Minggu, 30 September 2018

Matinya Kambing Yang Sia Sia

Kisah Habib Abdullah Bin Mukhsin Al-Atthas..

Habib Abdullah Bin Mukhsin Al-Atthas memiliki seekor kambing yang sehat dan gemuk, kambing itu beliau rawat sejak kecil. Ia memberi makan, menyayangi dan merawatnya dengan baik, hingga kambing itu menjadi besar, gemuk dan sehat. Pada suatu hari ada serombongan tamu dari Hadhramaut yang bersilaturrahmikepadanya. kemudian Habib Abdullah Bin Mukhsin Al-Atthas memerintahkan salah seorang muridnya untuk menyembelih kambing kesayangannya tersebut guna dihidangkan pada para tamunya.
Sang murid pun segera melaksanakan perintah gurunya itu, beberapa saat kemudian, si murid tadii datang dengan wajah yang sedih kepada Habib Abdullah Bin Mukhsin Al-Atthas sambil berkata “Wahai Habib Abdullah saya tadi salah ketika menyembelih kambing tersebut. nadinya tidak sampai terputus, sehingga kambing itu sekarang menjadi bangkai dan tak bisa dimakan“ kemudian menangislah Habib Abdullah sekeras-kerasnya. Para tamu dan jama’ah yang ada di tempat tersebut menjadi bingung.
Hingga kemudian ada salah seorang tamu berkata : “Wahai Habib sudahlah, jangan kau pikirkan kambingmu itu, nanti aku akan menggantikannyadengan kambing yang lebih dari kambingmu tadi.”
Habib menjawab “Demi Allah aku menangis bukanlah harta kambing itu, namun aku berpikir, kambing mulai sejak kecil aku rawat, aku sayangi, aku beri makan dan sebagainya, hingga menjadi gemuk dan besar. namun di ujung kehidupannya, ketika ia akan dimanfaatkan, justru tidak bisa dimanfaatkan. ia hanya menjadi bangkai. Lalu bagaimana dengan kita ! sejak kecil kita belajar, beribadah, apakah kita tidak khawatir, bahwa nasib kita akan seperti kambing tersebut? mati dalam keadaan su’ul khotimah? naudzu billah. Aku menangis karena aku khawatir kehidupan kita seperti kambing tersebut. “ jawab Habib Abdullah Bin Mukhsin Al-Atthas. Seketika para murid dan tamu Habib Abdullah Bin Mukhsin Al-Atthas menangis pula setelah mendengar penjelasan dan renungan dari beliau tersebut..
Semoga kita husnul khotimah.

Sabtu, 29 September 2018

Penyakit Bayi

Silahkan d save,d copas atau d share,,,klo gx bsa d share d copas aj

MENGAPA BAYI KERAP SAKIT MENDADAK ??

Bayi adalah objek yg paling rentan terkena penyakit 'ain. .
Hampir setiap orang tua merasakan bayinya terkena 'ain..
Namun banyak yang tak memahaminya..

Yaitu ketika bayinya mulai bertambah kepintarannya langsung jatuh sakit secara tiba2..
Ada juga yang mendadak gak mau nyusu.. Nangis gak berhenti2, gak mau makan. Dll..

Namun tidak banyak orang tua yang menyadari bahwa dirinya-lah penyebab dari sakit si bayi.. Yaitu berlebih2an memuji kelucuan atau kecerdasan si bayi. .
Sehingga ia tidak menyisipkan asma Allah SWT dalam kalimat2 pujiannya kepada si bayi.

Maka dari itu jika tidak ingin anak Anda terkena 'ain..
Maka awali ucapkanlah "Subhanallah atau Masya Allah" saat hendak memujinya..
Dengan begitu anak Anda akan terhindar dari dampak 'ain..

Disamping itu bisa juga penyebabnya karena  foto2 dan video lucu si bayi yang di upload di medsos oleh orang tuanya sendiri..
Maka untuk itu berhentilah menjadi orang tua yang ceroboh dan terlalu heboh. .
Hentikan kebiasaan2 pamer foto..
Cukuplah 2 atau 3 foto yg di pajang di medsos..
Dan lebih aman lagi tidak usah dipajang..

Dampak 'ain tidaklah main2. .
Dapat mengakibatkan kematian mendadak.. Mungkin anda sering mendengar ketika bayi diperiksa ke dokter malah di vonis masuk angin oleh dokter. .
Padahal si anak jelas2 tampak sangat kritis.

Begitu ngerinya, penyakit 'ain memang tidak akan terdeteksi oleh medis. .
Mirip seperti sakit yang di sebabkan sihir (guna2)..
Yaitu sama2 tidak terdeteksi oleh alat2 canggih kedokteran..

Lalu apa itu 'ain ??
'Ain adalah penyakit yg datang karena pandangan takjub dan juga perasaan iri atau dengki dihati orang lain yang melihat atau yang mendengar pujian2 kepada si korban..
Penyakit ini memang terlihat aneh bin ajaib Dan ini memang benar2 nyata..
Bahkan pernah dialami oleh salah seorang sahabat Rosulullah SAW kala itu..

