Minggu, 22 Mei 2022

Wanita Muslim adalah wanita paling bersih di bumi.

Seorang wanita yang diceraikan oleh suaminya harus menunggu (setidaknya) 3 kali setiap bulan dan seorang wanita yang suaminya meninggal harus menunggu (setidaknya) 4 bulan dan 10 hari sebelum mereka dapat menikah lagi.

Jika dia ternyata hamil, maka masa penantiannya berlangsung sampai kelahiran anak itu. Ini telah mengejutkan ilmu pengetahuan modern setelah menemukan (man water).
Cairan cetakan seorang pria berisi 62 protein dan berbeda dari satu orang ke orang lain, seperti sidik jari kita.
Ini seperti kode pribadi untuk setiap pria dan tubuh wanita membawa komputer di mana kode dapat diletakkan.
 
Jika seorang wanita menikahi pria lain segera setelah perceraian, atau mengizinkan kode lain untuk memasukkannya, itu seperti virus memasuki komputer.
Ini akan menyebabkan ketidakseimbangan dan itu akan membawa penyakit menular berbahaya.

Itu telah terbukti secara ilmiah, selama periode haid pertama setelah perceraian, wanita itu mengurangi 32% menjadi 35%. Periode kedua 67% sampai 72% dan periode ketiga 99,9% dari jejak manusia.
Rahim dibersihkan dari jejak sebelumnya setelah 3 kali menstruasi dan akan siap untuk menerima jejak baru tanpa cedera atau bahaya.
 
Oleh karena itu, praktek pelacuran, atau tidur dengan lebih dari satu orang menyebabkan penyakit-penyakit berbahaya akibat pencampuran cairan sperma dalam rahim.

Masa penantian seorang janda membutuhkan lebih banyak waktu untuk menghapus kode ini. Karena kesedihan membuat jejak untuk menetap di dalam rahim dengan cara yang sangat kuat.

Itu sebabnya Allah A'aza wa Jal mengatakan [empat bulan dan sepuluh hari]. Periode ini adalah untuk air pria jejak menghilang sepenuhnya dalam rahim seorang janda.

Fakta ini membuat ahli embriologi untuk melakukan investigasi terhadap lingkungan muslim afrika di amerika. Dia menemukan bahwa semua wanita membawa suami mereka hanya membekas.

Investigasi di lingkungan lain wanita non Muslim, menunjukkan bahwa mereka memiliki beberapa jejak manusia, dari dua sampai tiga.
 Dari itu mereka menemukan bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang menjamin kekebalan wanita dan memegang masyarakat.

Oleh karena itu perempuan Muslim adalah yang paling bersih di bumi.
Topik bagus, layak untuk dibagi.
 
Semoga Allah (SWT) memurnikan niat kita, meningkatkan kebijaksanaan, pengetahuan kita, dan memberi kita kebaikan dari karunia-nya yang tiada akhir baik dalam kehidupan ini maupun di akhirat.

Selasa, 03 Mei 2022

Salah Satu Tanda Puasa Ramadhan Yg Diterima

"Kembali berpuasa stelah puasa ramadhan adalah diantara tanda² diterimanya ibadah puasa ramadhan. Krena sesungguhnya Allah SWT apabila mnerima suatu amalan seorang hamba, maka Allah akan memberinya taufik untuk beramal soleh stelahnya. 
Sebagaimana dikatakan oleh sebagian Ulama : "balasan dari kebaikan adalah kebaikan selanjutnya". Maka brgsiapa yg tlah melakukan kebaikan kemudian diikuti dgn kebaikan selanjutnya, maka itu adalah diantara tanda² bahwa amalan kebaikannya yg pertama diterima. Sbgaimana brangsiapa yg melakukan kebaikan lalu diikuti (setelahnya) dgn kejelekan, maka itu tanda tertolaknya kebaikan itu dan diterima."
《Lathoiful Ma'arif》

Kamis, 21 April 2022

Allah SWT Ada

semua ayat Alquran wajib kita imani, jangan mengimani beberapa ayat saja. 
Masalahnya adalah *kelompok salafi memahami ayat tidak boleh ditakwil* harus sesuai dengan text ayat tersebut,  *ya harus kosisten semua ayat tidak ditakwil*
1. Allah besemayam di atas arsy
2. Dimanapun arah menghadap disitu wajah Allah (albaqarah 115)
3. Apabila hamba2ku bertanya tentang Allah sesungguhnya Allah dekat
4. Ketika sholat kita menghadap Allah
5. Allah di langit (Al mulk 16-17)
6. Dialah Allah yg dilangit maupun di bumi (Al An'am:3)
7. Nabi Musa AS menemui Allah SWT di bukit tursina (Ala'raf), bukan di langit
8. Dll

Jangan mengikuti hawa nafsu,  ketika menemukan ayat tidak sesuai dengan nafsunya ditakwil,  *harus konsisten semua ayat tidak boleh ditakwil harus sesuai text*

وَلِلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ ۚ فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, *maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah.* Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Baqarah : 115)

وَهُوَ اللَّهُ فِى السَّمٰوٰتِ وَفِى الْأَرْضِ ۖ يَعْلَمُ سِرَّكُمْ وَجَهْرَكُمْ وَيَعْلَمُ مَا تَكْسِبُونَ
Dan Dialah Allah ( *yang disembah*  => andai takwil ini tidak ada bagaimana memahaminya?), baik di langit maupun di bumi; Dia mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu lahirkan dan mengetahui (pula) apa yang kamu usahakan (Al-An'am ayat 3)
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ: مَنْ يَدْعُونِي، فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ، مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ 

Tuhan kita yang Maha Agung dan Maha Tinggi turun setiap malam ke langit dunia ketika telah tersisa sepertiga malam terakhir. Ia berfirman: Siapakah yang berdoa kepadaku, maka aku akan mengabulkannya, Siapa yang meminta kepadaku, maka aku akan memberikannya. Siapa yang memohon ampun kepadaku maka akan Aku ampuni. (HR. Bukhari-Muslim)

Pembahasan:
Coba bayangkan ketika di Indonesia malam di Amerika siang,  bumi berputar setiap waktu malam terus berpindah, jika memahami hadist tersebut secara dzatnya Allah turun tanpa takwil kapan Allah naik ke atas? arah atas indonesia dan Amerika berlawanan arah (Allah ada tanpa arah dan tempat) 

” تَفَكَّرُوا فِي خَلْقِ اللَّهِ ، وَلا تَفَكَّرُوا فِي اللَّهِ“ (رواه أبو نعيم عن ابن عباس(

Artinya “Berfikirlah kamu tentang ciptaan Allah dan janganlah kamu berfikir tentang Dzat Allah (HR. Abu Nu’aim dari Ibnu Abbas).

Aqidah para sahabat, khalaf, salaf dan para ulama mu’tabar Zat Allah tidak sama seperti zatnya mahkluk. Mereka tidak pernah membahas zat Allah karena akal kita tidak pernah bisa membayangkan  zat Allah.
Allah ta’ala berfirman:

 ﴿ليس كمثله شىء  ﴾ [سورة الشورى: 11]

Artinya: “Dia (Allah) tidak menyerupai sesuatupun dari makhluk-Nya dan tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya” (Q.S. asy-Syura: 11)

Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda:

"لا فكرة في الرب" (رواه أبو القاسم الأنصاري)

Artinya: “Tuhan tidak bisa dipikirkan (dibayangkan)” (H.R. Abu al Qasim al Anshari)
*Nabi Muhammad SAW Bersabda*
Dia adalah jibril karena sesungguhnya *ALLAH adalah dzat yang wujud tanpa tempat,* maka tidak boleh di sifati dengan Beberapa sifat Jism & tidak di sifati dengan jarak jangkuan.
[HR. Baihaqi dalam kitab Al-Asma' Wa Al-Shifat : 260]

“Allah wujud pada azali [kewujudan-Nya tidak ada permulaan] sedangkan sesuatupun masih belum wujud”. (Diriwayatkan oleh al-Bukhari, al-Bayhaqi dan Ibn Jarud)

“Ya Allah! Engkau alAwwal maka tiada suatupun sebelumMu, Engkau al-Akhir maka tiada suatupun selepas Mu, Engkau alZahir maka tiada suatupun di atas-Mu, dan Engkau al-Batin maka tiada suatupun di bawah-Mu”. (Diriwayatkan oleh al-Imam Muslim)

*AQIDAH PARA SAHABAT & TABIIN*
1 . Sayyiduna Abu Bakar al-Siddiq radiyallahu`anhu (W. 13 H) berkata :

“الْعَجْزُ عَنْ دَرَكِ الْإِدْرَاكِ إِدْرَاكٌ وَالْبَحْثُ عَنْ ذَاتِهِ كُفْرٌ وَإِشْرَاكُ”.

“Pengakuan bahawa pemahaman seseorang tidak mampu (lemah) untuk sampai megetahui hakikat Allah adalah keimanan, adapun mencari tahu tentang Allah, yakni membayangkan-Nya adalah kekufuran”.

2. Sayyidina ‘Ali ibn Abi Thalib (w 40 H) berkata:

كَانَ اللهُ وَلاَ مَكَان وَهُوَ الآنَ عَلَى مَا عَليْه كَانَ

“Allah ada tanpa permulaan dan tanpa tempat, dan Dia Allah sekarang setelah menciptakan tempat tetap sebagaimana pada sifat-Nya yang azali; ada tanpa tempat” (Diriwayatkan oleh al-Imam Abu Manshur al-Baghdadi dalam al-Farq Bain al-Firaq, h. 333).

Beliau juga berkata:

إنّ اللهَ خَلَقَ العَرْشَ إْظهَارًا لِقُدْرَتهِ وَلَمْ يَتّخِذْهُ مَكَانًا لِذَاتِهِ

“Sesungguhnya Allah menciptakan ‘arsy (makhluk Allah yang paling besar bentuknya) untuk menampakan kekuasaan-Nya, bukan untuk menjadikan tempat bagi Dzat-Nya” (Diriwayatkan oleh al-Imam Abu Manshur al-Baghdadi dalam al-Farq Bain al-Firaq, h. 333).

3 . Ibn `Abbas radiyallahu`anhuma telah berkata:

“تَفَكَّرُوْا فِيْ خَلْقِ اللهِ وَلَا تَفَكَّرُوْا فِيْ ذَاتِ اللهِ”.

“Hendaklah kalian berfikir tentang makhluk ciptaan Allah, namun jangan kalian fikirkan tentang zat Allah”. Diriwayatkan oleh al-Imam al-Baihaqi di dalam kitabnya al-Asma’ wa al-Sifat

4. Seorang tabi’in yang agung, al-Al-Imam as-Sajjad Zain al-‘Abidin ‘Ali ibn al-Husain ibn ‘Ali ibn Abi Thalib (w 94 H) berkata:

أنْتَ اللهُ الّذِي لاَ يَحْويْكَ مَكَانٌ

“Engkau wahai Allah yang tidak diliputi oleh tempat” (Diriwayatkan oleh al-Imam Murtadla az-Zabidi dalam Ithaf as-Sadah al-Muttaqin Bi Syarh Ihya’ ‘Ulumiddin, j. 4, h. 380).

Juga berkata:

أنْتَ اللهُ الّذِي لاَ تُحَدُّ فَتَكُوْنَ مَحْدُوْدًا

“Engkau wahai Allah yang maha suci dari segala bentuk dan ukuran” (Diriwayatkan oleh al-Imam Murtadla az-Zabidi dalam Ithaf as-Sadah al-Muttaqin Bi Syarh Ihya’ ‘Ulumiddin, j. 4, h. 380).

