selain untuk Mirtsad bin Abi Mirtsad, juga untuk para shahabat yang fakir yang minta izin kepada Rasulullah SAW untuk menikahi para wanita pelacur dari kalangan ahli kitab dan para budak wanita di Madinah, maka turunlah ayat ini.

C. Hukum Menikahi Wanita Pernah Berzina

Seluruh ulama tanpa kecuali telah sepakat mengharamkan zina dan memasukkannya ke dalam kategori dosa besar. Dan hukuman orang zina itu tidak main-main. Intinya semua sepakat melarang zina.

Namun ketika bicara tentang apakah haram hukumnya menikahi wanita yang pernah berzina atau yang pernah diajak berzina, ternyata ada berbedaan pendapat. Secara umum jumhur ulama mengatakan zina tidak menghalangi kebolehan pernikahan. Meski ada juga yang berfatwa untuk mengharamkan.

1. Pendapat Yang Membolehkan : Jumhur ulama

Jumhur ulama mengatakan bahwa yang dipahami dari ayat tersebut bukanlah mengharamkan untuk menikahi wanita yang pernah berzina. Bahkan mereka membolehkan menikahi wanita yang pezina sekalipun.

Lalu bagaimana dengan lafaz ayat yang zahirnya mengharamkan itu ?

Para fuqaha memiliki tiga alasan dalam hal ini.

a. Hurrima Berarti Makruh

Dalam hal ini mereka mengatakan bahwa lafaz hurrima (ﺣُﺮِّﻡَ ) atau diharamkan di dalam ayat itu bukanlah pengharaman namun tanzih (dibenci).

b. Ayat Mansukh

Ada juga yang mengatakan bahwa ayat itu memang secara zahir tidak bisa ditafsirkan lain kecuali memang mengharamkan pernikahan dengan wanita berzina. Namun menurut para ulama ayat itu sudah dihapus hukumnya (dinasakh) dengan ayat yang lain.

Al-Imam Asy-Syafi'i (w. 150 H) di dalam kitabnya Al-Umm menuliskan sebagai berikut :

ﺍﺧﺘﻠﻒ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺘﻔﺴﻴﺮ ﻓﻲ ﻫﺬﻩ ﺍﻵﻳﺔ ﺍﺧﺘﻼﻓﺎ ﻣﺘﺒﺎﻳﻨﺎ ، ﻭﺍﻟﺬﻱ ﻳﺸﺒﻬﻪ ﻋﻨﺪﻧﺎ - ﻭﺍﻟﻠﻪ ﺃﻋﻠﻢ - ﻣﺎ ﻗﺎﻝ ﺍﺑﻦ ﺍﻟﻤﺴﻴﺐ ﻫﻲ ﻣﻨﺴﻮﺧﺔ

Para ahli tafsir berbeda pendapat sangat jauh tentang ayat ini . Dan yang yang merupakan pilihan kami -wallahua'lam- apa yang dikatakan oleh Said Ibnul Musayyib : bahwa ayat itu sudah dihapus (mansukh). [1]

Adapun ayat yang menasakhnya adalah sebagai berikut ini :

ﻭَﺃَﻧﻜِﺤُﻮﺍ ﺍﻷَﻳَﺎﻣَﻰ ﻣِﻨﻜُﻢْ ﻭَﺍﻟﺼَّﺎﻟِﺤِﻴﻦَ ﻣِﻦْ ﻋِﺒَﺎﺩِﻛُﻢْ ﻭَﺇِﻣَﺎﺋِﻜُﻢْ ﺇِﻥ ﻳَﻜُﻮﻧُﻮﺍ ﻓُﻘَﺮَﺍﺀ ﻳُﻐْﻨِﻬِﻢُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻣِﻦ ﻓَﻀْﻠِﻪِ ﻭَﺍﻟﻠَّﻪُ ﻭَﺍﺳِﻊٌ ﻋَﻠِﻴﻢٌ

Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas lagi Maha Mengetahui. (QS. An-Nur : 32)

Pendapat ini juga merupakan pendapat Abu Bakar As-Shiddiq dan Umar bin Al-Khattab

radhiyallahuanhuma dan fuqaha umumnya. Mereka membolehkan seseorang untuk menikahi wanita pezina. Dan bahwa seseorang pernah berzina tidaklah mengharamkan dirinya dari menikah secara syah.

c. Khusus Kasus Mirtsad

Sedangkan hadits yang menyebutkan bahwa Nabi SAW melarang Mirtsad Al-Ghanawi menikahi wanita yang berzina, oleh para ulama disebutkan bahwa hanya berlaku secara khusus saat ayat itu diturunkan, yaitu hanya kepada Mirtsad Al-Ghanawi yang menikahi wanita pezina.

d. Ada Hadits Lain Yang Membolehkan

Sementara ada banyak hadits lain yang justru membolehkan pernikahan terjadi, meski wanita itu pernah berzina.

Dari Aisyah radhiyallahuanha berkata,`Rasulullah SAW pernah ditanya tentang seseorang yang berzina dengan seorang wanita dan berniat untuk menikahinya, lalu beliau bersabda,`Awalnya perbuatan kotor dan akhirnya nikah. Sesuatu yang haram tidak bisa mengharamkan yang halal`. (HR. Tabarany dan Daruquthuny).

Juga dengan hadits berikut ini :

ﺟَﺎﺀَ ﺭَﺟُﻞٌ ﺇﻟَﻰ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﺇِﻥَّ ﺍﻣْﺮَﺃَﺗﻲِ ﻻَ ﺗَﻤْﻨَﻊُ ﻳَﺪَ ﻻَﻣِﺲٍ . ﻗَﺎﻝَ : ﻏَﺮِّﺑْﻬَﺎ . ﻗَﺎﻝَ ﺃَﺧَﺎﻑُ ﺃَﻥْ ﺗَﺘَﺒَّﻌَﻬَﺎ ﻧَﻔْﺴِﻲ . ﻗَﺎﻝَ ﻓَﺎﺳْﺘَﻤْﺘِﻊْ ﺑِﻬَﺎ

Seseorang datang kepada Rasulullah SAW dan berkata,"Istriku suka berzina". Beliau SAW menjawab,"jauhilah dia". Orang itu menjawab,"Tapi Saya berat melepasnya". Beliau SAW bersabda,"Kalau begitu nikmatilah istrimu itu. (HR. Abu Daud dan An-Nasai)

Sedangkan pendapat Imam Ahmad bin Hanbal memberi syarat bahwa haram hukumnya kalau wanita itu belum bertaubat alias masih aktif dan rajin berzina. Namun bila wanita itu sudah berhenti dari dosanya dan bertaubat, maka tidak ada larangan untuk menikahinya. Dan bila mereka menikah sesudah bertaubat, maka nikahnya syah secara syar`i.