Lalu bagaimana langkah yang harus dihadapi ketika anak mendadak mengalami perubahan yg buruk pada dirinya ??

1. Jangan langsung menganggap itu karena kesambet atau kelintasan makhluk halus.
Dengan memunculkan pikiran2 seperti itu akan membuat peluang jin mengganggu si anak. Tentu akan menambah masalah baru.

2. Jangan ceroboh membawa anak ke dukun, orang pintar, atau uskun (ustadz dukun) yang suka memberikan kain atau kertas bertulisan potongan huruf2 arab sebagai penangkal (jimat).

3. Jika sakitnya terjadi setelah Anda habis memuji2 anak..
Maka ambillah wudhu dan air bekas curahan wudhunya di tampung ke ember.
Setelah itu mandikan si anak dengan air tersebut sambil membacakan ayat2 Ruqyah standar sambil meniupkan ubun2nya sesekali.

4. Jika sakitnya disebabkan sehabis mengupload video atau foto si bayi. .
Maka hapuslah keseluruhan foto dan video itu.. Lalu perhatikan di kolom komentar apakah ada orang yang berkomentar kagum atau memuji2 si anak. .
Jika ada, maka mintalah agar ia memohon kepada Allah SWT menyembuhkan bayi tersebut..
Jika alamat yg berkomentar itu dekat, maka sebaiknya ajak dia datang ke rumah, lalu berwudhu. .
air bekas wudhunya mandikan kepada si bayi..
------------------------

Catatan.

Ayat2 Ruqyah standard yaitu :
1. Ayat kursi 1x.
2. Al ikhlas 3x.
3. Al falaq 3x.
4. An nas 3x.

copast semoga Bermanfaat

Jumat, 28 September 2018

Akar Terorisme

KITAB AD-DURAR AS-SANIYYAH KITAB MUHAMMAD BIN ABDUL WAHAB, RUJUKAN PARA TERORIS

Beliau (Sofyan Tsauri) sampai berani bersumpah atas nama ALLAH bahkan berani Bermubahalah jika ada yang menuduh dia berdusta atas apa yang dijelaskanya.

Saya nukilkan sebagian dari isi kitab Ad-Durar As-Saniyyah karya Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahhab.

Muhammad Bin Abdul Wahhab mengkafirkan Syaikh Sulaiman ibnu Suhaim dan Ayahnya [tokoh madzhab Hanbali] melalui surat yang didokumentasikan dalam kitabnya :
.
‎نذكر لك انك انت واباك مصرحون بالكفر والشرك والنفاق
.
Kuingatkan kepadamu, sesungguhnya kamu dan Ayahmu telah dengan jelas melakukan kekafiran, kemusyrikan dan kemunafikan.
[Ad-Duror As-Saniyyah Jilid 10 halaman 31].
.
Muhammad Bin Abdul Wahhab mengkafirkan Ibnu ‘Arabi, Ibnu Sab’in dan Ibnu al-Farid dalam kitabnya :
.
‎فابن عربي,وابن سبعين, وابن الفارض,لهم عبادات وصدقات,ونوع تقشف وتزهد,وهم اكفر اهل الارض
.
Ibnu ‘Arabi, Ibnu Sab’in dan Ibnu al-Farid, mereka melakukan ibadah, sedekah, kesalehan dan kezuhudan, tapi mereka adalah orang yang paling kafir di muka bumi.
[Ad-Duror As-Saniyyah Halaman 10 jilid 33].
.
Muhammad Bin Abdul Wahhab Mengkafirkan para Sufi dalam kitabnya :
.
‎من اعظم الناس ضلالا متصوفة فى معكال وغيره... يتبعون مذهب ابن عربي وابن الفارض
.
Orang yang paling sesat adalah para sufi di Ma’kal dan tempat lainnya…Mereka mengikuti jalan Ibnu Arabi dan Ibnu al-Faridl.
[Ad-Durar As- Saniyyah jilid 10 halaman 54].
.
BETULKAH WAHABI DINISBATKAN PADA ABDUL WAHAB BIN RUSTUM?