5. al-Al-Imam Ja’far as-Shadiq ibn Muhammad al-Baqir ibn ibn Zainal ‘Abidin ‘Ali ibn al-Husain (w 148 H) berkata:

مَنْ زَعَمَ أنّ اللهَ فِي شَىءٍ أوْ مِنْ شَىءٍ أوْ عَلَى شَىءٍ فَقَدْ أشْرَكَ، إذْ لَوْ كَانَ عَلَى شَىءٍ لَكَانَ مَحْمُوْلاً وَلَوْ كَانَ فِي شَىءٍ لَكَانَ مَحْصُوْرًا وَلَوْ كَانَ مِنْ شَىءٍ لَكَانَ مُحْدَثًا (أىْ مَخْلُوْقًا)

“Barang siapa berkeyakinan bahwa Allah berada di dalam sesuatu, atau dari sesuatu, atau di atas sesuatu maka ia adalah seorang yang musyrik. Karena jika Allah berada di atas sesuatu maka berarti Dia diangkat, dan bila berada di dalam sesuatu berarti Dia terbatas, dan bila Dia dari sesuatu maka berarti Dia baharu -makhluk-” (Diriwayatkan oleh al-Imam al-Qusyairi dalam ar-Risalah al-Qusyairiyyah, h. 6).
وَهُوَ اللهُ فِي السَمَواتِ وَ الأَرْضِ يَعْلَمُ سِرَّكُمْ وَجَهْرَكُمْ وَ يَعْلَمُ مَا تَكْسِبُوْنَ.َ
Artinya : Dan Dialah Allah (disembah: ditakwilkan) di langit maupun di bumi; Dia mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu lahirkan dan mengatahui apa yang kaum usahakan. (Q.S. al-An’am : 3)

وهُوَ مَعَكمْ أَيْنَما كُنتُم.
Artinya : Dan Dia bersama kamu di manapun kamu berada. (Q.S. Al-Hadid : 4)

إنِّيْ ذاهِبٌ إلى رَبِّيْ سَيَهْدِينِ.
Artinya : Dan Ibrahim berkata: “Sesungguhnya aku pergi menghadap Tuhanku dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku.” (Q.S. ash-Shâffât : 99)

فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ اللَّهِ
Artinya : Kemana saja kamu menghadap, maka di sana zat Allah  (Q.S. al-Baqarah : 115)

Rasulullah SAW bersabda :
إذا كان أحدكم يصلي فلا يبصق قبل وجهه فإن الله قبل وجهه إذا صلى .
Artinya : Jika seorang dari kamu shalat maka janganlah ia meludah di arah wajahnya, sebab sesungguhnya Allah berada di sisi wajahnya jika ia shalat. (H.R. Bukhari[10] dan Muslim[11])

Dalam riwayat lain dalam kitab Shahih al-Bukhari berbunyi, Rasulullah SAW bersabda  :
إِنَّ رَبَّهُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ القِبْلَةِ، فَلاَ يَبْزُقَنَّ أَحَدُكُمْ قِبَلَ قِبْلَتِهِ، وَلَكِنْ عَنْ يَسَارِهِ أَوْ تَحْتَ قَدَمَيْهِ
Artinya : Sesungguhnya Tuhan seseorang itu di antaranya dan qiblat, maka janganlah meludahi salah seorang kamu pada arah qiblat, tetapi di kiri atau di bawah dua tumitnya. (H.R. Bukhari)[12]

Rabu, 23 Februari 2022

PASANGAN MAKRUH

Saat walimatul 'arsy putra pengasuh PP Mambaul Maarif Denanyar Jombang, *Gus Umar bin KH Zainal Arifin Abu Bakar* dengan *Muzadlifah Nur binti KH M Slamet* Jakarta di Denanyar, Sabtu (17/2/2018), KH Saerozi Lamongan menjelaskan tentang *pasangan yang makruh*.

_"Lelaki juwelek menikah dengan perempuan cuwantik itu makruh,"_ ucapnya, disambut ger-geran ribuan tamu yang hadir termasuk Rois Syuriyah MWCNU Jombang Kota
 
_"Karena mengganggu ketenangan lingkungan,"_ tambahnya, kembali disambut ger-geran.

Ketika si istri memperkenalkan sang suami, bisa jadi dia dituduh telah diguna-guna.
_"Nemu nok endi   Nduk arek lanang koyok ngunu,??"_ ucapnya, lagi-lagi disambut tawa hadirin.
_"Malah bisa menimbulkan fitnah. Banyak yang mendoakan agar si suami segera mati. Akeh sing arep-arep rondone,"_ sambungnya.

Inginkan menikah dengan cewek secantik apapun, menurut Kiai Saerozi adalah hak kita. Sah-sah saja. Demikian pula perempuan ingin menikah dengan cowok seperti apapun juga haknya. Sah-sah saja. _"Tapi mbok yo bercermin. Modalku iki koyok opo. Biar tidak menyusahkan yang ngelamarno, karena bolak-balik ditolak,"_ jelasnya lagi.

Dalam acara yang dihadiri mantan Wakil Gubernur Jatim - Gus Ipul -  tersebut, Kiai Saerozi juga berpesan agar ibu-ibu tidak gampang menyampaikan segala yang terlintas dibenaknya kepada suami. Lihat rumah bagus, ngomong ke suami. Lihat kursi bagus, ngomong ke suami. Walaupun istri maunya ngomong saja, itu sudah membebani pikiran suami. _"Sebab perempuan itu bawaannya ngomong, laki-laki bawaannya mikir. Semakin banyak wanita ngomong, semakin banyak pula suami mikir. Kalau suami banyak mikir, ususnya jadi kaku. Akhirnya banyak suami yang mati duluan,"_ tuturnya. 

Sebanyak 85 persen penyakit, kata Kiai Saerozi, disebabkan oleh beban pikiran. 
_"Tidak ada penyakit yang disebabkan oleh omongan. Itulah sebabnya orang sakit jiwa badannya sehat-sehat. Sakit flu dan pilek saja tidak pernah, karena tidak pernah mikir,"_ paparnya disambut tawa hadirin. 

Diminta atau tidak, kata Kiai Saerozi, suami cari uang itu pasti untuk istri. Hanya saja suami tidak berani ngomong akan belikan ini,  akan belikan itu. _"Sebab kalau suami ngomong duluan, istri nagihnya ngalah-ngalahi bank. Dan istri selalu ingat, tak pernah lupa omongan suami,"_  ucapnya disambut ger-geran ribuan tamu yang hadir. 

Selanjutnya Kiai Saerozi menjelaskan empat maqolah. _"Saya datang hanya menangi dua yang terakhir. Orang mencari kenikmatan pada kemewahan, padahal adanya kenikmatan itu pada kesehatan. Semewah apapun, kalau tidak sehat, pasti rasanya tidak nikmat. Sebaliknya, sesederhana apapun jika sehat, pasti nikmat."_

Orang mencari rezeki  di bumi, padahal adanya rezeki itu aslinya di langit. Rezeki itu pemberian Allah, bukan hasil jerih payah kita. _"Hanya saja Allah memberikannya bersamaan usaha kita. Makanya Rosulullah SAW bersabda, harrik yadak, unzil alaika rizqo, (gerakkan tanganmu niscaya Allah pasti menurunkan rezeki kepadamu),"_ jelasnya.

*_"Nyambut gawe yang paling baik itu apa? Yang sesuai hatimu.! Istafti qolbak. (Tanya hatimu). Jadikan kerjamu adalah hiburanmu,"-* pesannya.

Kerja apapun, jika hati kita senang, hasilnya pasti bagus. _"Ngulang kok seneng, anak rame seperti apapun tidak ngersulo. Alhamdulillah aku teko arek-arek rame. Kalau tidak senang ngulang, anak rame bisa ditutuki,"_ urainya. 

Senang itu tanda bersyukur. Jika hati kita senang dalam melakukan apapun, Allah yang akan membangun, menyempurnakan dan memberikan hasil terbaik. _"Guru ngulang kok atine suweneng, muridnya pasti pinter-pinter,"_ bebernya. 

Inilah sebabnya, murid selalu dianjurkan untuk menyenangkan hati guru. Jangan sampai menyakiti hati guru. KH Djamaludin Ahmad sering menyampaikan dawuh. Kata beliau, dawuh ini juga sering disampaikan KH Mahrus Ali Lirboyo. Intinya, murid yang menyakiti guru akan diuji tiga hal.
*Pertama*, hilang ilmunya.
*Kedua*, lidahnya ketul tidak bisa menyampaikan ilmu.
*Ketiga*, jadi orang fakir miskin sebelum wafat
   
Semoga Allah menjadikan kita semua orang-orang yang menyenangkan bagi semua makhluk Allah

Sabtu, 19 Februari 2022

Bacaan Amalan dan Wirid yang Sering Dibaca Gus Baha dan Belum Banyak Diketahui

Siapa yang tidak kenal dengan KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang akrab disapa Gus Baha.

Ia merupakan salah satu ulama yang memiliki kedalaman ilmu al quran dan fiqh sehingga menjabat Ketua Lajnah Mushaf UII Yogyakarta.

Namun ternyata Gus Baha memiliki amalan dan wirid yang ia dawamkan dalam berbagai kesempatan, baik saat ngaji maupun diluar itu.

 berikut beberapa bacaan amalan dan wirid yang sering dibaca Gus Baha.

1. Sholawat yang paling disukai

Gus Baha menyebut, salah satu sholawat yang paling ia sukai adalah sholawat karya Habib Ali Alhabsy dan rutin ia baca.

Tak hanya itu, Gus Baha juga menganjurkan agar masyarakat lebih banyak membaca sholawat untuk memuji dibanding meminta.

"Saya mohon, usahakan membaca shalawat itu paling tidak jumlah shalawatnya banyak, misalnya membaca shalawat 100 kali tetapi doanya satu baris saja," ujar Gus Baha.

"Kalau tidak punya shigat (redaksi) bacaan shalawat yang keren, bacalah shalawat 100 kali, lalu ceritakan diri sendiri, misalnya, “Gusti, hutang saya banyak," kata Gus Baha.

"Itu bagus, jangan sampai membaca shalawat sekali, tetapi menyebut hutang sampai 100 kali," sambungnya.

Tak hanya itu, Gus Baha juga menambahkan bahwa mengharapkan sesuatu dengan wasilah keberkahan sholawat itu bagus.

"Jika harapan terus-menerus kepada Allah itu bagus, apalagi yang digunakan adalah shalawat. Kalau yang tidak bagus itu memaksakan kehendak. Sedangkan harapan itu bagus," imbuhnya.

Murid kesayangan Mbah Maimoen Zubair itu mengakui jika dirinya lebih suka sholawat yang banyak mensifati Nabi, sedangkan keinginannya kecil (sedikit).

"Ini bagus karena punya akhlak. Saya paling suka shalawat yang ditulis Habib Ali Al-Habsyi, pengarang Kitab Maulid Simtudduror," bebernya.