2. Pendapat Yang Mengharamkan

Meski jumhur ulama membolehkan nikah dengan wanita yang berzina, namun memang ada juga pendapat yang menyendiri dan kurang populer, dimana para pendukungnya ngotot ingin mengharamkan total untuk menikahi wanita yang pernah berzina.

Mereka yang mengharamkannya berdalil dengan surat An-Nuur ayat 3 dan juga dengan hadits Mirtsad. Selain itu mereka mengklaim bahwa haramnya menikahi wanita berzina adalah fatwa dari sebagian shahabat yaitu Ali bin Abi Thalib, Al-Barra` dan Ibnu Mas`ud ridhwanullahi 'alaihim .

Bahkan ada juga yang berdalil dengan hadits dayyuts, yaitu orang yang tidak punya rasa cemburu bila istrinya serong dan tetap menjadikannya sebagai istri.

Dari Ammar bin Yasir bahwa Rasulullah SAW bersbda,`Tidak akan masuk surga suami yang dayyuts`. (HR. Abu Daud)

Namun secara umum bisa disimpulkan bahwa kebanyakan para ulama mazhab tidak menjadikan zina sebagai hal yang mengharamkan pernikahan. Lepas dari perbuatan zina itu sendiri yang memang hukumnya haram. Kalau pun mau menghukum orang yang berzina, bukan dengan cara diharamkan dari menikah. Tetapi sudah ada hukuman yang syar'i, yaitu cambuk 100 kali bagi yang belum pernah menikah dan hukuman rajam bagi yang sudah menikah.

Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc., MA

Allahuma sholii 'alaa sayyiidna muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim

Jeritan Hati Habib Mundzir Bin Fuqd Al Musawa

Habiibanaa Mundzir Al Musaawa ar. :

Saudaraku, hamba pendosa dan lemah ini sangat dho'if

menghadapi jama'ah yang semakin banyak melebihi batas perkiraan.

Setiap malam majelis hamba dihadliri antara 10 ribu sampai 40 ribu

muslimiin muslimaat. Tidak mudah ceramah untuk massa sebanyak itu.

Di antara mereka 'ulamaa, santri, pejabat, kyai, habaaib, juga pendosa,

pengangguran, pelajar, pekerja, pezina, orang yang tidak sholaat, juga

Qaum wanita, ibu-ibu lanjut usia, wanita-wanita yang baru menikah,

wanita yang belum menikah, pria-pria nakal, anak-anak kecil, orang

orang sepuh, politikus, atau orang yang masih ragu akan islaam, atau

non muslim. Anda bisa bayangkan betapa beratnya bicara untuk

menafkahi masing-masing baathin itu agar bisa menerima penyampaian

saya agar tak salah faham, apalagi jumlahnya ribuan. Sekali se'umur

hidup pun sudah sangat berat, bagaimana jika tiap malam…

Saya bertanggungjawab untuk tugas itu, bagaimana pula

memperhatikan antara masssa yang tergila-gila berdesakan ingin

bersalaman. Di lain pihak ada pula massa yang benci dengan

pengkultusan dan cium tangan. Di lain pihak ada pula kyai-kyai/habaaib

yang terdorong untuk ingin salaman dan tak bisa mencapai saya. Di

antara mereka ada pula yang kesal dan tak suka dan cemburu atas

pengagungan terhadap saya karena mereka 'ulamaa yang lebih sepuh

atau ber'ilmu. Di antara mereka yang mengiri, di antara mereka yang

benci, di antara mereka yang rindu, dan bagaimana Anda harus

menghadapi itu semua, mengimbangi itu semua, dan melewatinya

setiap malam? Saya hanya pendosa, busuk dan lebih busuk dari

mereka semua..

Saya semakin tak berdaya dan semakin tak mampu lagi, namun

jika Allooh SWT. menghendaki bisa saja Allooh memanjangkan usia saya

puluhan tahun lagi. Namun jika saya wafaat maka pastilah Allooh akan

tumbuhkan 1000 di pengganti yang lebih baik, lebih mulia dan

sempurna untuk meneruskan perjuangan luhur ini.

Saya risau dengan massa yang semakin banyak, mau saya

apakan mereka ini? Dan saya mau jadi apa? Mau jadi rajakah? Rumah

saya menanti, 1×2 meter untuk menanti sidang Akbar. Semoga di sana

saya bisa tenang dan beristirahat.

Namun jika hidup dengan keadaan ini dikehendaki oleh Allooh

SWT. berlanjut karena membuat Rosuulullooh SAW. Gembira, maka saya memilih

terus hidup demi menggembirakan beliau SAW. Namun dilema yang

sangat berat adalah rindu pada beliau SAW.

Demikian saudaraku yang kumuliakan, Semoga dalam

kebahagiaan selalu, semoga sukses dengan segala cita-cita.

#Hadiits Tentang Keutamaan Haul Dan Faaidah nya
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم
من ساعد ذكر عالما وجبت له شفاعتي و شفاعته يوم القيامة
Bersabda Nabiy SAW. :
Barang Siapa Yang Membantu Suatu Peringatan Acara Haul Seorang 'Aalim Maka Lantas Baginya Syafaa'at Ku (ROSUULULLOOH SAW.) Dan Syafaa'at Shoohibul Haul Pada Hari Qiyaamat.

SubhaanAllooh, Beliau Bukan sekedar Orang 'Aalim Sahaja Melainkan Beliau Adalah Guru Kita .
Jikalau Bukan Karna Beliau Kita Tidak Mengetahui Siapa Tuhan Kita.

Pengawal Nabi

2 EKOR HARIMAU BERSAMA NABI MUHAMMAD ﷺ

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه

Ini adalah Kisah Nabi Muhammad ﷺ ketika diminta pertolongannya oleh seorang nasrani.
Beliau ﷺ ditemani 2 ekor harimau. Namun ini hanya bisa dilihat oleh Abu Jahal.
Ini adalah salah satu mukjizat yang Allah ﷻ berikan kepada Nabi Muhammad ﷺ.
Semoga kisah ini menambah keimanan kita kepada Allah ﷻ.

Berikut kisahnya :
Ketika itu Bilal رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ sedang menerima pelajaran dari Rasulullah ﷺ.
Rasulullah ﷺ bertanya :
“Sewaktu aku mi’raj, aku mendengar suara langkahmu disurga.
Amalan apa yang kau lakukan wahai Bilal. ?”
“Tidak ada yang istimewa, ya Rasulullah.
Hanya ada satu kebiasaanku yang tak pernah kutinggalkan yaitu
aku dalam keadaan tetap mempunyai wudhu.
Bila batal maka aku segera berwudhu kembali dan mengerjakan sholat dua rakaat”
jawab Bilal رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ.
“Kedudukanmu sangat tinggi disisi Allah ﷻ “. Kata Nabi ﷺ.