Silahkan baca di sini:
http://pecihitam.org/2017/11/betulkah-pendiri-wahabi-adalah-abdul-wahab-bin-rustum-itu-bohong.html
.
Berawal Dari Mudah² Membid'ahkan..
Mudah² Menuduh Syirik.. Dan Tanpa sadar anda akan tergiring pada perasaan jika anda dan kelompok andalah yang paling benar dan setelah itu menganggap jika semakin sering menuduh Syirik, Bid'ah dll ke kelompok lain itu mendapat pahala, dan setelah itu memerangi mereka pun dianggap jihad dan dinilai Ibadah.
.
Otak tanpa sadar terprogram untuk menilai nilai amalan orang lain.
[Na'udzubillah]

#WahabiGondrong

Rabu, 26 September 2018

Meminum Darah Rasulullah Saw


DAHSYATNYA CINTA

Oleh : Alhabib Quraisy Baharun

Dalam perang Uhud, dua mata
rantai topi besi telah menancap di
wajah dan bagian kepala Rasulullah Saw. Melihat hal itu, Abu Bakar r.a. dan .Abu Ubaidah bin Jarrah r.a. mencabut dua mata rantai topi besi yang melukai kepala Rasulullah saw. dengan giginya. Satu mata rantai itu tercabut, akibatnya sebuah gigi Abu Ubaidah r.a. tanggal. tapi ia tidak perduli, maka ia mencabut mata rantai yang kedua dengan giginya lagi, sehingga sebuah giginya tanggal. Mata rantai itu dapat dicabut dari tempatnya, lalu mengalirlah darah Rasulullah Saw. Kemudian darah itu dihisap oleh Malik bin Sinan r.a. ayah Abu Sa’id Al-Khudri r.a. dengan bibirnya dan ditelannya.

APAKAH sahabat Nabi Malik bin
Sinan yang menjilat luka pada
kepala Nabi ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ dan meminum darah yang mengucur itu, sampai darah tidak keluar lagi adalah seorang yang bodoh dan tidak mengerti hukum ?

Tidak ! Beliau adalah sahabat
generasi terbaik yang bertemu
langsung dan mendapat didikan
dari Nabi, Jadi sangat jauh skala
keilmuan, ibadah dan ilmu adabnya dibanding generasi setelah mereka

Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu
‘anhu mengatakan:
“Barangsiapa hendak mengambil
teladan maka teladanilah orang-
orang yang telah meninggal. Mereka itu adalah para sahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka adalah orang-orang yang paling baik hatinya di kalangan umat ini. Ilmu mereka paling dalam serta paling tidak suka membeban-bebani diri.
Mereka adalah suatu kaum yang telah dipilih oleh Allah guna
menemani Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam dan untuk
menyampaikan ajaran agama-Nya. Oleh karena itu tirulah akhlak mereka dan tempuhlah jalan-jalan mereka, karena sesungguhnya mereka berada di atas jalan yang lurus. ”(fadhailus shahabaah).

Lantas, Apakah pelanggaran etika
dan estetika Malik bin Sinan yang disuruh Nabi untuk meludahkan
(membuang) darah yang ada didalam mulutnya, sungguh secara syari'at, sempat para sahabat ketakutan dan menilai itu adalah pelanggaran dan dosa terbesar, karena Ibnu Sinan tidak patuh akan perintah Nabi.

Lantas apa jawaban Nabi kita
Melihat apa yang dilakukan Malik
bin Sinan, beliau bersabda,
"Seseorang yang darahnya menyatu dengan darahku, maka api neraka tidak akan menyentuhnya."

Dalam riwayat lain Nabi ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ bersabda:
"Muntahkan darah itu!"
Malik ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ menjawab: "Aku tidak akan memuntahkannya
selama-lamanya." Bahkan, dia
menelannya.

Nabi ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢbersabda:
"Barang siapa ingin melihat seorang dari ahli syurga, maka lihatlah kepada orang ini."

Sungguh suatu keberuntungan
besar bagi engkau wahai sahabat
kekasih Allah.. Malik bin Sinan....

********

APAKAH Abdullah ibn Zubair
seorang yang celaka dan neraka
tempatnya karena melanggar
kesetiaannya pada Nabi, dikala
Setelah selesai dibekam, Baginda
SAW bersabda: "Wahai Abdullah (ibn Zubair)! Pergilah kamu dengan membawa darah ini dan buanglah ia di tempat yang tidak seorang pun dapat melihat kamu."

Setelah meninggalkan Rasulullah
SAW, dia mengambil darah itu, lalu
meminumnya. saat kembali
Rasulullah SAW bertanya: "Apakah yang telah kamu lakukan dengan darah itu?"
Dia menjawab: "Aku telah
menempatkannya di tempat yang
sangat tersembunyi, yang aku tahu
ia sangat tersembunyi daripada
orang ramai."

Baginda SAW bersabda: "Boleh jadi engkau telah meminumnya?" Dia menjawab: "Ya".

Nabi SAW bersabda: "Kenapa kamu minum darah itu? Celakalah manusia daripada kamu dan terselamatlah kamu daripada manusia." (riwayat Al-Hakim).

Setelah kejadian itu sahabat Ibnu
Zubair, memiliki banyak kelebihan,
dan Ulama Ahli hadits "Mereka (para sahabat) berpendapat bahawa kekuatan yang terdapat pada Abdullah ibn Zubair itu disebabkan keberkatan darah tersebut."