Berikut sholawat yang paling disukai Gus Baha yang merupakan karya Habib Ali Alhabsy dalam kitab Simtudduror

صَلَاةً يَتَّصِلُ بِهَا رُوْحُ الْمُصَلِّيْ عَلَيْهِ بِهْ
فَيَنْبَسِطُ فِيْ قَلْبِهِ نُوْرُ سِرِّ تَعَلُّقِهِ بِهِ وَ حُبِّهْ
وَ يُكْتَبُ بِهَا بِعِنَايَةِ اللهِ فِيْ حِزْبِهْ

“Ya Allah berikan shalawat kepada kekasih-Mu Muhammad. Dengan shalawat ini, ruhnya saya (orang yang membaca shalawat, red) bisa sambung dengan ruhnya Rasulullah. Dan setelah sambung, saya terhitung sebagai orang yang mencintai Rasulullah. Saya berharap dari cinta itu, saya tertulis sebagai umatnya.”

2) Doa
Salah satu doa yang yang sering dibaca oleh Gus Baha saat setelah mengisi pengajian kitab bersama para santri atau pengajian umum adalah

سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ عَدَدَ خَلْقِهِ وَرِضَا نَفْسِهِ وَزِنَةَ عَرْشِهِ وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ

Subhanallahi wa bihamdihi ‘adada khalqihi wa ridha nafsihi wa zinata ‘arsyihi wa midada kalimatihi.

Artinya: “Maha suci Allah dan aku memuji-Nya sebanyak ciptaan-Nya sejauh ridha-Nya seberat timbangan arsy-Nya dan sebanyak tinta untuk menulis kalimat-Nya.” (HR. Muslim).

3. Doa Sholat Tahajjud

Gus Baha mengajarkan sebuah doa yang biasa dibaca setelah selesai sholat tahajud.
Gus mengatakan bahwa setiap kali beliau selesai melaksanakan sholat tahajud selalu membaca doa ini.

Sebab menurut Gus Baha orang yang sehari berdoa Allahummarham Ummata Muhammad…” sebanyak 3 kali, maka akan ditulis termasuk Wali Abdal.
Berikut doa setelah selesai sholat tahajud yang biasa dibaca oleh Gus Baha yang bersumber dari seorang wali bernama Ma’ruf Al-Karkhi, pernah berkata:

من قال ثلاث مرات في كل يوم اَللَّهُمَّ ارْحَمْ اُمَّةَ مُحَمَّدٍ كتب من الأبدال

"Orang yang sehari berdoa “Allahummarham Ummata Muhammad…” sebanyak 3 kali, maka akan ditulis termasuk Wali Abdal, "

Makanya, saya ketika (setelah) tahajud, doanya cuma satu saja, "

اَللَّهُمَّ ارْحَمْ اُمَّةَ مُحَمَّدٍ وَتَجَاوَزْ عَنْ اُمَّةِ مُحَمَّدٍ وَاَصْلِحْ أُمَّةَ مُحَمَّدٍ

Allahummarham ummata Muhammad, wa tajawaz ‘an ummati Muhammad, wa ashlih ummata Muhammad.

“Ya Allah, sayangilah umat Muhammad. Ya Allah ampunilah (dosa) umat Muhammad. Ya Allah, perbaikilah (semua urusan) umat Muhammad".***

Rabu, 09 Februari 2022

Sedekah yang bisa merubah taqdir

*Di z͟a͟m͟a͟n͟ N͟a͟b͟i͟ M͟u͟s͟a͟ A͟S͟, a͟d͟a͟ s͟e͟p͟a͟s͟a͟n͟g͟ s͟u͟a͟m͟i͟ i͟s͟t͟r͟i͟ y͟a͟n͟g͟ h͟i͟d͟u͟p͟ d͟e͟n͟g͟a͟n͟ p͟e͟n͟u͟h͟ k͟e͟m͟i͟s͟k͟i͟n͟a͟n͟ n͟a͟m͟u͟n͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ m͟e͟n͟g͟h͟a͟d͟a͟p͟i͟n͟y͟a͟ d͟e͟n͟g͟a͟n͟ p͟e͟n͟u͟h͟ k͟e͟s͟a͟b͟a͟r͟a͟n͟.*

*S͟u͟a͟t͟u͟ k͟e͟t͟i͟k͟a͟, t͟a͟t͟k͟a͟l͟a͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ b͟e͟r͟i͟s͟t͟i͟r͟a͟h͟a͟t͟, s͟a͟n͟g͟ i͟s͟t͟r͟i͟ b͟e͟r͟t͟a͟n͟y͟a͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ s͟u͟a͟m͟i͟n͟y͟a͟:* 
_*"W͟a͟h͟a͟i͟ s͟u͟a͟m͟i͟k͟u͟, b͟u͟k͟a͟n͟k͟a͟h͟ M͟u͟s͟a͟ a͟d͟a͟l͟a͟h͟ s͟e͟o͟r͟a͟n͟g͟ N͟a͟b͟i͟ y͟a͟n͟g͟ b͟i͟s͟a͟ b͟e͟r͟b͟i͟c͟a͟r͟a͟ d͟e͟n͟g͟a͟n͟ T͟u͟h͟a͟n͟n͟y͟a͟ (A͟l͟l͟a͟h͟)..?"*

*L͟a͟l͟u͟ s͟a͟n͟g͟ s͟u͟a͟m͟i͟ m͟e͟n͟j͟a͟w͟a͟b͟ :* 
*_"Y͟a͟, b͟e͟n͟a͟r͟."_*

*S͟a͟n͟g͟ i͟s͟t͟r͟i͟ b͟e͟r͟k͟a͟t͟a͟ l͟a͟g͟i͟:* 
*_"K͟e͟n͟a͟p͟a͟ k͟i͟t͟a͟ t͟i͟d͟a͟k͟ p͟e͟r͟g͟i͟ s͟a͟j͟a͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟-n͟y͟a͟ u͟n͟t͟u͟k͟ m͟e͟n͟g͟a͟d͟u͟k͟a͟n͟ k͟o͟n͟d͟i͟s͟i͟ k͟i͟t͟a͟ y͟a͟n͟g͟ p͟e͟n͟u͟h͟ d͟e͟n͟g͟a͟n͟ k͟e͟m͟i͟s͟k͟i͟n͟a͟n͟ d͟a͟n͟ m͟e͟m͟i͟n͟t͟a͟n͟y͟a͟ a͟g͟a͟r͟ i͟a͟ b͟e͟r͟b͟i͟c͟a͟r͟a͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ R͟a͟b͟b͟-n͟y͟a͟, a͟g͟a͟r͟ D͟i͟a͟ m͟e͟n͟g͟a͟n͟u͟g͟e͟r͟a͟h͟k͟a͟n͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ k͟i͟t͟a͟ k͟e͟k͟a͟y͟a͟a͟n͟ ?"*_

*A͟k͟h͟i͟r͟n͟y͟a͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ m͟e͟n͟g͟a͟d͟u͟k͟a͟n͟ k͟e͟m͟i͟s͟k͟i͟n͟a͟n͟n͟y͟a͟ i͟t͟u͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ N͟a͟b͟i͟ M͟u͟s͟a͟ A͟S͟.*

*L͟a͟l͟u͟ N͟a͟b͟i͟ M͟u͟s͟a͟ b͟e͟r͟m͟u͟n͟a͟j͟a͟t͟ m͟e͟n͟g͟h͟a͟d͟a͟p͟ A͟l͟l͟a͟h͟ S͟W͟T͟ d͟a͟n͟ m͟e͟n͟y͟a͟m͟p͟a͟i͟k͟a͟n͟ k͟e͟a͟d͟a͟a͟n͟ k͟e͟l͟u͟a͟r͟g͟a͟ t͟e͟r͟s͟e͟b͟u͟t͟.*

*A͟l͟l͟a͟h͟ S͟W͟T͟ p͟u͟n͟ b͟e͟r͟f͟i͟r͟m͟a͟n͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ M͟u͟s͟a͟:* 
_*"W͟a͟h͟a͟i͟ M͟u͟s͟a͟, k͟a͟t͟a͟k͟a͟n͟l͟a͟h͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟, a͟k͟u͟ a͟k͟a͟n͟ m͟e͟m͟b͟e͟r͟i͟k͟a͟n͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ k͟e͟k͟a͟y͟a͟a͟n͟, t͟e͟t͟a͟p͟i͟ k͟e͟k͟a͟y͟a͟a͟n͟ i͟t͟u͟ a͟k͟u͟ b͟e͟r͟i͟k͟a͟n͟ h͟a͟n͟y͟a͟ s͟a͟t͟u͟ t͟a͟h͟u͟n͟,  d͟a͟n͟ s͟e͟t͟e͟l͟a͟h͟ s͟a͟t͟u͟ t͟a͟h͟u͟n͟, a͟k͟a͟n͟ a͟k͟u͟ k͟e͟m͟b͟a͟l͟i͟k͟a͟n͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ m͟e͟n͟j͟a͟d͟i͟ o͟r͟a͟n͟g͟ m͟i͟s͟k͟i͟n͟ k͟e͟m͟b͟a͟l͟i͟."*_

*L͟a͟l͟u͟ N͟a͟b͟i͟ M͟u͟s͟a͟ m͟e͟n͟y͟a͟m͟p͟a͟i͟k͟a͟n͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ b͟a͟h͟w͟a͟s͟a͟n͟y͟a͟ A͟l͟l͟a͟h͟ t͟e͟l͟a͟h͟ M͟e͟n͟g͟a͟b͟u͟l͟k͟a͟n͟ p͟e͟r͟m͟o͟h͟o͟n͟a͟n͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟, d͟e͟n͟g͟a͟n͟ s͟y͟a͟r͟a͟t͟ k͟e͟k͟a͟y͟a͟a͟n͟ i͟t͟u͟ h͟a͟n͟y͟a͟ s͟a͟t͟u͟ t͟a͟h͟u͟n͟ l͟a͟m͟a͟n͟y͟a͟.* 

*M͟e͟r͟e͟k͟a͟ m͟e͟n͟e͟r͟i͟m͟a͟ k͟a͟b͟a͟r͟ t͟e͟r͟s͟e͟b͟u͟t͟ d͟e͟n͟g͟a͟n͟ p͟e͟n͟u͟h͟ k͟e͟b͟a͟h͟a͟g͟i͟a͟a͟n͟ d͟a͟n͟ k͟e͟g͟e͟m͟b͟i͟r͟a͟a͟n͟.*

*B͟e͟b͟e͟r͟a͟p͟a͟ h͟a͟r͟i͟ k͟e͟m͟u͟d͟i͟a͟n͟ d͟a͟t͟a͟n͟g͟l͟a͟h͟ r͟i͟z͟q͟i͟ y͟a͟n͟g͟ m͟e͟l͟i͟m͟p͟a͟h͟ d͟a͟r͟i͟ j͟a͟l͟a͟n͟ y͟a͟n͟g͟ t͟a͟k͟ d͟i͟k͟e͟t͟a͟h͟u͟i͟ d͟a͟r͟i͟m͟a͟n͟a͟ a͟r͟a͟h͟n͟y͟a͟.*
*D͟a͟n͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟p͟u͟n͟ m͟e͟n͟j͟a͟d͟i͟ o͟r͟a͟n͟g͟ t͟e͟r͟k͟a͟y͟a͟ p͟a͟d͟a͟ s͟a͟a͟t͟ i͟t͟u͟.*

*K͟e͟a͟d͟a͟a͟n͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ p͟u͟n͟ b͟e͟r͟u͟b͟a͟h͟ d͟e͟n͟g͟a͟n͟ k͟e͟k͟a͟y͟a͟a͟n͟ y͟a͟n͟g͟ b͟e͟r͟l͟i͟m͟p͟a͟h͟.* 