Selain Bilal رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ, Abu Bakar رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ pun turut mendengarkan.
Seketika itu Terdengar suara ketukan pintu.
“Siapa ?” Tanya Rasulullah ﷺ.
“Saya Ya Muhammad” Jawaban dari luar.
Ketika pintu dibuka, ternyata yang datang seorang Nasrani.“
Ada keperluan apakah?” Tanya Rasul ﷺ dengan lembut.
“Ya Muhammad, aku mempunyai kesulitan.
Kutahu engkau suka menolong orang yang mendapat kesusahan”
Orang Nasrani itu berhenti berbicara ketika Abu bakar رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ membawakan minuman.
“silahkan diminum “ Abu Bakar رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ menawarkan.
Orang Nasrani itu berkesan dalam hatinya mendapat pelayanan yang sangat ramah.
Rasulullah ﷺ bersabda “menghormati tamu sebagian dari iman”:

“Aku dianiaya oleh Abu Jahal” ujar orang Nasrani itu kembali.
“Barang daganganku dirampasnya, sewaktu aku kembali dari Yaman..”
Selesai orang Nasrani itu bercerita,
Rasulullah ﷺ bangkit dari duduknya.
“Hendak kemanakah, ya Rasulullah ?” Tanya Abu Bakar رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ.
“Kerumah Abu Jahal”
“Sebaiknya saya yang kesana atau nanti sore aja,” ujar Abu Bakar رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ.
Beliau رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ tahu Abu Jahal biasanya tidur siang.
Mungkin itu akan membangkitkan kemarahannya.
“Dia butuh bantuanku, maka seharusnya aku yang pergi”
Kemudian Rasulullah ﷺ mengajak orang Nasrani itu kerumah Abu Jahal.

“Hendak apa dia kesini ? Tanya Abu Jahal dengan nada keheranan.
Ketika pengawalnya melaporkan bahwa Muhammad datang.
Ia menjadi muram karena istirahatnya terganggu.
Apa lagi yang datang adalah orang yang sangat dibencinya.
Tetapi terasa ada dorongan untuk segera untuk menemui Muhammad.

“Apakah benar engkau telah mengambil barang orang ini, wahai Abu Jahal?”
Abu Jahal tidak menjawab.
Pandangan Nanar diarahkan kepada orang Nasrani itu.
“Benarkah ?” ulang Nabi ﷺ.

“Ya..” Suara Abu Jahal gemetar.
“Jadi kedatanganmu kesini hanya mengurus dia?”

“Cepat kembalikan!” perintah Nabi ﷺ dengan penuh wibawa.

Tanpa menjawab ia atau tidak, Abu Jahal cepat mengambil barang milik Nasrani tersebut.

“Apa sudah cukup?”

“Masih ada satu keranjang lagi”

“Keranjang itu hilang wahai Muhammad” ujar Abu Jahal.

Badannya gemetar sehingga suaranya menjadi tersendat-sendat.
Orang Nasrani itu menjadi heran mengapa Abu Jahal yang dikenalnya garang.
Kini tidak berdaya sama sekali dihadapan Nabi Muhammad ﷺ.
“Ganti”

“Tapi..” Abu Jahal semakin ketakutan.
Dan segera memerintahkan pembantunya untuk mengganti dengan keranjang lain.
Ia seperti dihipnotis sehingga tidak bisa menolaknya.

“Mengapa engkau takut dengan anak yatim ? ujar Istri Abu Jahal.
Yang bernama Ummu Jamil.

Setelah Rasulullah ﷺ dan orang Nasrani itu pergi.
“keterlaluan, apa kata orang nanti.
Abu Jahal pembesar Qurais bertekuk lutut dihadapan Muhammad Bin Abdullah”
ujar Ummu Jamil.

“Seandainya kau tau apa yang kulihat, engkau pasti lari tunggang langgang..”
Abu Jahal membela diri.

“Apa yang kau lihat ?” Ummu Jamil ingin tahu.

“Sewaktu berhadapan dengan Muhammad,
Kulihat ada dua ekor harimau dikiri dan dikanannya yang siap menerkamku”

“Bohong !! memang kau penakut.
Memalukan ! bantah Ummu Jamil.“

Jangan kau ceritakan kepada orang lain.
Bukan aku saja yang malu, tetapi kau juga” bentak Abu Jahal.
Ia menjadi marah karena istrinya tetap mencemooh dirinya lemah dan penakut.

Orang Nasranti mengucapkan terima kasih atas pertolongan Nabi ﷺ.
Ia tidak menyangka barangnya bisa dikembalikan oleh Abu Jahal.
Atas kehendak Allah ﷻ orang Nasrani itu mendapat hidayah,
dan ia pun memeluk Ajaran Agama Islam.

اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد

Allahumma Sholli 'Ala Sayyidina Muhammad, Wa 'ala Aali Sayyidina Muhammad.

Semoga bermanfaat
Silahkan share

"MUKJIZAT NABI ﷺ"

SIFAT, FISIK DAN AKHLAK RASULULLAH SAW

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lain daripada yang lain karena kesempurnaan penciptaan fisik dan akhlaknya, yang tidak cukup hanya digambarkan lewat kata-kata. Akibatnya, semua hati pasti akan mengagungkan dan menyanjungnya, dengan sanjungan yang tidak pernah diberikan kepada selainnya. Orang-orang yang pernah hidup berdekatan dengannya pasti akan mencintainya, tidak peduli apa pun yang bakal menimpa mereka. Hal ini terjadi karena memang kesempurnaan diri beliau yang tidak pernah dimiliki siapa pun. Berikut ini akan kami paparkan ringkasan beberapa riwayat yang menejlaskan keindahan dan kesempurnaan fisiknya yang tentunya penjelasan ini pun masih sangat terbatas.

KEINDAHAN FISIK RASULULLAH

Ummu Ma’bad Al-Khuzaiyah pernah berkata tentang diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam . Dia menggambarkan beberapa sifat beliau di hadapan suaminya, saat beliau lewat di kemahnya dalam perjalanan hijrah ke Madinah, “Dia sangat bersih, wajahnya berseri-seri, bagus perawakannya, tidak merasa berat karena gemuk, tidak bisa dicela karena kepalanya kecil, elok dan tampan, bagian hitam matanya sangat hitam, bulu matanya panjang, tidak mengobral bicara, lehernya panjang, matanya jelita, memakai celak mata, alisnya tipis, memanjang dan bersambung., rambutnya hitam, jika diam dia tampat berwibawa, jika berbicara dia tampak menarik, dia adalah orang yang paling elok dan menawan dilihat dari kejauhan, bagus dan manis setelah mendekat, bicaranya manis, rinci, tidak terlalu sedikit dan tidak terlalu banyak, bicaranya seakan-akan merjan yang tertata rapi dan landai, perawakannya sedang-sedang, mata yang memandangnya tidak lolos karena perawakannya yang pendek dan tidak sebal karena perawakannya yang tinggi (badannya), seakan satu dahan di antara dua dahan, dia adalah seorang dari tiga orang yang menarik perhatian, paling bagus tampilannya, mempunyai rekan-rekan yang menghormatinya, jika beliau berbiacara mereka menyimak perkataannya, jika beliau memberikan perintah, mereka bersegera melaksanakan perintahnya, dia orang yang ditaati, disegani, dikerumuni orang-orang, wajahnya tidak membereggut dan tidak pula orang yang diremehkan.”