Inilah bahasa cinta Saudara-
saudariku, Sedikit pun kita tidak bakal pernah memahami seutuhnya tentang cinta yang hebat ini. Nyawa akan jadi murah ketika berhadapan dengan cinta, Nyawa tidak ada harganya ketika cinta membara, Tidak ada sejarah cinta, seseorang takut akan kematian. Semua pandangan hukum agama (bahkan syar'iat) sekalipun akan terbentur dengan kata cinta.

Mereka para sahabat nabi adalah
generasi terbaik dan terhebat dalam cinta bahkan terkesan ekstrim, apakah mereka tidak tahu hadits larangan berlebihan dalam
mencintai?

Tidak..!! mereka para sahabat
sangat tahu soal hukum, tidak
pernah ada sejarah mereka (sahabat nabi Muhammad) yang menjadikan Nabi Muhammad sebagai Tuhan untuk disembah.! Lagi-lagi inilah bahasa cinta dan keagungan.

Hanya rahmat dan cinta Allah-lah
yang membuat hati mereka penuh
dengan cinta kepada Rasulullah.

Di akhir ini, simaklah firman suci
dan menjadikan renungan kita
semua: Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh Allah telah ridha kepada orang-orang yang beriman (para sahabat Nabi) ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon (Bai’atu Ridwan).Allah mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka. Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada
mereka dan membalas mereka dengan kemenangan yang dekat.” (QS. Al Fath : 18).

Ingatlah..kelak kita akan
dikumpulkan bersama seseorang
yang kita cintai saat didunia..!
Tidak akan pernah ada orang-orang mencapai hubungan baik kepada al-khaliq (Allah Ta'ala) tanpa menanamkan cinta mereka kepada kekasih Allah ini, shalawatullah wa salamuhu 'alaihi wa alihi washahbih.

abdkadiralhamid@2016

Sumber : ahlulbaitrasulullah blogspot com

اللهم صل علی سيدنا محمد الفاتح لما اغلق والخاتم لما سبق ناصر الحق باالحق والهادي الی صراطك المستقيم وعلی اله حق قدره ومقداره العظيم

Selasa, 25 September 2018

Alamat Manusia

قال الحبيب الإمام عبد الله بن علوي الحداد رضي الله عنه:

Al-Habib Al-Imam 'Abdullah bin 'Alawi Al-Haddad radhiyallahu 'anhu berkata:

من تيسرت له مطالبه الأخراوية وتعسرت له مطالبه الدنياوية فهو من ورثة النبيين

Barangsiapa mendapat kemudahan dalam urusan akhirat, tapi kesulitan dalam urusan dunia maka dia termasuk pewaris (kesabaran) para Nabi.

ومن تيسرت له مطالبه الدنياوية والأخراوية فهو من أصحاب اليمين

Barangsiapa diberikan kemudahan dalam urusan dunia dan akhirat, maka dia termasuk ashabul yamin (orang baik yang beruntung)

ومن تيسرت له مطالبه الدنياوية وتعسرت عليه مطالبه الأخراوية فهو من المستدرجين

Barangsiapa mendapat kemudahan dalam urusan dunia, namun kesulitan dalam urusan akhirat, maka dia termasuk teristidraj (kesusksesan yang pada hakikatnya kegagalan)

ومن تعسرت عليه مطالبه الدنياوية والأخراوية فهو من الممقوتين

Barangsiapa kesulitan dalam urusan dunia dan akhirat, maka dia termasuk orang yang tertimpa kemurkaan.

Ratib AlHaddad

‎نصيحة حبيب حامد بن محمد الحميد  قيادة مجلس العلوم الدعاء والذكر صراط مستقيم ماكاسار:

۞ SEJARAH RATIB AL- HADDAD DAN KEUTAMAANNYA ۞

Ratib Al-Haddad ini diambil dari nama penyusunnya, Yakni Imam Abdullah bin Alawi Al-Haddad, seorang pembaharu Islam (mujaddid) yang terkenal.

Dari doa-doa dan zikir-zikir karangan dan susunan beliau, Ratib Al-Haddad lah yang paling terkenal dan masyhur.

Ratib yang bergelar Al-Ratib Al-Syahir (Ratib Yang Termasyhur) disusun berdasarkan inspirasi, pada malam Lailatul Qadar 27 Ramadhan 1071 Hijriyah (bersamaan 26 Mei 1661).

Ratib ini disusun atas permintaan salah seorang murid beliau, ‘Amir dari keluarga Bani Sa’d yang tinggal di sebuah kampung di Shibam, Hadhramaut.

Tujuan ‘Amir membuat permintaan tersebut untuk mengadakan suatu wirid dan zikir untuk amalan penduduk kampungnya agar mereka dapat mempertahankan dan menyelamatkan diri dari ajaran sesat yang sedang melanda Hadhramaut ketika itu.

Pertama kalinya Ratib ini dibaca di kampung ‘Amir sendiri, yakni di kota Shibam setelah mendapat izin dan ijazah daripada Al-Imam Abdullah Al-Haddad sendiri.

Selepas itu Ratib dibaca di Masjid Al-Imam Al-Haddad di Al-Hawi, Tarim dalam tahun 1072 Hijriah bersamaan tahun 1661 Masehi.