*L͟a͟l͟u͟ s͟a͟n͟g͟ i͟s͟t͟r͟i͟ b͟e͟r͟k͟a͟t͟a͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ s͟u͟a͟m͟i͟n͟y͟a͟:* 
_*"W͟a͟h͟a͟i͟ s͟u͟a͟m͟i͟k͟u͟, s͟e͟l͟a͟m͟a͟ s͟e͟t͟a͟h͟u͟n͟ i͟n͟i͟ k͟i͟t͟a͟ a͟k͟a͟n͟ m͟e͟m͟b͟e͟r͟i͟ m͟a͟k͟a͟n͟ o͟r͟a͟n͟g͟-o͟r͟a͟n͟g͟ m͟i͟s͟k͟i͟n͟ d͟a͟n͟ m͟e͟n͟y͟a͟n͟t͟u͟n͟i͟ a͟n͟a͟k͟-a͟n͟a͟k͟ y͟a͟t͟i͟m͟ m͟u͟m͟p͟u͟n͟g͟ k͟i͟t͟a͟ m͟a͟s͟i͟h͟ p͟u͟n͟y͟a͟ k͟e͟s͟e͟m͟p͟a͟t͟a͟n͟, k͟a͟r͟e͟n͟a͟ s͟e͟t͟e͟l͟a͟h͟ s͟e͟t͟a͟h͟u͟n͟ k͟i͟t͟a͟ a͟k͟a͟n͟ k͟e͟m͟b͟a͟l͟i͟ m͟i͟s͟k͟i͟n͟."*_

*S͟a͟n͟g͟ s͟u͟a͟m͟i͟ m͟e͟n͟j͟a͟w͟a͟b͟:* *_"B͟a͟i͟k͟l͟a͟h͟, k͟i͟t͟a͟ a͟k͟a͟n͟ m͟e͟n͟g͟g͟u͟n͟a͟k͟a͟n͟ h͟a͟r͟t͟a͟ i͟n͟i͟ u͟n͟t͟u͟k͟ m͟e͟m͟b͟a͟n͟t͟u͟ o͟r͟a͟n͟g͟-o͟r͟a͟n͟g͟ y͟a͟n͟g͟ m͟e͟m͟b͟u͟t͟u͟h͟k͟a͟n͟n͟y͟a͟."_*

*K͟e͟m͟u͟d͟i͟a͟n͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ m͟e͟m͟b͟a͟n͟t͟u͟ o͟r͟a͟n͟g͟-o͟r͟a͟n͟g͟ y͟a͟n͟g͟ m͟e͟m͟b͟u͟t͟u͟h͟k͟a͟n͟, d͟a͟n͟ m͟e͟m͟b͟a͟n͟g͟u͟n͟ t͟e͟m͟p͟a͟t͟-t͟e͟m͟p͟a͟t͟ s͟i͟n͟g͟g͟a͟h͟ p͟a͟r͟a͟ M͟u͟s͟a͟f͟i͟r͟, s͟e͟r͟t͟a͟ m͟e͟n͟y͟e͟d͟i͟a͟k͟a͟n͟ m͟a͟k͟a͟n͟ g͟r͟a͟t͟i͟s͟ b͟a͟g͟i͟ o͟r͟a͟n͟g͟ y͟a͟n͟g͟ m͟e͟m͟b͟u͟t͟u͟h͟k͟a͟n͟.*

*S͟e͟t͟e͟l͟a͟h͟ s͟a͟t͟u͟ t͟a͟h͟u͟n͟ b͟e͟r͟l͟a͟l͟u͟, m͟e͟r͟e͟k͟a͟ m͟a͟s͟i͟h͟ t͟e͟t͟a͟p͟ s͟i͟b͟u͟k͟ m͟e͟n͟y͟e͟d͟i͟a͟k͟a͟n͟ m͟a͟k͟a͟n͟a͟n͟ s͟a͟m͟p͟a͟i͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ l͟u͟p͟a͟ b͟a͟h͟w͟a͟s͟a͟n͟y͟a͟ s͟u͟d͟a͟h͟ s͟e͟t͟a͟h͟u͟n͟ l͟e͟b͟i͟h͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ m͟e͟n͟j͟a͟d͟i͟ o͟r͟a͟n͟g͟ k͟a͟y͟a͟ d͟a͟n͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ l͟u͟p͟a͟ b͟a͟h͟w͟a͟ a͟k͟a͟n͟ k͟e͟m͟b͟a͟l͟i͟ m͟e͟n͟j͟a͟d͟i͟ o͟r͟a͟n͟g͟ m͟i͟s͟k͟i͟n͟.*

*N͟a͟b͟i͟ M͟u͟s͟a͟ p͟u͟n͟ h͟e͟r͟a͟n͟ m͟e͟l͟i͟h͟a͟t͟ k͟e͟a͟d͟a͟a͟n͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ y͟a͟n͟g͟ t͟e͟t͟a͟p͟ k͟a͟y͟a͟.*
*K͟e͟m͟u͟d͟i͟a͟n͟ N͟a͟b͟i͟ M͟u͟s͟a͟ b͟e͟r͟t͟a͟n͟y͟a͟ k͟p͟d͟ A͟l͟l͟a͟h͟ S͟W͟T͟ :* 
*_"Y͟a͟ R͟a͟b͟b͟, b͟u͟k͟a͟n͟k͟a͟h͟ E͟n͟g͟k͟a͟u͟ b͟e͟r͟j͟a͟n͟j͟i͟ m͟e͟m͟b͟e͟r͟i͟k͟a͟n͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ k͟e͟k͟a͟y͟a͟a͟n͟ h͟a͟n͟y͟a͟ s͟a͟t͟u͟ t͟a͟h͟u͟n͟ s͟a͟j͟a͟, k͟e͟m͟u͟d͟i͟a͟n͟ s͟e͟t͟e͟l͟a͟h͟ i͟t͟u͟ E͟n͟g͟k͟a͟u͟ a͟k͟a͟n͟ k͟e͟m͟b͟a͟l͟i͟k͟a͟n͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ p͟a͟d͟a͟ k͟e͟m͟i͟s͟k͟i͟n͟a͟n͟ s͟e͟p͟e͟r͟t͟i͟ s͟e͟m͟u͟l͟a͟?"_*

*A͟l͟l͟a͟h͟ S͟W͟T͟ p͟u͟n͟ b͟e͟r͟f͟i͟r͟m͟a͟n͟:* 
_*"W͟a͟h͟a͟i͟ M͟u͟s͟a͟, A͟k͟u͟ t͟e͟l͟a͟h͟ m͟e͟m͟b͟u͟k͟a͟ s͟a͟t͟u͟ p͟i͟n͟t͟u͟ r͟i͟z͟q͟i͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟, t͟e͟t͟a͟p͟i͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ m͟e͟m͟b͟u͟k͟a͟ b͟e͟b͟e͟r͟a͟p͟a͟ p͟i͟n͟t͟u͟ r͟i͟z͟k͟i͟ u͟n͟t͟u͟k͟ h͟a͟m͟b͟a͟-h͟a͟m͟b͟a͟ K͟u͟."*_

_*"W͟a͟h͟a͟i͟ M͟u͟s͟a͟, m͟a͟k͟a͟ A͟k͟u͟ t͟i͟t͟i͟p͟k͟a͟n͟ l͟e͟b͟i͟h͟ l͟a͟m͟a͟ k͟e͟k͟a͟y͟a͟a͟n͟ i͟t͟u͟ p͟a͟d͟a͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟."*_

W͟a͟h͟a͟i͟ M͟u͟s͟a͟, A͟k͟u͟ s͟a͟n͟g͟a͟t͟ m͟a͟l͟u͟ j͟i͟k͟a͟l͟a͟u͟ a͟d͟a͟ h͟a͟m͟b͟a͟-K͟u͟ y͟a͟n͟g͟ l͟e͟b͟i͟h͟ m͟u͟l͟i͟a͟ d͟a͟n͟ l͟e͟b͟i͟h͟ p͟e͟m͟u͟r͟a͟h͟ d͟a͟r͟i͟p͟a͟d͟a͟ A͟k͟u͟.
*N͟a͟b͟i͟ M͟u͟s͟a͟ m͟e͟n͟j͟a͟w͟a͟b͟:* 

*سبحانك اللهم ماأعظم شأنك وأرفع مكانك*

*_"M͟a͟h͟a͟ S͟u͟c͟i͟ E͟n͟g͟k͟a͟u͟ Y͟a͟ A͟l͟l͟a͟h͟, b͟e͟t͟a͟p͟a͟ M͟a͟h͟a͟ M͟u͟l͟i͟a͟ u͟r͟u͟s͟a͟n͟-M͟u͟ d͟a͟n͟ M͟a͟h͟a͟ T͟i͟n͟g͟g͟i͟ k͟e͟d͟u͟d͟u͟k͟a͟n͟-M͟u͟."_*

*HIDUP BUKANLAH BAGAIMANA MENJADI YG TERBAIK TETAPI BAGAIMANA KITA  BANYAK BERBUAT BAIK*
SUBHANALLAH  SEMOGA BERMANFAAT 
 *Aamin Aamin  Ya Robbal  "Alamin....*

.
Boleh di share biar lebih bermanfaat buat orang banyak, kalo pelit di simpen sendiri juga gak apa apa 

Rasulullah S.A.W bersabda :"Barang siapa yang menyampaikan 1 (satu) ilmu saja dan ada orang yang mengamalkannya,maka walaupun yang menyampaikan sudah tiada (meninggal dunia), dia akan tetap memperoleh pahala." (HR. Al-Bukhari)

Sabtu, 05 Februari 2022

Nasihat KH. Maimun Zubair:Rahasia Mencari Istri Sholihah.


"Nggolek bojo kui nek iso seng ngerti ngaji kitab,ojo seng apal alqur.an didisekke"

Perempuan yg pernah ngaji kitab, itu tau unggah ungguh kepada suami carane ngormati bojone piye. Dan tidak semua orang hafal alquran (hafidhoh) itu solekhah bahkan sebaliknya. na'udzubillah..

ada cerita seorang santri sowan mbah yai, dan dia pengen pamitan boyong untuk menikah . dia di tangkleti yai :
"Calon bojomu apal qur.an po ngaji kitab?"
Dia jawab: "ngapalaken qur'an yai"
Mbah yai : "nggolek.o seng ngaji kitab!." (dengan nada tegas)
Langsung santri tersebut nggolek seng ngaji kitab..