Ali bin Abi Thalib juga berkata menyifati diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam , “Beliau bukan orang yang terlalu tinggi dan tidak pula terlalu pendek, orang yang berperawakan sedang-sedang, rambutnya tidak kaku dan tidak pula keriting, rambutnya lebat, tidak gemuk dan tidak kurus, wajahnya sedikit bulan (oval), bola matanya sangat hitam, bulu dadanya lembut, tidak ada bulu-bulu di badan, telapak tangan dan kakinya tebal, jika berjalan seakan-akan sedang berjalan di jalanan yang menurun (cepat), jika menoleh seluruh badannya ikut menoleh, di antara kedua bahunya ada cincin nubuwah, yaitu cincin para nabi, telapak tangannya yang terbagus, dadanya yang paling bidang, yang paling jujur bicaranya, yang paling memenuhi perlindungan, yang paling lembut perangainya, yang paing mulia pergaulannya, siapa pun yang tiba-tiba memandanganya tentu segan kepadanya, siapa yang bergaul dengannya tentu akan mencintainya.” Kemudian dia berbicara lagi, “Aku tidak pernah melihat orang yang seperti beliau, sebelum maupun sesudahnya.”

Dalam sebuah riwayat darinya disebutkan, “Kepalanya besar, tulang-tulang sendirnya besar, bulu matanya panjang, jika berjalan seperti sedang berjalan di jalanan yang menurun.”

Jabir bin Samurah berkata, “Mulutnya besar, matanya lebar dan tidak banyak tumpukkan dagingnya.”

Abu Thufail berkata, “Kulitnya putih, wajahnya berseri-seri dan perawakannya sedang-sedang (tidak gemuk dan tidak kurus, tidak tinggi dan tidak pendek)”

Anas bin Malik berkata, “Kedua telapak tangannya lebar.” Dia juga berkata, “Warna kulitnya elok, tidak putih sopak dan tidak terlalu coklat, kuat kepalanya, di kepala atau jenggotnya hanya dua puluh helai uban,

Dia juga berkata, “Ada beberapa helai uban di pelipisnya.” Dalam riwayat lain disebutkan, “Di kepalanya beberapa helai uban yang berpencar-pencar.”

Abu Juhaifah berkata, “Kulihat uban di bawah bibirnya yang bawah, yang disebut al-anfaqah.”

Abdullah bin Bisri berkata, “Di bawah bibirnya yang bawah ada beberapa helai uban.”

Al-Barra berkata, “Perawakannya sedang, dua bahunya bidang, memiliki rambut mencapai daun telinga. Kulihat beliau mengenakan jubah warna merah, tidak pernah kulihat yang sebagus itu.”

Al-Barra berkata, “Beliau adalah orang yang paling tampan wajahnya dan paling bagus akhlaknya.”

Al-Barra pernah ditanya, “Apakah wajah beliau seperti pedang?” Dia menjawab, “Tidak, tetapi wajah beliau seperti rembulan. Dalam suatu riwayat disebutkan, “Wajahnya bulat.”

Ar-Rubayyi bin Mu’awwidz berkata, “Saat melihat beliau seakan-akan aku sedang melihat matahari yang sedang terbit.”

Jabir bin Samurah berkata, “Aku pernah melihat beliau pada suatu malam yang cerah tanpa ada mendung. Kupandangi Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu ganti kupandang rembulan. Ternyata menurut penglihatanku beliau lebih indah daripada rembulan.”

Abu Hurairah berkata, “Tidak pernah kulihat sesuatu lebih bagus daripada diri Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wa sallam . Sekan-akan matahari berjalan di wajahnya dan tidak pernah kuliat seseorang yang jalannya lebih cepat daripada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam . Seakan-akan tanah menjadi landai bagi beliau. Kami sudah berusaha mencurahkan kekuatan, tetapi seakan-akan beliau tidak peduli.”

Ka’ab bin Malik berkata, “Jika sedang gembira, wajah beliau berkilau, seakan-akan wajah beliau adalah sepotong rembulan.”

Saat sedang berada di dekat Aisyah, beliau berkeringat, hingga membuat raut muka beliau berkilau. Kemudian hal ini digambarkan Abu Kabir Al-Hudzali dalam syairnya.

“Jika kulihat raut mukanya ada kilauan yang memancar di sana.”

Setiap kali Abu Bakar melihat beliau, maka dia berkata, “Yang terpercaya dan pilihan, kepada kebaikan dia menyeru. Seperti bulan purnama yang mengenyahkan kegelapan.”

Jika sedang marah, muka beliau memerah, seakan-akan kedua tulang pipinya terbelah buah delima.

Jabir bin Samurah berkata, “Kedua lengannya halus dan lembut, jika tertawa hanya tersenyum, dan setiap kali aku memandangnya, maka kukatakan, “Dua mata yang bercelak, tetapi tidak layaknya celak.”

Ibnu Abbas berkata, “Ada celah di antara gigi-gigi serinya. Jika sedang berbicara, terlihat ada semacam cahaya yang memancar dari gigi-gigi seri itu.”

Leher beliau seperti leher boneka yang terbaut dari perak yang mengkilat, mulutnya indah dan lebar, jenggotnya lebat, keningnya lebar, hidungnya indah, kedua pipinya lembut dan empuk, dari leher depannya hingga ke pusarnya melajur seperti tongkat, hanya di dada dan perutnya yang ada bulunya, lengan dan betisnya juga ada rambutnya, perut dan dada sama-sama bidang, pergelangan tangannya panjang, telapak tangannya lebar, bentuk tulang lengan dan betisnya bagus, telapak kakinya yang tengah melengkung, anggota-anggota badannya panjang, jika badannya condong, maka condongnya itu kuat, langkah-langkah kaki itu lebar dan berjalan dengan tenang.

Anas berkata, “Aku tidak pernah menyentuh kain sutra yang lebih halus daripada telapak tangan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam . Aku tidak pernah mencium suatu aroma minyak kesturi atau bau apapun yang lebih harum daripada aroma dan bau (keringat) Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wa sallam .”