Pada kebiasaannya ratib ini dibaca berjamaah bersama do'a dan nafalnya, setelah sholat Isya’.

Pada bulan Ramadhan dibaca sebelum sholat Isya’. Mengikut Imam Al-Haddad di kawasan-kawasan di mana Ratib al-Haddad ini diamalkan, dengan izin Allah kawasan-kawasan tersebut selamat dipertahankan dari pengaruh sesat tersebut.

Ketahuilah bahawa setiap ayat, do'a, dan nama Allah yang disebutkan di dalam Ratib ini dipetik dari Al-Quran dan Hadits Rasulullah S.A.W.

Ini berdasarkan saran Imam Al-Haddad sendiri. Beliau menyusun zikir-zikir yang pendek yang dibaca berulang kali, dan dengan itu memudahkan pembacanya.

Keutamaan Ratib Haddad. (1)
Cerita-cerita yang dikumpulkan mengenai kelebihan Ratib Al-Haddad banyak tercatat dalam buku Syarah Ratib Al-Haddad, diantaranya: Telah berkata Habib Abu Bakar bin Abdullah Al-Jufri yang bertempat tinggal di Seiwun (Hadhramaut): “Pada suatu masa kami serombongan sedang menuju ke Makkah untuk menunaikan Haji, bahtera kami kandas tidak dapat meneruskan perjalanannya kerana tidak ada angin yang menolaknya.

Maka kami berlabuh di sebuah pantai, lalu kami isikan gerbah-gerbah (tempat isi air terbuat dari kulit) kami dengan air, dan kami pun berangkat berjalan kaki siang dan malam, kerana kami bimbang akan ketinggalan Haji.

Di suatu perhentian, kami coba meminum air dalam gerbah itu dan kami dapati airnya payau dan asin, lalu kami buang air itu.

Kami duduk tidak tahu apa yang mesti hendak diperbuat.

Maka saya anjurkan rombongan kami itu untuk membaca Ratib Haddad ini, mudah-mudahan Allah akan memberikan kelapangan dari perkara yang kami hadapi itu.

Belum sempat kami habis membacanya, tiba-tiba kami lihat dari kejauhan sekumpulan orang yang sedang menunggang unta menuju ke tempat kami, kami bergembira sekali.

Tetapi ketika mereka mendekati kami, kami dapati mereka itu perompak-perompak yang kerap merampas harta-benda orang yang lalu-lalang di situ.

Namun rupanya Allah Ta’ala telah melembutkan hati mereka, lalu mereka memberi kami minum dan mengajak kami menunggang unta mereka untuk diantar ke tempat sekumpulan kaum Syarif* tanpa diganggu kami sama sekali, dan dari situ kami pun berangkat lagi menuju ke Haji, syukurlah atas bantuan Allah SWT karena berkat membaca Ratib ini.

Cerita ini pula diberitakan oleh seorang yang mencintai keturunan Sayyid, katanya: “Sekali peristiwa saya berangkat dari negeri Ahsa’i menuju ke Hufuf.

Di perjalanan itu saya melihat kaum Badui yang biasanya merampas hak orang yang melintasi perjalanan itu.

Saya pun berhenti dan duduk, di mana tempat itu pula saya gariskan tanahnya mengelilingiku dan saya duduk di tengah-tengahnya membaca Ratib ini.

Dengan kuasa Allah mereka telah lewat di hadapanku seperti orang yang tidak melihatku, sedangkan aku memandang mereka.”

Begitu juga pernah terjadi semacam itu kepada seorang a'lim yang mulia, namanya Hasan bin Harun ketika dia keluar bersama teman-temannya dari negerinya di sudut Oman menuju ke Hadhramaut.

Di perjalanan mereka dibajak oleh gerombolan perompak, maka dia menyuruh orang-orang yang bersamanya untuk membaca Ratib ini.

Alhamdulillah, gerombolan perompak itu tidak mengganggu siapapun, malah mereka berlalu dengan tidak mengganggu.

Apa yang diberitakan oleh seorang Arif Billah Abdul Wahid bin Subait Az-Zarafi, katanya: Ada seorang penguasa yang ganas yang dikenal dengan nama Tahmas yang juga dikenal dengan nama Nadir Syah.

Tahmas ini adalah seorang penguasa ajam yang telah menguasai banyak dari negeri-negeri di sekitarannya. Dia telah menyediakan tentaranya untuk memerangi negeri Aughan.

Sultan Aughan yang bernama Sulaiman.

Kemudian Sultan Aughan mengutus orang kepada Imam Habib Abdullah Haddad untuk memberitahunya, bahwa Tahmas sedang menyiapkan tentara untuk menyerangnya.

Maka Habib Abdullah Haddad mengirim Ratib ini dan menyuruh Sultan Sulaiman dan rakyatnya membacanya.