Dawuh Mbah Maimoen
"Alamat ilmu iku entek nek wong seng apal quran mek gawe sima'an karo deresan thok".
-------------------------

Menanggapi hal itu, sebenarnya adalah ada sebagian santri salah satu pondok di jawa yg sowan kepada kyai-nya saat akan menikah. Kemudian sang kyai menanyakan hal seperti dalam dialog itu, kemudian ada teman dari santri itu menulis kejadian itu. Dan diakhir paragraf teman santri itu mengutip dawuhnya mbah maimun, jadi seakan² bila dibaca sepintas adalah yai yang dimaksud dari atas adalah Mbah Maimoen, padahal bukan.
Akan tetapi, Syaikhuna Maimoen Dawuh dan saya terjemahkan dengan bahasa indonesia dan dengan bahasa saya adalah:
Termasuk tanda dari akhir zaman adalah banyaknya orang yang menghafal Al-Qur'an. Ini diisyaratkan dengan kata Tsumma (ﺛﻢ ) yg berarti kemudian. Kata ﺛﻢ dalam ilmu nahwu mempunyai faidah: ﻟﻠﺘﺮﺗﻴﺐ ﻭﺍﻟﺘﺮﺍﺧﻲ tartib dan tarokhi (ada waktu senjang yg lumayan lama).
ﺛﻢ ﺃﻭﺭﺛﻨﺎ ﺍﻟﻜﺘﺎﺏ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﺍﺻﻄﻔﻴﻨﺎ ﻣﻦ ﻋﺒﺎﺩﻧﺎ.
"Kemudian Kami Waristkan Kitab ini kepada orang² yg Kami Pilih dari hamba² Kami."

Akan tetapi sebagian dari orang yg menghafal itu ada yang dlolim kepada diri sendiri, sehingga Al-Quran bukan dijadikan sebagai imam, tetapi hanya sebagai bacaan dan bahan sima'an saja, sedangkan Kita diajarkan untuk menjadikan Al-Qur'an sebagai Imam dan petunjuk. Seperti dalam bacaan berikut:
ﺭﺿﻴﺖ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﺭﺑﺎ ﻭﺑﺎﻹﺳﻼﻡ ﺩﻳﻨﺎ ﻭﺑﻤﺤﻤﺪ ﻧﺒﻴﺎ ﻭﺭﺳﻮﻻ ﻭﺑﺎﻟﻘﺮﺁﻥ ﺇﻣﺎﻣﺎ ﻭﺩﻟﻴﻼ .
Walaupun dlolim, tetapi tidak boleh diejek, karena mereka pasti hamba pilihan ( ﺍﻟﺬﻳﻦ ﺍﺻﻄﻔﻴﻨﺎ ﻣﻦ ﻋﺒﺎﺩﻧﺎ ), sehingga Alloh akan memasukkan surga orang² yg mewarisi kitab Al-Qur'an baik itu golongan:
ﻓﻤﻨﻬﻢ ﻇﺎﻟﻢ ﻟﻨﻔﺴﻪ
ﻭﻣﻨﻬﻢ ﻣﻘﺘﺼﺪ
ﻭﻣﻨﻬﻢ ﺳﺎﺑﻖ ﺑﺎﻟﺨﻴﺮﺍﺕ ﺑﺈﺫﻥ ﺍﻟﻠﻪ
- Ada yang menganiaya diri mereka sendiri
- Diantara mereka ada yang pertengahan
- Diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah.
Bisa mewarisi kitab merupakan fadl dari ALLAH:
ﺫﻟﻚ ﻫﻮ ﺍﻟﻔﻀﻞ ﺍﻟﻜﺒﻴﺮ .
Dan bagaimana pun golongan itu, dijamin ALLAH Masuk surga
ﺟﻨﺔ ﻋﺪﻥ ﻳﺪﺧﻠﻮﻧﻬﺎ .
--------------------------

Untuk yang mengatakan bahwa Yai mengatakan: kowe golek bojo pinter kitab iku luweh apek katimbang sing apal qur'an.
Yang dimaksud adalah wanita yang hanya hafal Al-Qur'an tanpa tahu hukum agama
----------------------------

Ada juga sebagian yang diwejangi seperti itu, karena beratnya menjaga Hapalan itu, dan santri yang akan menikah itu kurang mampu secara ekonomi, sehingga dikhawatirkan akan lupa dengan hapalannya karena membantu mencari nafkah sang suami.

(Saya diceritani sebagian guru)
Beliau juga mengatakan: Mencari Ilmu agama itu fardlu ain, sedangkan menghafal Al-Qur'an itu fardlu kifayah.
Fardlu ain dengan dasar:
ﻃﻠﺐ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻓﺮﻳﻀﺔ ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﻣﺴﻠﻢ .
Sedangkan fardlu kifayah karena diantara sahabat yang banyak, hanya 6 yang hafal al-qur'an secara menyeluruh.

والله اعلم باصواب.

Semoga bermanfa'at.

Rabu, 02 Februari 2022

LARANGAN BAGI ANAK-ANAK BERADA DI LUAR RUMAH SAAT MAGHRIB PERTANYAAN

Assalamu’alaikum, anak mau tanya sama bapak-bapak semua, Saudara saya bersikukuh tidak mau membawa anak usia 7 bulan keluar rumah setelah magrib berdasar hadits ini: 
 
إِذَا كَانَ جُنْحُ اللَّيْلِ أَوْ أَمْسَيْتُمْ فَكُفُّوا صِبْيَانَكُمْ ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ 
يَنْتَشِرُ حِينَئِذٍ ، فَإِذَا ذَهَبَ سَاعَةٌ مِنْ اللَّيْلِ فَخَلُّوهُمْ ، وَأَغْلِقُوا الْأَبْوَابَ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لَا يَفْتَحُ بَابًا مُغْلَقًا ، وَأَوْكُوا قِرَبَكُمْ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ ، وَخَمِّرُوا آنِيَتَكُمْ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ وَلَوْ أَنْ تَعْرُضُوا عَلَيْهَا شَيْئًا ، وَأَطْفِئُوا مَصَابِيحَكُمْ 
 
Pertanyaan:
1. Perintah disitu imbas hukumnya apa ya pak? 
2. Emang bener ya pak syetan berkeliaran pada waktu itu (seperti dalam hadis)? 
3. Jika masih ada celah untuk memperbolehkan, mohon solusinya pak. Soalnya simbah sering ingin cucunya tidur sama simbahe. Terima kasih 
 
JAWABAN :
 
> Ghufron Bkl 
Wa'alaikum salam wr.wb. Hukumnya sunah untuk melarang anak kecil keluar rumah setelah maghrib berdasar hadits di atas. 
 
ويستحب أن يكف الصبيان أول ساعة من الليل، 
(قوله: ويستحب أن يكف الصبيان إلخ) لخبر مسلم: إذا كان جنح الليل وأمسيتم، فكفوا صبيانكم، فإن الشياطين تنتشر حينئذ.وإذا ذهب ساعة من الليل فخلوهم روي بالحاء المهملة المضمومة، وبالخاء المعجمة المفتوحة وضم اللام. 
 
shamela.ws/browse.php/book-963/page-694 
 
> Rizalullah 
Wa'alaikum salam wr wb. Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 
 
احبسوا صبيانكم حتى تذهب فوعة العشاء، فإنها ساعة تخترق فيها الشياطين 
 
“Cegahlah anak-anak kalian (berada diluar rumah) sampai berlalu awal waktu ‘Isya, karena saat itu merupakan waktu bertebaran/keluarnya setan". Kata "Sanekala" dan "Pamali" adalah Kata-kata yang mengandung arti Pelarangan. Baik pelarangan itu sifatnya syar'iyyah atau adat.Sedikit pembahasan tentang kata "PAMALI" telah saya sampaikan DISINI. Adapun "sanekala" adalah pelarangan yang erat kaitannya dengan waktu-waktu tertentu,dimana dalam waktu tersebut dilarang melakukan aktifitas-aktifitas tertentu, Baik yang sifatnya pelarangan agama maupun adat istiadat. 
 
Pernahkah anda mendengar, Larangan bepergian jauh bagi calon pengantin ? atau jika di kampung ada larangan beraktifitas yang menggunakan senjata tajam saat "manceuran" istiwa,saat dzuhur/matahari tepat di atas kepala) , Dan banyak lagi contoh yang lainnya yang jika di telaah secara logika dan akal sehat,pelarangan tersebut yang disampaikan orang tua lewat bahasa yang sederhana ini mengandung kebaikan bagi orang bersangkutan dan menolak keburukan. 
 
Sayangnya, bagi anak zaman sekarang yang cenderung hanya berpendidikan formal dan jauh dari didikan agama dan adat yang baik,ditambah banyak faktor yang menggiring cara fikir dan cara pandang, Hanya menganggap kata-kata tersebut sebagai "TAHAYUL" ,atau dengan ringannya seorang anak mengatakan pada orang tuanya : "Pak,bu.... ini zaman modern,bukan zaman kuda gigit besi....tahayul itu". 
 
Kembali pada pembahasan kata "SANEKALA / SENDEKALA" yang terkait hadits Rosululloh diatas. 
 
Masih ingatkah masa kecil anda ? terlebih yang hidup atau berasal dari kampung. Selepas ngaji ba'da ashar,biasanya anak-anak putera da puteri memanfaatkan waktu untuk bermain bersama di satu tempat,bisa dihalaman rumah penduduk yang luas atau dilapangan kampung dengan memainkan beraneka macam permainan,Namun jika waktu mendekati maghrib (+- 20-30 menit menjelang maghrib, orang tua akan meminta anak-anaknya untuk menghentikan permainan dan segera pulang,anak-anak tidak lagi beraktifitas diluar rumah) biasanya,sebagian anak-anak ikut orang tuanya ke mesjid,atau diam di rumah dan selepas sholat maghrib,diantar orang tuanya ke pengajian. 

Apakah pelarangan beraktifitasnya bagi anak-anak sesaat sebelum,pas dan sesaat sesudah waktu maghrib itu berdasar atau hanya TAHAYUL semata ? Pernah dengar, ada ada anak di umpetin Kelong wewe (wewe gombel) ? 
 
Berikut Jawabannya : Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 
 
احبسوا صبيانكم حتى تذهب فوعة العشاء، فإنها ساعة تخترق فيها الشياطين 
 
“Cegahlah anak-anak kalian (berada diluar rumah) sampai berlalu awal waktu ‘Isya, karena saat itu merupakan waktu bertebaran/keluarnya setan". 
 