Abu Juhaifah berkata, “Aku pernah memegang tangan beliau lalu kutempelkan di wajahku. Ternyata tangan beliau lebih dingin daripada es dan lebih harum daripada aroma minyak kesturi.”

Jabir bin Samurah berkata, selagi dia masih kecil, “Beliau pernah mengusap pipiku. Kurasakan tangannya benar-benar dingin dan harum, seakan-akan beliau baru mengeluarkannya dari tempat penyimpanan minyak wangi.”

Anas berkata, “Butir-butir keringatnya seperti mutiara.” Ummu Salamah juga berkata, “Keringatnya lebih harum daripada minyak wangi.”

Jabir berkata, “Beliau tidak melewati jalan lalu seseorang membuntutinya melainkan dia bisa mengetahui bahwa beliau telah lewat, dari keharuman bau keringatnya.”

Di antara kedua bahunya ada tanda nubuwah seperti telur burung merpati.

KESEMPURNAAN JIWA DAN KEMULIAAN AKHLAK

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lain daripada yang lain karena kefasihan bicaranya, kejelasan ucapannya, yang selalu disampaikan pada kesempatan yang paling tepat dan di tempat yang tidak sulit diketahui, lancar, jernih kata-katanya, jelas pengucapan dan maknanya, mengkhususkan pada penekanan-penekanan hukum, mengetahui logat-logat bangsa Arab, berbicara dengan kafilah bangsa Arab menurut logat masing-masing, berdialog dengan mereka menurut bahasa masing-masing, ada kekuatan pola bahasa Badui yang cadas berhimpun pada dirinya, begitu pula kejernihan dan kejelasan cara orang bicara orang yang sudah beradab, berkat kekuatan datang dari Ilahi dan dilantarkan lewat wahyu.

Beliau adalah orang yang lembut, murah hati, mampu menguasai diri, suka memaafkan ketika memegang kekuasaan dan sabar saat ditekan. Ini semua merupakan sifat-sifat yang diajarkan Allah.

Orang yang murah hati bisa saja tergelincir dan terperosok. Tetapi sekian banyak gangguan yang tertuju kepada beliau justru menambah kesabaran beliau. Tingkah pola orang-orang bodoh yang berlebih-lebihan justru menambah kemurahan hati beliau. Aisyah berkata, “Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam harus memilih di antara dua perkara, tentu beliau memilih yang paling mudah di antara keduanya, selagi itu bukan dosa. Jika suatu dosa, maka beliaulah orang yang paling menjauh darinya. Beliau tidak membalas untuk dirinya sendiri kecuali jika ada pelanggaran terhadap kehormatan Allah, lalu beliau membalas karena Allah. Beliau adalah orang yang paling tidak mudah marah dan paling cepat ridha.”

Di antara sifat kemurahan hati dan kedermawanan beliau yang sulit digambarkan bahwa beliau memberikan apa pun dan tidak takut menjadi miskin. Ibnu Abbas berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling murah hati. Kemurahan hati beliau paling menonjol adalah pada bulan Ramadhan saat dihampiri Jibril beliau setiap malam pada bulan Ramadhan, untuk mengajarkan Alquran kepada beliau. Beliau benar-benar orang yang paling murah hati untuk hal-hal yang baik lebih hebat.”

Jabir berkata, “Tidak pernah beliau dimintai sesuatu, lalu menjawab, “Tidak.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki kebenaran, patriotisme, dan kekuatan yang sulit diukur dan tidak terlalu sulit untuk diketahui di mana keberadaannya. Beliau adalah orang yang paling pemberani mendatangi tempat-tempat yang paling sulit. Berapa banyak para pemberani dan patriot yang justru lari dari hadapan beliau. Beliau adalah orang yang tegar dan tidak bisa diusik, terus maju dan tidak mundur serta tidak gentar. Siapa pun orang pemberani tentu akan lari menghindar dari hadapan beliau. Ali berkata, “Jika kami sedang dikepung ketakutan dan bahaya, maka kami berlindung kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam . Tak seorang pun yang lebih dekat jaraknya dengan musuh selain beliau.”

Anas berkata, “Suatu malam penduduk Madinah dikejutkan oleh sebuah suara. Lalu orang-orang semburat menuju ke sumber suara tersebut. Mereka bertemu Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sudah kembali dari sumber suara tersebut. Beliau lebih dahulu datang ke sana daripada mereka. Saat itu beliau menunggang kuda milik Abu Thalhah dan di leher beliau ada pedang. Beliau bersabda, “Kalian tidak usah gentar. Kalian tidak usah gentar!”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling malu dan suka menundukkan mata. Abu Sa’id Al-Khudri berkata, “Beliau adalah orang yang lebih pemalu daripada gadis di tempat pingitannya. Jika tidak menyukai sesuatu, maka bisa diketahui dari raut mukanya.”

Beliau tidak pernah lama memandang ke wajah seseorang, menundukkan pandangan, lebih banyak memandang ke arah tanah daripada memandang ke arah langit, pandangannya jeli, tidak berbicara langsung di hadapan seseorang yang membuatnya malu, tidak menyebut nama seseorang secara jelas jika beliau dengar sesuatu yang kurang disenanginya, tetapi beliau bertanya, “Mengapa orang-orang itu berbuat begitu?” Beliau memang pas seperti yang dikatakan Al-Farazdaq dalam syairnya,

“Menunduk karena malu dan menunduk karena enggan tiada berbiacara dengan seseorang kecuali saat tersenyum.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling adil, paling mampu menahan diri, paling jujur perkataannya, dan paling besar amanatnya. Orang yang mendebat dan bahkan musuh beliau pun mengakui hal ini. Sebelum nubuwah beliau sudah dijuluki Al-Amin (orang yang dipercaya). Sebelum Islam dan pada masa Jahiliyah beliau juga ditunjuk sebagai pengadil. At-Tirmidzi meriwayatkan dari Ali, bahwa Abu Jahl pernah berkata kepada beliau, “Kami tidak mendustakan apa yang engkau bawa.” Karena itu kemudian Allah menurunkan ayat tentang orang-orang yang mendustakan itu.