Sultan Sulaiman pun mengamalkan bacaan Ratib ini dan memerintahkan tenteranya dan sekalian rakyatnya untuk membaca Ratib ini dengan bertitah: “Kita tidak akan dapat dikuasai Tahmas kerana kita ada benteng yang kuat, yaitu Ratib Haddad ini.” Benarlah apa yang dikatakan Sultan Sulaiman itu, bahwa negerinya terlepas dari penyerangan Tahmas dan terselamat dari angkara penguasa yang ganas itu dengan sebab berkat Ratib Haddad ini.

Penulis Syarah Ratib Al-Haddad yang bernama Abdullah bin Ahmad juga pernah mengalami peristiwa yang sama, yaitu ketika dia berangkat dari negeri Syiher menuju ke bandar Syugrah dengan kapal, tiba-tiba angin berhenti tidak bertiup lagi, lalu kapal itu pun terkandas tidak bergerak lagi. Agak lama kami menunggu namun tidak berhasil juga. Maka saya mengajak rekan-rekan membaca Ratib ini , maka tidak berapa lama datang angin membawa kapal kami ke tujuannya dengan selamat dengan berkah membaca Ratib ini.

Suatu pengalaman lagi dari Sayyid Awadh Barakat Asy-Syathiri Ba’alawi ketika dia belayar dengan kapal, lalu kapal itu telah tersesat jalan sehingga membawanya terkandas di pinggir sebuah batu karang.

Ketika itu angin juga berhenti tidak dapat menggerakkan kapal itu keluar dari bahayanya. Kami sekalian merasa bimbang, lalu kami membaca Ratib ini dengan niat Allah akan menyelamatkan kami.

Maka dengan kuasa Allah SWT datanglah angin dan menarik kami keluar dari tempat itu menuju ke tempat tujuan kami. Maka karena itu saya amalkan membaca Ratib ini.

Pada suatu malam saya tertidur sebelum membacanya, lalu saya bermimpi Habib Abdullah Haddad datang mengingatkanku supaya membaca Ratib ini, dan saya pun tersadar dari tidur dan terus membaca Ratib Haddad itu.

Di antaranya lagi apa yang diceritakan oleh Syeikh Allamah Sufi murid Ahmad Asy-Syajjar, yaitu Muhammad bin Rumi Al-Hijazi, dia berkata: “Saya bermimpi seolah-olah saya berada di hadapan Habib Abdullah Haddad, penyusun Ratib ini.

Tiba-tiba datang seorang lelaki memohon sesuatu daripada Habib Abdullah Haddad, maka dia telah memberiku semacam rantai dan sayapun memberikannya kepada orang itu.

Pada hari besoknya, datang kepadaku seorang lelaki dan meminta daripadaku ijazah (kebenaran guru) untuk membaca Ratib Haddad ini, sebagaimana yang diijazahkan kepadaku oleh guruku Ahmad Asy-Syajjar.

Aku pun memberitahu orang itu tentang mimpiku semalam, yakni ketika saya berada di majlis Habib Abdullah Haddad, lalu ada seorang yang datang kepadanya. Kalau begitu, kataku, engkaulah orang itu.”

Dari kebiasaan Syeikh Al-Hijazi ini, dia selalu membaca Ratib Haddad ketika saat ketakutan baik di siang hari maupun malamnya, dan memang jika dapat dibaca pada kedua waktu, maka waktu itulah yang paling utama, sebagaimana yang dipesan oleh penyusun Ratib ini sendiri.

Ada seorang dari kota Quds (Syam) sesudah dihayatinya sendiri tentang banyak kelebihan membaca Ratib ini, dia lalu membuat suatu ruang di sudut rumahnya yang dinamakan Tempat Baca Ratib, di mana dikumpulkan orang untuk mengamalkan bacaan Ratib ini di situ pada waktu siang dan malam.

Di antaranya lagi, apa yang diberitakan oleh Sayyid Ali bin Hassan, penduduk Mirbath, katanya: “Sekali peristiwa aku tertidur sebelum aku membaca Ratib, aku lalu bermimpi datang kepadaku seorang Malaikat mengatakan kepadaku: “Setiap malam kami para Malaikat berkhidmat buatmu begini dan begitu dari bermacam-macam kebaikan, tetapi pada malam ini kami tidak membuat apa pun karena engkau tidak membaca Ratib.

Aku terus terjaga dari tidur lalu membaca Ratib Haddad itu dengan serta-merta.

Setengah kaum Sayyid bercerita tentang pengalamannya: “Jika aku tertidur ketika aku membaca Ratib sebelum aku menghabiskan bacaannya, aku bermimpi melihat berbagai hal yang mengherankan, tetapi jika sudah menghabiskan bacaannya, tidak bermimpi apa pun.”

Di antara yang diberitakan lagi, bahawa seorang pecinta kaum Sayyid, Muhammad bin Ibrahim bin Muhammad Mughairiban yang tinggal di negeri Shai’ar, dia bercerita: “Dari adat kebiasaan Sidi Habib Zainul Abidin bin Ali bin Sidi Abdullah Haddad yang selalu aku berkhidmat kepadanya tidak pernah sekalipun meninggalkan bacaan Ratib ini.