Sebagai pendekatan ma'na hadits, saya kutipkan dari Kitab Faidhul Qodiir. Tafsir hadits dari Faidhul Qodiir : 
 
[ ص 180 ] 228 - ( احبسوا ) بكسر الهمزة والموحدة التحتية . قال الراغب : الحبس المنع وفي الصحاح ضد التخلية ( صبيانكم ) جمع صبي قال في الصحاح وهو الغلام والجارية صبية والجمع صبايا انتهى والمراد هنا الصغير ذكرا كان أو أنثى كما يشير إليه التعليل الآتي أي امنعوهم من الخروج من البيوت وفي رواية اكفتوا صبيانكم أي ضموهم ( حتى تذهب ) أي إلى أن تنقضي ( فوعة ) بضم الفاء وسكون الواو ( العشاء ) أي شدة سوادها وظلمتها وفي رواية بدل فوعة فحمة وهي السواد الشديد والمراد هنا أول ساعة من الليل كما يدل له قوله ( فإنها ساعة تخترق ) بمعجمات وراء : تنتشر ( فيها الشياطين ) أي مردة الجن فإن أول الليل محل تصرفهم وحركتهم في أول انتشارهم أشد اضطرابا . وقال ابن الجوزي : إنما خيف على الصبيان منهم تلك الساعة لأن النجاسة التي تلوذ بها الشياطين موجودة فيهم غالبا والذكر الذي يحترس به منهم مفقود من الصبيان غالبا والسواد أجمع للقسوة الشيطانية من غيره والجن تكره النور وتتشاءم به وإن كانت خلقت من نار وهي ضياء لكن الله تعالى أظلم قلوبها وخلق الآدمي من طين ونور قلبه فهو محب للنور بالطبع وكل جنس يميل إلى ما يروحه من جنسه فيضيع فإن قلت فإذا كان الاختراق بمعنى الانتشار فلم عبر به دونه قلت إشارة إلى أنه انتشار لابتغاء الفساد فإن الخرق في الأصل كما قال الراغب قطع الشيء على سبيل الفساد بغير تفكر وتدبر ثم استعمل في قطع المسافة توصلا إلى حيلة أو إفساده ومن ثم شبه به الريح في تعسف مرورها فقيل ريح خرقاء وفوعة الشيء بالضم حدته وشدته قال الزمخشري : وجدت فوعة الطيب وفوحته وفورته وخمرته وذلك حدة ريحه وشدتها إذا اختمر وأتيته فوعة النهار وفوعة الضحى وهو ارتفاعه وكان ذلك في فوعة الشباب( ك ) في الأدب ( عن جابر ) بن عبد الله وقال على شرط مسلم وأقره الذهبي 
 
Sabda Rosulloh SAW lafadz " احبسوا " , Fi'il amr dengan dhomir 'ANTUM' artinya : Cegahlah,Tahanlah,Laranglah. kata kata ini kebalika dari 'membiarkan' 
 
Sabda Rosulloh SAW lafadz "صبيانكم " Bentuk jama' taksir dari 'SHOBIY' . yang dimaksud adalah Al-Ghulaam, Yaitu anak kecil laki-laki dan perempuan , Maksudnya : Cegahlah mereka untuk keluar dari rumah (jika tadinya beraktifitas diluar rumah,segera pulangkan dan masukkan mereka kedalam rumah) 
 
Sabda Rosulloh SAW lafadz "حتى تذهب " Sehingga lewat 
 
Sabda Rosulloh SAW lafadz "فوعة العشاء " Sempurna gelapnya malam , yang dimaksud adalah telah berlalu awal malam (proses pergantian dari siang ke malam). 
 
Sabda Rosulloh SAW lafadz " فإنها ساعة تخترق " Karena pada saat pergantian waktu dari siang ke malam adalah saat dimana para syetan bertebaran,keluar dan bertebaran 
 
Sabda Rosulloh SAW lafadz "الشياطين " Bentuk jama' taksir,artinya seluruh syetan (jenis dan bentuk),karena waktu 'awal malam' adalah waktunya mereka beraktifitas dan beraksinya para syetan,terlebih pada saat kemunculan dan bertebarannya mereka di awal malam. 
 
وقال ابن الجوزي : إنما خيف على الصبيان منهم تلك الساعة لأن النجاسة التي تلوذ بها الشياطين موجودة فيهم غالبا والذكر الذي يحترس به منهم مفقود من الصبيان غالبا 
 
Ibnul Jauzi berkata : Sangat dikhawatirkan terjadi pada anak-anak ketika waktu tersebut,karena biasanya pada anak-anak kecil terdapat najis yang mana syetan akan menghampiri dan menikmati itu. Ditambah lagi anak-anak kecil belum bisa melindungi diri mereka dengan dzikir dari fitnahnya syetan tersebut. 
 
Catatan : 

Penulis mempunyai pendapat, Bahwa kata-kata Sanekala dan Pamali itu dari ulama-ulama terdahulu yang disampaikan kepada orang-orang zaman dulu yang notebene mereka sangat awam pada syari'at, dan kondisi masyarakat yang masih dalam pengaruh adat jahiliyah. dan melalui kata-kata tersebut "pelarangan" terhadap satu hal dapat mereka fahami. La'alashowaab, mungkin hal semacam ini salah satu bentuk da'wah yang sangat baik yang menunjukkan ulama yang menyampaikan syari'at tersebut TABAHUR (penuh dengan ilmu agama,bijaksan,toleran,fleksibel dan mengetahui serta faham betul siapa yang mereka da'wahi). 

La'alashowaab, da'wah semacam ini merupakan penjabaran dan representasi dari sabda Rosulillah SAW : 
خاطب الناس بقدر عقولهم : 

Bicaralah/sampaikanlah kepada manusia dengan kadar dan cara fikir mereka (termasuk bahasa dan cara penyampaian) 
 
Beberapa sumber kitab hadits lainnya : 
 
التيسير بشرح الجامع الصغير ـ للمناوى 
فيض القدير - المناوي
المستدرك على الصحيحين
غريب الحديث للخطابي
لسان العرب ابن منظور
مسند أحمد بن حنبل
الشواهد _ تخريج الحديث
إتحاف المهرة
صحيح الترغيب والترهيب
جامع الأصول
شرح البخاري لابن بطال
كنز العمال في سنن الأقوال والأفعال
الفائق في غريب الحديث - الزمخشري
جامع الأحاديث - جلال الدين السيوطي
الترغيبوالترهيب من الحديث الشريف - عبد العظيم بن عبد القوي المنذري أبو محمد 
اهتمام السُّنة النبوية بعوامل السلامة العامة - فضيلة المفتي محمد علي الحنيطي 
 
Wallohu A'lam
> http://arh789.blogspot.com/2015/03/waktu-sanekala-anak-kecil-dilarang.html 
 
> Mas Hamzah 

Jabir bin Abdullah radhiallahu anhu berkata, sesungguhnya Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, 
 
إِذَا كَانَ جُنْحُ اللَّيْلِ أَوْ أَمْسَيْتُمْ فَكُفُّوا صِبْيَانَكُمْ ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْتَشِرُ حِينَئِذٍ ، فَإِذَا ذَهَبَ سَاعَةٌ مِنْ اللَّيْلِ فَخَلُّوهُمْ ، وَأَغْلِقُوا الْأَبْوَابَ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لَا يَفْتَحُ بَابًا مُغْلَقًا ، وَأَوْكُوا قِرَبَكُمْ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ ، وَخَمِّرُوا آنِيَتَكُمْ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ وَلَوْ أَنْ تَعْرُضُوا عَلَيْهَا شَيْئًا ، وَأَطْفِئُوا مَصَابِيحَكُمْ 
 
"Jika malam datang menjelang, atau kalian berada di sore hari, maka tahanlah anak-anak kalian, karena sesungguhnya ketika itu setan sedang bertebaran. Jika telah berlalu sesaat dari waktu malam, maka lepaskan mereka. Tutuplah pintu dan berzikirlah kepada Allah, karena sesungguhnya setan tidak dapat membuka pintu yang tertutup. Tutup pula wadah minuman dan makanan kalian dan berzikirlah kepada Allah, walaupun dengan sekedar meletakkan sesuatu di atasnya, matikanlah lampu-lampu kalian". (HR. Bukhari Muslim). 
 
Jabir radhiallahu anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda : 
 
لَا تُرْسِلُوا فَوَاشِيَكُمْ – أي كل ما ينتشر من ماشية وغيرها - وَصِبْيَانَكُمْ إِذَا غَابَتْ الشَّمْسُ حَتَّى تَذْهَبَ فَحْمَةُ الْعِشَاءِ ، فَإِنَّ الشَّيَاطِينَ تَنْبَعِثُ إِذَا غَابَتْ الشَّمْسُ حَتَّى تَذْهَبَ فَحْمَةُ الْعِشَاءِ 
 
"Jangan lepas hewan ternak kalian dan anak-anak kalian apabila matahari terbenam hingga berlalunya awal waktu Isya. Karena setan bertebaran jika matahari terbenam hingga berlalunya awal waktu Isya". (HR. Muslim). 
- kitab Syarh Muslim (13/185) :
 
هذا الحديث فيه جمل من أنواع الخير والأدب الجامعة لمصالح الآخرة والدنيا ، فأمر صلى الله عليه وسلم بهذه الآداب التي هي سبب للسلامة من إيذاء الشيطان ، وجعل الله عز وجل هذه الأسباب أسبابا للسلامة من إيذائه ، فلا يقدر على كشف إناء ، ولا حل سقاء ، ولا فتح باب ، ولا إيذاء صبي وغيره إذا وجدت هذه الأسباب ، وهذا كما جاء في الحديث الصحيح أن العبد إذا سمى عند دخول بيته قال الشيطان : ( لا مبيت ) أي : لا سلطان لنا على المبيت عند هؤلاء 
 
Hadits ini mengandung sejumlah ajaran kebaikan dunia dan akhirat. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan kita untuk melaksanakan adab-adab ini yang Allah jadikan sebagai sebab keselamatan dari gangguan setan. Setan tidak mampu membuka penutup wadah makan dan minum, tidak dapat membuka pintu dan tidak dapat mengganggu anak kecil dan selainnya jika terdapat sebab-sebab ini. Sebagaimana juga disebutkan dalam hadits shahih bahwa jika seorang hamba membaca basmalah ketika masuk rumahnya, maka setan berkata, "Tidak ada tempat bermalam." Maksudnya kita tidak memiliki kekuatan untuk bermalam di rumah mereka. 
- kitab Fathul Bari (6/341) :
 
( جُِنح الليل ) هو بضم الجيم وبكسرها ، والمعنى : إقباله بعد غروب الشمس ، يقال : جنح الليل : أقبل . 
قوله : ( فخلوهم ) قال ابن الجوزي : إنما خيف على الصبيان في تلك الساعة ، لأن النجاسة التي تلوذ بها الشياطين موجودة معهم غالبا ، والذكر الذي يحرز منهم مفقود من الصبيان غالبا ، والشياطين عند انتشارهم يتعلقون بما يمكنهم التعلق به ، فلذلك خيف على الصبيان في ذلك الوقت . 
والحكمة في انتشارهم حينئذ أن حركتهم في الليل أمكن منها لهم في النهار ؛ لأن الظلام أجمع للقوى الشيطانية من غيره ، وكذلك كل سواد " انتهى. 
 
Junhul lail maknanya adalah terbenamnya matahari. Ibnul Jauzi berkata, "Dikhawatirkan pada anak-anak dalam waktu tersebut, karena najis yang selalu dicari-cari setan umumnya ada pada mereka sedangkan zikir yang dapat melindungi mereka umumnya tidak ada pada anak kecil. Sedangkan setan ketika bertebaran, mereka bergantungan dengan apa saja yang dengan apa saja yang mereka dapatkan. Maka dikhawatirkan bagi anak-anak waktu tersebut." 
 
Adapun latar belakang bertebarannya mereka pada waktu itu, karena waktu malam lebih mudah bagi mereka dibanding siang, karena gelap lebih mendatangkan kekuatan bagi setan dibanding lainnya, begitu juga dengan setiap sesuatu yg berwarna hitam ". Wallohu a'lam 
 
Terus bagaimana dengan anak-anak yang pergi mengaji menjelang maghrib? nggak apa-apa, tapi biasakan berangkat dari rumah dalam keadaan bersih dari najis dan baca basmallah. 
 