ﻓَﺈِﻧَّﻬُﻢْ ﻻَ ﻳُﻜَﺬِّﺑُﻮﻧَﻚَ ﻭَﻟَﻜِﻦَّ ﺍﻟﻈَّﺎﻟِﻤِﻴﻦَ ﺑِﺌَﺎﻳَﺎﺕِ ﺍﻟﻠﻪِ ﻳَﺠْﺤَﺪُﻭﻥَ

“ Mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu tetapi orang-orang yang zhalim itu mengingkari ayat-ayat Allah .” (QS. Al-An’am: 33)

Heraklius mengajukan pertanyaan kepada Abu Sufyan, “Apakah kalian menuduhnya dusta sebelum mengatakan apa yang dia katakan?” Abu Sufyan menjawab, “Tidak.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling tawadhu’ (rendah hati) dan paling jauh dari sifat sombong. Beliau tidak menginginkan orang-orang berdiri saat menyambut kedatangannya seperti yang dilakukan terhadap para raja. Beliau biasa menjenguk orang sakit, duduk bersama orang miskin, memenuhi undangan hamba sahaya, duduk di tengah para sahabat, sama seperti keadaan mereka. Aisyah berkata, “Beliau biasa menambal terompahnya (sandal), menjahit bajunya, melaksanakan pekerjaan dengan tangannya sendiri, seperti yang dilakukan salah seorang di antara kalian di dalam rumahnya. Beliau sama dengan orang lain, mencuci pakaiannya, memerah air susu dombanya, dan membereskan urusannya sendiri.”

Beliau adalah orang yang paling aktif memenuhi janji, menyambung tali persaudaraan, paling menyayangi dan bersikap lemah lembut terhadap orang lain, paling bagus pergaulannya, paling lurus akhlaknya, paling jauh dari akhlak yang buruk, tidak pernah berbuat kekejian dan menganjurkan kepada kekejian, bukan termasuk orang yang suka mengumpat dan mengutuk, bukan termasuk orang yang suka membuat hiruk pikuk di pasar, tidak membalas keburukan dengan keburukan serupa tetapi memaafkan dan lapang dada, tidak membiarkan seseorang berjalan di belakangnya, tidak mengungguli hamba sayaha dan pembantunya dalam masalah makan dan pakaian, membantu orang yang justru seharusnya membantu beliau, tidak pernah membentak pembantunya yang tidak beres atau tidak mau melaksanakan perintahnya, mencintai orang-orang miskin dan suka duduk-duduk bersama mereka, menghadiri jenazah mereka, tidak mencela orang miskin karena kemiskinannya.

Dalam sebuah perjalanan, beliau memerintahkan untuk menyembelih seekor domba. Seseorang berkata, “Akulah yang akan menyembelihnya.” Yang lain berkata, “Akulah yang akan mengulitinya.” Yang lain berkata, “Akulah yang akan memasaknya.” Lalu beliau bersabda, “Akulah yang akan mengumpulkan kayu bakarnya.” Mereka berkata, “Kami akan mencukupkan bagi engkau.”

Beliau bersabda, “Aku sudah tahu kalian akan mencukupkan bagiku. Tetapi aku tidak suka berbeda dari kalian. Sesungguhnya Allah tidak menyukai hamba-Nya yang berbeda di tengah-tengah rekan-rekannya. Setelah itu beliau bangkit lalu mengumpulkan kayu bakar.”

Kita beri kesempatan kepada Hindun bin Abu Halah untuk menggambarkan sifat-sifat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam . Dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti tampak berduka, terus menerus berpikir, tidak punya waktu untuk istirahat, tidak berbicara jika tidak perlu, lebih banyak diam, memulai dan mengakhiri perkataan dengan seluruh bagian mulutnya dan tidak dengan ujung-ujungnya saja, berbicara dengan menggunakan kata-kata yang luas maknanya, terinci tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit, dengan nada yang sedang-sedang, tidak terlalu keras dan tidak terlau pelan, mengagungkan nikmat sekalipun kecil, tidak mencela sesuatu, tidak pernah mencela rasa makanan dan tidak terlalu memujinya, tidak terpancing untuk cepat-cepat marah jika ada sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran, tidak marah untuk kepentingan dirinya, lapang dada, jika memberi isyarat beliau memberi isyarat dengan seluruh telapak tangannya, jika sedang kagum beliau dapat membalik kekagumannya, jika sedang marah beliau berpaling dan tampak semakin tua, jika sedang gembira beliau menundukkan pandangan matanya. Tawanya cukup dengan senyuman, yang senyumnya mirip dengan butir-butir salju.

Beliau menahan lidahnya kecuali untuk hal-hal yang dibutuhkan, mempersatukan para sahabat dan tidak memecah belah mereka, menghormati orang-orang yang memang dihormati di setiap kaum dan memberikan kekuasaan kepadanya atas kaumnya, memperingatkan manusia, bersikap waspada terhadap mereka, tanpa menyembunyikan kabar gembira yang memang harus diberitahukan kepada mereka.

Beliau mengawasi para sahabat, menanyakan apa yang terjadi di antara manusia, membaguskan yang bagus dan membenarkannya, memburukkan yang buruk dan melemahkannya, sederhana dan tidak macam-macam, tidak lalai karena takut jika mereka lalai dan bosan, setiap keadaan bagi beliau adalah normal, tidak kikir terhadap kebenaran, tidak berlebih-lebihan kepada orang lain, berbuat lemah lembut kepada orang yang paling baik. Orang yang paling baik di mata beliau adalah orang yang paling banyak nasihatnya, dan orang yang paling besar kedudukannya di mata beliau adalah orang yang paling baik perhatian dan pertolongannya.

Beliau tidak duduk dan tidak bangkit kecuali dengan dzikir, tidak membatasi berbagai tempat dan memilih tempat yang khusus bagi beliau, jika tiba di suatu pertemuan beberapa orang, beliau duduk di tempat yang paling akhir di dalam pertemuan itu dan beliau memerintahkan yang demikian itu, memberikan tempat kepada setiap orang yang hadir dalam pertemuan beliau sehingga tidak ada orang yang hadir di situ bahwa seseorang merasa lebih terhormat dari beliau. Siapa pun yang duduk bersama beliau atau mengajaknya bangkit untuk keperluan, maka dengan sabar beliau melayaninya sehingga orang itulah yang beranjak dari hadapan beliau. Siapa pun yang meminta suatu keperluan, maka beliau tidak pernah menolaknya. Beliau selalu membuka diri kepada manusia, sehingga beliau layaknya bapak bagi mereka. Mereka selalu berdekatan dengan beliau dalam masalah kebenaran, menjadi utama di sisinya karena takwa. Majelisnya adalah majelis yang dipenuhi kemurahan hati, malu, sabar, dan amanat, tidak ada suara yang melengking, tidak dikhawatirkan ada pelanggaran terhadap kehormatan, mereka saling bersimpati dalam masalah ketakwaan, menghormati yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda, menolong orang yang membutuhkan pertolongan, dan mengasihi orang asing.