LINK DISKUSI :
> http://www.facebook.com/groups/piss.ktb/974910215865120/ 
Copyright © www.piss-ktb.com 2019

____________
Dari Aplikasi: Tanya Jawab Islam
Download: 
https://play.google.com/store/apps/details?id=com.zam.pisslite

Senin, 31 Januari 2022

NAMA NAMA WALISONGO MENURUT PERIODE WAKTUNYA

Nama2 Walisongo Menurut Periode Waktunya
Menurut buku Haul Sunan Ampel Ke-555 yang ditulis oleh KH. Mohammad Dahlan Penerbit Yayasan Makam Sunan Ampel, hlm 1-2, Surabaya, 1979 dan Catatan dari Al-Habib Hadi bin Abdullah Al-Haddar dan As-Sayyid Bahruddin Ba'alawi Al-Husaini, disebutkan bahwa:

Wali Songo Angkatan Ke-1, tahun 1404 – 1435 M. Terdiri dari:

1. Maulana Malik Ibrahim, [wafat 1419 M]
2. Maulana Ishaq,
3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro,
4. Maulana Muhammad Al-Maghrabi,
5. Maulana Malik Isra'il, [wafat 1435 M]
6. Maulana Muhammad Ali Akbar, [wafat 1435 M]
7. Maulana Hasanuddin,
8. Maulana 'Aliyuddin,
9. Syekh Subakir, atau Syaikh Muhammad Al-Baqir

Wali Songo Angkatan ke-2, tahun 1435 - 1463 M, terdiri dari : 

1. Sunan Ampel, [tahun 1419 menggantikan Maulana Malik Ibrahim]
2. Maulana Ishaq, [wafat 1463]
3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro,
4. Maulana Muhammad Al-Maghrabi,
5. Sunan Kudus, [tahun 1435 menggantikan Maulana Malik Isra’il]
6. Sunan Gunung Jati, [tahun 1435 menggantikan Maulana Muhammad Ali Akbar]
7. Maulana Hasanuddin, [wafat 1462 M]
8. Maulana 'Aliyuddin, [wafat 1462 M]
9. Syekh Subakir, [wafat 1463 M]

Wali Songo Angkatan ke-3, 1463 - 1466 M, terdiri dari : 

1. Sunan Ampel,
2. Sunan Giri, [tahun 1463 menggantikan Maulana Ishaq]
3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro, [w.1465 M]
4. Maulana Muhammad Al-Maghrabi, [w.1465 M]
5. Sunan Kudus, 6. Sunan Gunung Jati,
7. Sunan Bonang, [tahun 1462 menggantikan Maulana Hasanuddin]
8. Sunan Derajat, [tahun 1462 menggantikan Maulana ‘Aliyyuddin]
9. Sunan Kalijaga, [tahun 1463 menggantikan Syaikh Subakir]

Wali Songo Angkatan ke-4, 1466 - 1513 M, terdiri dari : 

1. Sunan Ampel, [w.1481]
2. Sunan Giri, [w.1505]
3. Raden Fattah, [pada tahun 1465 mengganti Maulana Ahmad Jumadil Kubra]
4. Fathullah Khan [Falatehan], [pada tahun 1465 mengganti Maulana Muhammad Al-Maghrabi]
5. Sunan Kudus,
6. Sunan Gunung Jati,
7. Sunan Bonang,
8. Sunan Derajat,
9. Sunan Kalijaga, [wafat tahun 1513]

Wali Songo Angkatan ke-5, [1513 - 1533 M], terdiri dari : 

1. Syaikh Siti Jenar, wafat tahun 1517] [tahun 1481 Menggantikan Sunan Ampel]
2. Raden Faqih Sunan Ampel II [ Tahun 1505 menggantikan kakak iparnya, yaitu Sunan Giri]
3. Raden Fattah, [wafat tahun 1518]
4. Fathullah Khan [Falatehan],
5. Sunan Kudus, [wafat 1550]
6. Sunan Gunung Jati,
7. Sunan Bonang, [w.1525 M]
8. Sunan Derajat, [w. 1533 M]
9. Sunan Muria, [tahun 1513 menggantikan ayahnya yaitu Sunan Kalijaga]

Wali Songo Angkatan ke-6, [1533 - 1546 M], terdiri dari:

1. Syaikh Abdul Qahhar [Sunan Sedayu], [Tahun 1517 menggantikan ayahnya, yaitu Syaikh Siti Jenar]
2. Raden Zainal Abidin Sunan Demak [Tahun 1540 menggantikan kakaknya, yaitu Raden Faqih Sunan Ampel II)
3. Sultan Trenggana [tahun 1518 menggantikan ayahnya yaitu Raden Fattah]
4. Fathullah Khan [Falatehan], [wafat tahun 1573]
5. Sayyid Amir Hasan, [tahun 1550 menggantikan ayahnya, yaitu Sunan Kudus]
6. Sunan Gunung Jati, [w.1569]
7. Raden Husamuddin Sunan Lamongan, [Tahun 1525 menggantikan kakaknya, yaitu Sunan Bonang]
8. Sunan Pakuan, [Tahun 1533 menggantikan ayahnya, yaitu Sunan Derajat]
9. Sunan Muria, [w. 1551]

Wali Songo Angkatan ke-7, 1546- 1591 M, terdiri dari : 

1. Syaikh Abdul Qahhar [Sunan Sedayu], [wafat 1599]
2. Sunan Prapen, [tahun 1570 menggantikan Raden Zainal Abidin Sunan Demak]
3. Sunan Prawoto, [ tahun 1546 Menggantikan ayahnya Sultan Trenggana]
4. Maulana Yusuf, [pada tahun 1573 menggantikan pamannya yaitu Fathullah Khan [Falatehan], Maulana Yusuf adalah cucu Sunan Gunung Jati]
5. Sayyid Amir Hasan,
6. Maulana Hasanuddin, [pada tahun 1569 menggantikan ayahnya, yaitu Sunan Gunung Jati]
7. Sunan Mojoagung [tahun 1570 Menggantikan Sunan Lamongan]
8. Sunan Cendana, [tahun 1570 menggantikan kakeknya, yaitu Sunan Pakuan]
9. Sayyid Shaleh [Panembahan Pekaos], [tahun 1551 menggantikan kakek dari ibunya, yaitu Sunan Muria. Sedangkan Sayyid Shaleh adalah Shaleh bin Amir Hasan bin Sunan Kudus]

Wali Songo Angkatan ke-8, 1592- 1650 M, terdiri dari : 

1. Syaikh Abdul Qadir [Sunan Magelang], asal Magelang, [wafat 1599], menggantikan Sunan Sedayu
2. Baba Daud Ar-Rumi Al-Jawi, [1650 menggantikan Gurunya yaitu Sunan Prapen]
3. Sultan Hadiwijaya [Joko Tingkir], [tahun 1549 Menggantikan Sultan Prawoto]
4. Maulana Yusuf, asal Cirebon
5. Sayyid Amir Hasan, asal Kudus
6. Maulana Hasanuddin, asal Cirebon
7. Syaikh Syamsuddin Abdullah Al-Sumatrani, [tahun 1650 Menggantikan Sunan Mojo Agung]
8. Syaikh Abdul Ghafur bin Abbas Al-Manduri, [tahun 1650 menggantikan Sunan Cendana] 
9. Sayyid Shaleh [Panembahan Pekaos],

Wali Songo Angkatan ke 9, 1650 – 1750M, terdiri dari:

1. Syaikh Abdul Muhyi Pamijahan [tahun 1750 menggantikan Sunan Magelang]
2. Syaikh Shihabuddin Al-Jawi [tahun 1749 menggantikan Baba Daud Ar-Rumi]
3. Sayyid Yusuf Anggawi [Raden Pratanu Madura], Sumenep Madura [Menggantikan, yaitu Sultan Hadiwijaya / Joko Tingkir]
4. Syaikh Haji Abdur Rauf Al-Bantani, [tahun 1750 Menggantikan Maulana Yusuf, asal Cirebon ]
5. Syaikh Nawawi Al-Bantani. [1740 menggantikan Gurunya, yaitu Sayyid Amir Hasan bin Sunan Kudus]
6. Sultan Abulmufahir Muhammad Abdul Kadir [ tahun 1750 menggantikan buyutnya yaitu Maulana Hasanuddin]
7. Sultan Abulmu'ali Ahmad [Tahun 1750 menggantikan Syaikh Syamsuddin Abdullah Al-Sumatrani]
8. Syaikh Abdul Ghafur bin Abbas Al-Manduri
9. Sayyid Ahmad Baidhawi Azmatkhan [tahun 1750 menggantikan ayahnya, Sayyid Shalih Panembahan Pekaos]

Wali Songo Angkatan ke-10, 1751 – 1897 terdiri dari : 

1. Pangeran Diponegoro [ menggantikan gurunya, yaitu: Syaikh Abdul Muhyi Pamijahan] 2. Sentot Ali Basyah Prawirodirjo, [menggantikan Syaikh Shihabuddin Al-Jawi]
3. Kyai Mojo, [Menggantikan Sayyid Yusuf Anggawi [Raden Pratanu Madura]
4. Kyai Kasan Besari, [Menggantikan Syaikh Haji Abdur Rauf Al-Bantani]
5. Syaikh Nawawi Al-Bantani. …
6. Sultan Ageng Tirtayasa Abdul Fattah, [menggantikan kakeknya, yaitu Sultan Abulmufahir Muhammad Abdul Kadir]
7. Pangeran Sadeli, [Menggantikan kakeknya yaitu: Sultan Abulmu'ali Ahmad]
8. Sayyid Abdul Wahid Azmatkhan, Sumenep, Madura [Menggantikan Syaikh Abdul Ghafur bin Abbas Al-Manduri]
9. Sayyid Abdur Rahman (Bhujuk Lek-palek), Bangkalan, Madura, [Menggantikan kakeknya, yaitu: Sayyid Ahmad Baidhawi Azmatkhan]

Tahun 1830 – 1900 [Majelis Dakwah Wali Songo dibekukan oleh Kolonial Belanda, dan banyak para ulama’ keturunan Wali Songo yg dipenjara dan dibunuh]

Dari nama para Wali Songo tsb, pada umumnya terdapat sembilan nama yg dikenal sebagai anggota Walisongo yg paling terkenal, yaitu:

• Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim
• Sunan Ampel atau Raden Rahmat
• Sunan Bonang atau Raden Makhdum Ibrahim
• Sunan Drajat atau Raden Qasim
• Sunan Kudus atau Ja'far Shadiq
• Sunan Giri atau Raden Paku atau Ainul Yaqin
• Sunan Kalijaga atau Raden Said
• Sunan Muria atau Raden Umar Said
• Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah

Minggu, 30 Januari 2022

42 Kelebihan selawat ke atas nabi s.a.w

Al-Sheikh Abdul Qadir Al-Jelani Al-Hasani menyatakan kelebihan berselawat ke atas nabi di dalam kitabnya Al-Safinah al-Qadiriyah. Beliau meriwayatkan drpd Ibnu Farhun berkata ” Berselawat kepada nabi Muhammad s.a.w. itu mempunyai empat puluh dua kelebihan. Perkara ini tertulis dalam kitabnya Hadaiq Al-Anwar”
1. melaksanakan perintah Allah s.w.t
2. bersamaan dengan selawat Allah s.w.t. kepada Rasulullah S.a.w.
3. mendapat ganjaran 10x selawat drpd Allah atas setiap kali selawat yang diucapkan ( selawat drpd Allah s.w.t. bererti rahmat
4. bersamaan dengan selawat para malaikat
5. dikurniakan oleh Allah s.w.t. 10x dari darjat atas setiap satu-satu selawat
6. dituliskan oleh malaikat 10x kebaikan atas setiap selawat
7. dihapuskan oleh Allah s.w.t. 10x kejahatan atas setiap selawat
8. segala doa akan diperkenankan oleh Allah s.w.t.
9. mendapat syafaat dprd Rasulullah s.a.w.
10. mendapat keampunan Allah s.w.t. dan akan ditutup segala keaiban
11. Allah s.w.t. akan menutupi segala dukacita
12. dikurniakan maqam hampir kepada Rasulullah s.a.w.
13. mendapat darjat al-sidq
14. ditunaikan segala hajat
15. selamat sejahtera pada hari kiamat
16. Allah s.w.t dan para malaikat akan berselawat ke atas individu yang berselawat
17. mendapat khabar gembira daripada Allah s.w.t. dengan balasan syurga
18. selamat sejahtera pada huru-hara hari kiamat
19. Rasulullah s.a.w. akan menjawab secara langsung ke atas setiap selawat yang dibacakan
20. mudah mengingat semula perkara-perkara yang lupa
21. mendapat kedudukan yang baik pada hari kiamat serta tidak akan kecewa pada hari itu
22. tidak akan merasai fakir
23. terpelihara dari dihinggapi sifat bakhil
24. mendapat kesejahteraaan drpd doa Rasulullah s.a.w
25. selawat akan menjemput setiap pengucapnya ke jalan syurga
26. menjauhkan seseorg itu drpd terlibat dalam majlis-majlis yang tidak disebut padanya nama Allah dan rasulNya atau drpd majlis-majlis lagha
27. berselawat menyempurnakan kalam pujian Allah s.w.t. apabila disebut “Alhamdulillahirabbil’alamin” di dalam doa, maka akan disambut selepas itu dengan selawat ke atas Nabi Muhammad s.a.w
28. selamat melintasi titisan sirat al-mustaqim pada hari kiamat
29. terpelihara drpd sifat kasar dan gelojoh
30. disambut oleh Allah s.w.t. pada hari kiamat dengan kata-kata pujian yang lunak
31. mendapat keberkatan Alalh
32. mendapat kesempurnaan iman
33. kasih dan cinta kepada Rasulullah s.a.w.
34. mendapat hidayah daripada Allah dan dikurniakan hati yang sentiasa hidup mengingati Allah s.w.t.
35. setiap selawat yang dibaca akan dibentagkan di hadapan Rasulullah s.a.w. secara langsung
36. teguh pendirian dengan kebenaran
37. berselawat bererti kita menunaikan sebahagian daripada hak-hak Rasulullah s.a.w. kea tas diri kita. di samping itu ia dianggap mensyukuri nikmat Allah s.w.t. yang mengurniakan dan mengutuskan Rasulullah s.a.w. kepada kita.
38. berselawat juga bererti zikrullah, bersyukur serta mengiktiraf segala nikmat yang dikurnikan oleh Allah s.w.t.
39. mendapat balasan rahmat yang luas daripada Allah s.w.t.
40. berselawat bereti melengkapkan pengertian berdoa dan memohon kepada Allah s.w.t. ke atas Rasulullah s.a.w. dan kepada diri sendiri
41. antara kelebihan yang paling hebat kepada setiap individu ialah akan terjelma gambaran Rasulullah s.a.w. dalam jiwanya
42. dikurniakan oleh Allah s.w.t. maqam seorang Syeikh dan Murabbi.

Senin, 24 Januari 2022

AKU CINTA HABAIB KECUALI.....

Dalam kasus viral seorang tokoh yang “menghina” Habib Luthfi bin Yahya, Pekalongan, dia mengklarifikasi menggunakan akun Twitter nya dengan cuitan berikut ini:

"Saudaraku.. Tentu saya menghormati para Habaib termasuk Hb. Lutfi Bin Yahya. Seluruh Habaib adalah Dzurriyah Nabi yg mulia. Saya hormat kpd mereka semua kecuali Hb yg menganut ajaran Syi’ah Rafidhah atau pembela Syi’ah Rafidhah..atau Habib2 yg Liberal dan sesat.!"

Penjelasannya seputar menghormati habib menurut nya sangat melenceng dari kebenaran. Karena bagi kita, selaku Ahlusunah Waljamaah, menghormati habib merupakan sebuah keniscayaan. Tentu, menghormati dzurriyah Rasulullah, tidak pandang bulu. Allah berfirman:

قُلْ لَّآ اَسْـَٔلُكُمْ عَلَيْهِ اَجْرًا اِلَّا الْمَوَدَّةَ فِى الْقُرْبٰىۗ 

Katakanlah (Muhammad), “Aku tidak meminta kepadamu sesuatu imbalan pun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam keluargaku”
(QS. asy-Syura : 23)

Ibnu Jubair menyebutkan bahwa lafal qurba yang dimaksud dalam ayat ialah keluarga Rasulullah. Imam ath-Thabari dalam tafsirnya (21/525) menyebutkan:

سَئَلَ عَنهَا اِبْنُ عَباسٍ، فَقَالَ اِبْنُ جُبَيْرٍ: هُمْ قُرْبَى آلِ مُحَمَّد

“Ibnu Abbas bertanya mengenai ayat tersebut, lalu Ibnu Jubair menjawab: itu adalah kerabat Nabi Muhammad”

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ قَالَ: حَدَّثَنِي أَبُو هِشَامٍ قثنا ابْنُ فُضَيْلٍ قَالَ: أنا زَكَرِيَّا، عَنْ عَطِيَّةَ الْعَوْفِيِّ، أَنَّ كَعْبًا الْحَبْرَ أَخَذَ بِيَدِ الْعَبَّاسِ فَقَالَ: «اخْتَبِئْهَا لِلشَّفَاعَةِ عِنْدَكَ» قَالَ: وَهَلْ لِي شَفَاعَةٌ؟ قَالَ: نَعَمْ «لَيْسَ أَحَدٌ مِنْ أَهْلِ بَيْتِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَّا كَانَتْ لَهُ شَفَاعَةٌ»

“Suatu waktu, Sayyidina Ka’ab mengambil tangan Sayyidina Abbas seraya berujar, ‘Sembunyikan tanganmu karena syafaat yang ada pada dirimu,’ Sayyidina Abbas bertanya, ‘Apa aku punya syafaat?’ Sayyidina Ka’ab menjawab, ‘iya, tiak seorangpun dari keluarga Rasulullah kecuali memiliki syafaat”

Jadi, dari keterangan Sayyidina Ka’ab tersebut, dapat disimpulkan bahwa seluruh keluarga nabi memiliki syafaat, tanpa ada pengecualian.

Oleh karenanya, kita wajib menghormati seluruh habib, secara keseluruhan tanpa terkecuali. Hatta kepada habib yang menganut aliran Syiah sekalipun, kita wajib memuliakan.

Cuitan tokoh ini tersebut sangat mencolok perbedaannya bila dibandingkan dengan syair indah Imam Syafi’i. Syair itu sebagaimana berikut:

إِنْ كَانَ رَافِضًا حُبُّ آلِ مُحَمَّد فَلْيَشْهَدِ الثَّقَلَانِ إنِّيْ رَافِضِي

“Sekiranya hanya disebabkan mencintai ahli bait Muhammad dikategorikan Rafidhi. Maka saksikanlah dengan kecintaanku pada ahlu bait, maka aku adalah Syiah Rafidhi.”

Imam asy-Syafi’i dalam syairnya, juga menggambarkan bahwa mencintai ahlul bait merupakan kewajiban sesuai tuntunan Allah dalam al-Quran. Berikut lirik syairnya:

يَا آلَ بَيْتِ رَسُوْلِ اللهِ حُبّكمُ * * * فَرْضٌ مِنَ اللهِ فِي القُرْآنِ أَنْزَلَهُ
يَكْفِيْكُمْ مِنْ عَظِيْمِ الذِكْرِ أَنّكمُ * * * مَنْ لَمْ يُصَلِّ عَلَيْكُمْ لَا صَلَاةَ لَه

Wahai keluarga Rasulullah, mencintai kalian semua merupakan sebuah kewajiban dari Allah dalam al-Quran. Cukuplah bagi kalian keagungan, bahwasannya: barang siapa yang tidak bersalawat kepada engkau, maka tidak ada salat baginya”

Setiap orang salat, pasti bersalawat kepada ahlul bait Rasulullah. Itu tanpa ada pengecualian. Kita dengan mantap mengucapkan, allahumma shalli ‘ala Sayyidina Muhammad wa ‘ala Ali Sayyidina Muhammad, tanpa ada imbuhan kecuali ahlul bait menganut ajaran Syiah Rafidhah atau pembela Syiah Rafidhah atau ahlul bait yang liberal dan sesat. Semoga kita ditakdirkan menjadi pencinta keluarga Nabi Muhammad secara keseluruhan, sampai akhir hayat. Amin!

Muhammad ibnu Romli | Annajahsidogiri.id

#Sidogiri #AnnajahCenterSidogiri #Aktual #Aswaja #Wahabi

Senin, 10 Januari 2022

Bagaimana cara kamu memilih guru tharīqah (murabbī)?


Sebenarnya kamu tidak perlu memilih mursyid untukmu, namun Allah yang akan memilihnya. Lihatlah tharīqah yang mudah kamu amalkan dan ikutilah syaikhnya.

Mursyid atau Syaikh tharīqah harus memiliki dua kriteria:

1. Ia dikenal sebagai orang saleh.

2. Ia memahami tharīqah dengan baik.

Tidak disyaratkan bagi seorang mursyid tharīqah untuk mendalami fikih. Ia tidak harus menjadi ahli fikih seperti Dr. Ali Jum’ah yang sangat mendalami fikih, namun seorang mursyid tharīqah wajib mengetahui dasar-dasar fikih; tentang bersuci, shalat, zakat, haji serta halal dan haram. 

Pastinya ia harus mengerti tentang penyakit-penyakit hati.
Seorang Mursyid adalah ahli hati (Syaikh al-Qalb), karena itu ia harus memahami fikih hati. Sedangkan ahli fikih adalah ahli hukum perbuatan badan (Syaikh al-Jawārih) yang harus mendalami fikih badan dan interaksi.

Kamu memiliki dzāhir yang diatur oleh Islam, dan memilki bātin yang merupakan tempat Iman. Karena itu kamu harus memiliki syaikh yang ahli fikih, dan syaikh murabbī pendidik hatimu. Bisa saja gurumu adalah seorang syaikh yang ahli dua fikih ini, sehingga ia adalah faqīh dan murabbī bagimu. 

Bagaima jika kamu belum mendapatkan murabbī?

Jika kamu punya murabbī kamu boleh membaca 200 kali shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam (sesuai petunjuk syaikh). Namun apabila kamu belum mendapatkan murabbī maka kamu harus memperbanyak shalawat, minimal 1000 kali sehari, atau idealnya 10.000 kali per hari. Jumlah shalawat bagi orang yang mendidik jiwanya tanpa murabbī berkisar antara 1000 hingga 10.000 perhari.

Syaikh al-Syuni membaca 40.000 shalawat setiap hari. Inilah rahasia yang membuat beliau mengungguli orang-orang di zaman beliau, hingga menjadi imam mereka, padahal beliau tidak memilki seorang murabbī. 
Bayangkan, membaca 40.000 shalawat sehari berarti bershalawat setiap saat dan sepanjang hari. Karena inilah, sebenarnya memiliki murabbī meringankan bebanmu dan membuatmu tidak bersusah payah membaca shalawat dengan angka fantastis ini setiap hari. Ya, memilki syaikh murabbī adalah kenikmatan besar. 

• Syaikh Dr. Yusri Jabr al-Hasani
Ulama al-Azhar, dan Mursyidd Thariqh Shiddiqiyah Syadziliyah