Beliau senantiasa gembira, murah hati, lemah lembut, tidak kaku dan keras, tidak suka mengutuk, tidak berkata keji, tidak suka mencela, tidak suka memuji, pura-pura lalai terhadap sesuatu yang tidak menarik dan tidak tunduk kepadanya, meninggalkan tiga perkara dari dirinya: riya, banyak bicara, dan membicarakan sesuatu yang tidak perlu. Beliau meninggalkan manusia dari tiga perkara: tidak mencela seseorang, tidak menghinanya, dan tidak mencari-cari kesalahannya. Beliau tidak berbicara kecuali dalam hal-hal yang beliau mengharapkan pahalanya. Jika beliau berbicara, orang-orang yang hadir di majelisnya diam, seakan-akan di atas kepala mereka ada burung. Jika beliau diam, maka mereka baru bicara. Mereka tidak berdebat di hadapan beliau. Jika ada seseorang berbicara saat beliau berbicara, mereka menyuruhnya diam sehingga beliau selesai berbicara. Beliau tersenyum jika ada sesuatu yang membuat mereka tersenyum, mengagumi sesuatu yang membuat mereka kagum, sabar mengahadapi kekasaran orang asing. Beliau bersabda, ‘Jika kalian melihat orang yang ingin memenuhi kebutuhan hidupnya, maka bantulah ia.’ Beliau tidak mencari pujian kecuali dari orang yang memang pantas.”

Kharijah binti Zaid berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling mulia di dalam majelisnya, hampir tidak ada yang keluar dari pinggir bibirnya. Beliau lebih banyak diam, tidak berbicara yang tidak diperlukan, berpaling dari orang yang berbicara dengan cara yang tidak baik. Tawanya berupa senyuman, perkataannya terinci, tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit. Para sahabat tertawa jika beliau tersenyum, karena mereka hormat dan mengikuti beliau.”

Secara umum Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah gudangnya sifat-sifat kesempurnaan yang sulit dicari tandingannya. Allah membimbing dan membaguskan bimbingan-Nya sampai-sampai Allah berfirman terhadap beliau seraya memuji beliau,

“ Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS Al-Qalam: 4)

Sifat-sifat yang sempurna inilah yang membuat jiwa manusia merasa dekat dengan beliau, membuat hati mereka mencintai beliau, menempatkan beliau sebagai pimpinan yang menjadi tumpuan harapan hati. Bahkan orang-orang yang dulunya bersikap keras terhadap beliau berubah menjadi lemah lembut, hingga akhirnya manusia masuk ke dalam agama Allah secara berbondong-bondong.

Sifat-sifat yang sudah disebutkan di sini hanya sebagian kecil dari gambaran kesempurnaan dan keagungan sifat-sifat beliau. Hakikat sebenarnya yang menggambarkan sifat dan ciri-ciri beliau adalah sesuatu yang tidak bisa diketahui secara persis hingga detil-detilnya. Adakah orang yang mengaku bisa mengetahui hakikat diri manusia yang paling sempurna dan mendapat cahaya Rabbnya sehingga akhlaknya pun adalah Alquran?

Ya Allah, rahmatilah Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana engkau merahmati Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah, berkahilah Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Engkau memberkahi Ibrahim dan keluarganya, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.

Wallahu a'lam Bishowab

Kamis, 19 Juli 2018

Menipu Tuhan

MERAYU TUHAN
Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
RAYUAN TUHAN ini di karang oleh Abu Ali al-Hasan bin Hani al-Hakimi yang terkenal dengan sebutan Abu Nawas. Beliau dilahirkan pada tahun 145 H (747 M) di kota Ahvas di negri Persia (Iran sekarang). Abu Nawas adalah seorang pujangga Arab klasik, Beliau sering muncul di dalam cerita Seribu Satu Malam.
Diceritakan, Abu Nawas di datangi tiga orang tamu yang ingin mengjukan pertanyaan kepada beliau. Orang pertama mengajukan pertanyaannya “Manakah yang lebih utama, orang yang mengerjakan dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa kecil”. “orang yang mengerjakan dosa kecil” jawab Abu Nawas. “mengapa begitu” kata orang yang bertanya. “sebab dosa kecil lebih mudah di ampuni oleh Allah” jawab Abu Nawas. Orang itu mangut-mangut sangat puas dengan jawaban Abu Nawas.
Giliran orang yang kedua maju, dia mengajukan pertanyaan yang sama “manakah yang lebih utama,orang yang mengerjakan dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa kecil”.”Yang utama adalah orang yang tidak mengerjakan kedunya” kata Abu Nawas. “Mengapa demikian?” sangkalan orang yang kedua. “dengan tidak melakukan keduanya, tentu mengampunan Allah tidak diperlukan lagi” kata Abu Nawas dengan santai. Orang itu pun mangut-mangut menerima jawaban Abu NAwas.
Orang yang ketiga pun maju, pertanyaanya pun juga sama “manakah yang lebih utama, orang yang mengerjakan dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa kecil”. “Orang yang mengerjakan dosa besar lebih utama” jawab Abu Nawas. “mengapa bias begitu” sanggahan orang yang bertanya. “sebab ampunan Allah pada hamba-Nya sebanding dengan dosa hamba-Nya” kata Abu Nawas dengan kalem. Orang ketiga pun menerima jawaban Abu Nawas.
Salah satu dari ketiga orang itu bertanya pada Abu Nawas “mengapa pertanyaan yang sama bisa menghasilkan jawaban yang berbeda”. Abu Nawas tersenyum “manusia itu terbagi atas tiga tingkatan, tingkatan mata, tingkatan otak dan tingkatan hati” jawab Abu Nawas. “apakah tingkatan mata itu” Tanya seorang salah satu dari mereka. “seorang anak kecil yang melihat bintang di langit, dia akan mengtakan bintang itu kecil karena itulah terlihat di matanya” jawab Abu Nawas memberi perumpamaan. “lalu apakah tingkatan otak itu” tanyanya lagi. “orang pandai melihat bintang di langit, dia akan mengatakan bintang itu besar karena dia memiliki pengetahuan” jawab Abu Nawas. “dan apa tingkatan hati itu?” tanyanya lagi. “orang pandai dan faham melihat bintang di langit, dia akan mengatakan bahwa bintang itu kecil, meskipun dia tau bahwa bintang itu besar, sebab baginya tiada satupun di dunia ini yang lebih besar dari Allah SWT” jawab Abu Nawas sambil tersenyum. Mereka pun faham.
Mereka bertanya lagi “wahai guruku, mungkinkah manusia itu menipu Tuhan?”. “mungkin saja” jawaban Abu Nawas santai menerima pertanyaan aneh itu. “bagaimana caranya?” Tanyanya lagi. “manusia bisa menipu Tuhan dengan merayunya melalui pujian dan doa” kata Abu Nawas. “kalau begitu ajarilah kami doa itu wahai Guru!”  kata si murid dengan antusias. Abu Nawas lalu menyantunkan sebuah Sya’ir:
اِلَهِى لَسْتُ لِلْفِرْدَوْسِ أَهْلًا # وَلَا اَقْوَى عَلَى نَارِ الْجَحِيْمِ
فَهَبْ لِى تَوْبَةً وَافْفِرْ ذُنُوْبِى # فَانَّكَ غَافِرُ الذَّنْبِ الْعَظِيْمِ
“Wahai Tuhanku Aku tak pantas menjadi penghuni surge firdaus, Tapi  aku tak kuat menahan panasnya neraka. Sebab itulah terimalah taubatku dan ampunilah dosaku, sesungguhnya Engkaulah yang mengampuni dosa-dosa besar”
Sayyid Bakri bin Sayyid Syatho Dimiyathi dalam karyanya I’anatul Tholibin mengutip  ucapan Syekh Abdul Wahab Sya’roni.
ان من واظن على قرأة هذين البيتين فى كل يوم جمعة, توفه الله على الاسلام فى غير شك و هم
“Sesungguhnya orang yang membaca dua bait ini pada setiap hari ju’mat, maka Allah akan mencabut nyawanya dalam kondisi islam tanpa ragu sedikitpun”. Sayyid Bakri menguip dari beberapa Ulama’ yang mengamalkan bait ini, bahwa dua bait ini di baca sebanyak lima kali setelah solat jum’at.
Semoga kita diwafatkan Allah dan kondisi istiqomah, tetap iman, ihsan dan islam kita, Aamiin Ya Robbal ‘Aalamiin.
Jika anda merasa mendapatkan ilmu, tolong Shere tulisan ini. Supaya menjadi amal jariah bagi kita Terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Rabu, 18 Juli 2018

📛JANGAN MERASA MENJADI MUJTAHID

Ada orang berkata begini :

islam yg artinya selamat. makna dari agama yg benar disi allah adalah islam dengan isi yg mengikuti petunjuk allah yaitu ayat2 allah.

saya mengajak kepada semua yg mengaku beragama yg diterima di sisi allah kembalilah kepada kemurnian ayat, janganlah kita dipecah belah oleh kitab2 tandingan selain ayat-ayat allah.
--------------------------------------------
Tanggapan:
"alquran al hadis memang ma'sum tapi pemahaman orang dari keduanya itu tidak ma'sum"

Kalau Kebenaran hanya ada pada slogan "kembali pada kemurnian ayat, maka Khawarij benar dalam slogan mereka yaitu tidak ada hukum kecuali hukum allah. Tapi, buat apa slogan kalau pelaksanaannya tersesat dari perkataan.

Adakah manusia yang bisa merujuk langsung pada Al-qur'an dan As-Sunnah..?apa maksud kemurnian ayat dan sunnah..?

Sedangkan Al-Qur'an dan As-Sunnah diturunkan kepada Rasulullah s.a.w Lalu Rasulullah s.a.w. menyampaikan kepada para sahabat r.a .

golongan awam dari kalangan para sahabat r.a. merujuk kepada para ulama' dari kalangan para sahabat r.a.
setelah kewafatan Rasulullah s.a.w..

Begitu juga generasi seterusnya dengan mengambil femahaman tersebut daripada para ulama'.

Begitu juga mengambil disiplin ilmu untuk berinteraksi dengan AL-Qur'an dan As-Sunnah daripada para ulama'.

maka merujuk Al-Qur'an dan As-Sunnah secara langsung, tapi tanpa pemahaman yang sahih akan berdampak menyalahkan ijtihad2 ulama' lain.

setelah itu, mulai merasa diri sudah beramal dengan sunnah sedangkan orang lain beramal dengan bid'ah.

Dan akhirnya....
ukuran Sunnah dan Bid'ah merujuk kepada "pemahaman" individu dirinya sendiri sehingga dengan Pemahamannya secara peribadi itu mulai membid'ahkan ijtihad para ulama' lain"

Kita bisa lihat ulama wahabi.ijtihad sendiri sendiri,berfatwa sendiri sendiri menurut akalnya yg belum tentu cerdas secara mutlak.mrk tidak peduli pendapat ulama lain secara luas yang bahkan bisa lebih tinggi keilmuanya..

Celakanya lagi..pengikut ulama begini juga hanya membeo saja dan tdk punya pikiran untuk melihat sudut pandang ahli ulama yang bahkan di akui secara luas dan analisisnya jadi rujukan dunia bukan terpaku pada satu golongan.

Dengan modal rujukan ulama andalannya ini..lebih hancur lagi dia pun latah membuat kesimpulan sendiri,ijtihad sendiri padahal statusnya baru tergolong orang awam yang masih sangat jauh untuk di sejajarkan dgn ahli ulama

Lihatlah oleh anda,pengikut wahabi ini..masih muda..tidak pernah talaqi.tidak pernah instensip mengaji seperti di pondok pesantren yang setiap hari di jejali ilmu ilmu rumit,tetapi lagak laku mereka melebihi ustadz dan ulama kawakan.

masalah bidah misalnya..pengikut wahabi awam ini seperti ahlinya ijtihad bahkan berani membuat alibi,asumsi dan tafsiran sendiri..seolah olah pendapatnya telah di jadikan rujukan umat islam dunia.padahal di kampungnya saja orang tidak peduli dengan ijtihadnya.

Bersyukurlah kita ASWAJA,di didik dgn aturan,di didik amanah atas sanad ilmu yang diterima secara berantai dari ulama ke ulama sampai ke Rasulullah.krn sesungguhnya sanad justru untuk menjaga kemurnian ajaran ulama salaf terdahulu secara original,asli bukan ilmu hasil service ulama tanpa sanad yang fakwanya hanya berlaku pada golonganya saja.mentara diluar golonganya, fatwanya tdk laku diterima oleh mayoritas ulama dan umat islam.

lihat pengikut wahabi..selalu andalkan pendapat ijtihad pribadi ulamanya.Apa dia pikir ulamanya ini di akui kwalitasnya oleh ulama dunia sampai sampai kalo berdalil hujjah wahabi kelas awam ini pamer tunjukan pendapat ulamanya..dia pikir ulamanya juga ulama aswaja..

anda boleh buktikan itu pada semua pengikut wahabi..anda bakal di beri rujukan ulamanya.padahal sudah marfum ulamanya bukan ulama rujukan anda.wahabi ini kurang akal sehat.

Begitulah kalo Ijtihad sendiri tak punya sanad ilmu..hasilnya ngelantur.Imam safii mengatakan" orang tdk punya sanad ilmu gurunya syetan" krn dipastikan bakal ngawur,ngeles,muter muter,ibarat kapal tdk punya nahkoda kemana mau berlayar dan bingung sendiri akibat ngeminter ijtihad sendiri.

semoga menjadi renungan,pelajaran kita sesama aswaja..atas tindak tanduk tetangga sebelah.