Tiba-tiba suatu malam kami tertidur pada awal waktu Isya', kami tidak membaca Ratib dan tidak bersembahyang Isya', semua orang termasuk Sidi Habib Zainul Abidin.

Kami tidak sadarkan diri melainkan di waktu pagi, di mana kami dapati sebagian rumah kami terbakar.

Kini tahulah kami bahwa semua itu berlaku karena tidak membaca Ratib ini.

Sebab itu kemudian kami tidak pernah meninggalkan bacaannya lagi, dan apabila sudah membacanya kami merasa tenteram, tiada sesuatupun yang akan membahayakan kami, dan kami tidak bimbang lagi terhadap rumah kami, meskipun ia terbuat dari dedaunan korma, dan bila kami tidak membacanya, hati kami tidak tenteram dan selalu kebimbangan.”

Berkata Habib Alwi bin Ahmad, penulis Syarah Ratib Al-Haddad: “Siapa yang melarang orang membaca Ratib ini dan juga wirid-wirid para shalihin, niscaya dia akan ditimpa bencana yang berat daripada Allah Ta’ala, dan hal ini pernah berlaku dan bukan omong kosong.”

Berkata Sidi Habib Muhammad bin Zain bin Semait Ba’alawi di dalam kitabnya Ghayatul Qasd Wal Murad: Telah berkata Sayyidina Habib Abdullah Haddad: “Siapa yang menentang atau membangkang orang yang membaca Ratib kami ini dengan secara terang-terangan atau disembunyikan pembangkangannya itu,maka akan mendapat bencana seperti yang ditimpa ke atas orang-orang yang membelakangi zikir dan wirid atau yang lalai hati mereka dari berzikir kepada Allah Ta’ala.

Allah Ta’ala berfirman: “Dan barangsiapa yang berpaling dari mengingatiKu, maka baginya akan ditakdirkan hidup yang sempit.” ( Thaha: 124 )

Allah berfirman lagi: “Dan barangsiapa yang berpaling dari mengingati Tuhan Pemurah, Kami beri bala baginya syaitan yang diambilnya menjadi teman.”
( Az-Zukhruf: 36 )

Allah berfirman lagi: “Dan barangsiapa yang berpaling dari mengingat Tuhannya, Kami akan menurukannya kepada siksa yang menyesakkan nafas.” ( Al-Jin: 17)

Kegunaan Ratib al Haddad

Ratib ini selain wirid rutin turun temurun dari shahiburratib sampai ke beliau sebagai generasi ke-7 juga merupakan ijazah yang langsung diberikan oleh sang kakek shahiburratib al Habib Abdullah bin Alawi bin Muhammad al Haddad melalui mimpi.

Ratib ini juga bisa diamalkan untuk meminta kepada Allah agar dikabulkan segala hajatnya.

Selain itu Ratib al Haddad ini juga bisa dipakai untuk mengusir jin dengan segala gangguan-gangguannya. Sebenarnya banyak sekali khasiat dan kegunaan Ratib al Haddad ini.

Bacaan Ratib al-Haddad:

اَلْفَاتِحَةُ إِلَى رُوْحِ سَيِّدِ رَسُوْلِ اللهِ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ وَجَمِيْعِ آبَآئِهِ وَإِخْوَانِهِ مِنَ الأَنْبِيَآءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَآلِهِ وَ أَصْحَابِهِ وَ أَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّاتِهِ وَأَهْلِ بَيْتِهِ أَجْمَعِيْنَ ثُمَّ إِلَى رُوْحِ صَاحِبِ الرَّاتِبِ الْحَبِيْبِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَلَوِيْ بْنِ مُحَمَّدٍ الْحَدَّادِ بَاعَلْوِيْ وَأُصُوْلِهِ وَفُرُوْعِهِ أَنَّ اللهَ يُعْلِي دَرَجَاتِهِمْ فِي الْجَنَّةِ وَيُعِيْدُ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِهِمْ وَأَنْوَارِهِمْ وَأَسْرَارِهِمْ وَعُلُوْمِهِمْ وَنَفَحَاتِهِمْ فِي الدِّيْنِ وَالدُّنْيَا وَالآخِرَةِ, وَإِلَى حَضْرةِ النَّبِيِّ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  الْفَاتِحَة
ثُمَّ إِلَى حَضَرَاتِ جَمِيْعِ أَوْلِيَاءِ اللهِ تَعَالَى خُصُوْصًا إِلَى أَوْلِيَاءِ التِّسْعَة وَخُصُوْصًا خَاصَّةً إِلَى رُوْحِ الشَّيْخِ جَمَال الدِّيْنِ جُمَادِ الْكُبْرَى وَ الشَّيْخِ مَوْلَانَا إِسْحَاق وَ الشَّيْخِ رَادِيْنْ مَوْلَانَا عَيْن الْيَقِيْنِ كانجغ سُوْنَان غِيْرِيْ وَ الشَّيْخِ إِبْرَاهِيْم أَسْمَارَاقَنْدِي وَ الشَّيْخِ رَادِيْنْ رَحْمَة كانجغ سُوْنَانْ أَمْفِيْل وَ الشَّيْخِ رَادِيْنْ مَخْدُوْم إِبْرَاهِيْم كانجغ سُوْنَانْ بُوْنَاغ وَ الشَّيْخِ عَبْدُ الله أَشْعَرِيْ سُوْنَانْ بجَاغُوغ وَ جَمِيْعِ أَوْلِيَاءِ اللهِ تَعَالَى أَيْنَمَا كَانُوا فِيْ مَشَارِقِ الْأَرْضِ إِلَى مَغَارِبِهَا قَدَّسَ اللهُ سِرَّهُمْ وَ نَوَّرَ ضَرِيْحَهُمْ وَيُعْلِي دَرَجَاتِهِمْ وَأَعَادَ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِهِمْ وَأَمْطِرْ عَلَيْنَا غَيْثَ كَرَمَاتِهِمْ شَيْئٌ لِلهِ لَهُمُ الْفَاتِحَةُ
ثُمَّ إِلَى حَضْرَةِ مُؤَسِسِ مَعْهَدِ تبوئرنج حَضْرَةِ الشَّيْخِ مُحَمَّدْ هَاشِمْ أَشْعَرِيْ وَأَزْوَاجِهِ وَأَوْلَادِهِ وَذُرِّيَّاتِهِ وَجَمِيْعِ مَشَايِخِنَا وَمَشَايِخِ مَشَايِخِنَا وَمَنْ أَجَازَنَا بِقِرَاءَةِ رَاتِبِ الْحَدَّادِ غَفَرَ اللهُ لَهُمْ ذُنُوْبَهُمْ وَيُعْلِي دَرَجَاتِهِمْ وَأَعَادَ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِهِمْ وَأَمْطِرْ عَلَيْنَا غَيْثَ كَرَمَاتِهِمْ شَيْئٌ لِلهِ لَهُمُ الْفَاتِحَةُ
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. اَلرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ. ماَلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ إِيِّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ. اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ. صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّآلِّيْنَ. آمِيْنِ
اَللهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّموَاتِ وَمَا فِي الأَرْضِ مَنْ ذَا الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلاَ يُحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَآءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ ، وَلاَ يَؤُدُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ العَلِيُّ العَظِيْم
آمَنَ الرَّسُوْلُ بِمَآ أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّه وَالْمُؤْمِنُوْنَ ، كُلٌّ آمَنَ بِاللهِ وَمَلآئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ ، لاَ نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ ، وَقَالُوا سَمِعْناَ وَأَطَعْناَ غُفْراَنَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيْرُ * لاَ يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا إِلاَّ وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ، رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَآ إِنْ نَسِيْنَآ أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا ، رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ ، وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنآ أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْناَ عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ3xلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِي وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ3Xسُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اْللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ
3xسُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحاَنَ اللهِ الْعَظِيْمِ 3xرَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ3xاَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ3xأَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّآمَّاتِ مِنْ شَرِّمَا خَلَقَ3xبِسْـمِ اللهِ الَّذِي لاَ يَضُـرُّ مَعَ اسْـمِهِ شَيْءٌ فِي الأَرْضِ وَلاَ فِي الْسَّمَـآءِ وَهُوَ الْسَّمِيْـعُ الْعَلِيْـمُ3xرَضِيْنَـا بِاللهِ رَبًّا وَبِالإِسْـلاَمِ دِيْنـًا وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيّـًا
3xبِسْمِ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَالْخَيْرُ وَالشَّـرُّ بِمَشِيْئَـةِ اللهِ3xآمَنَّا بِاللهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ تُبْناَ إِلَى اللهِ باَطِناً وَظَاهِرًا3xيَا رَبَّنَا وَاعْفُ عَنَّا وَامْحُ الَّذِيْ كَانَ مِنَّا7xياَ ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْراَمِ أَمِتْناَ عَلَى دِيْنِ الإِسْلاَمِ3xياَ قَوِيُّ ياَ مَتِيْـنُ إِكْفِ شَرَّ الظَّالِمِيْـنَ3xأَصْلَحَ اللهُ أُمُوْرَ الْمُسْلِمِيْنَ صَرَفَ اللهُ شَرَّ الْمُؤْذِيْنَ3xيـَا عَلِيُّ يـَا كَبِيْرُ ، يا عَلِيْمُ يـَا قَدِيْرُ، يـَاسَمِيعُ يـَا بَصِيْرُ ، يـالَطِيْفُ يَاخَبِيْرُ3xياَ فَارِجَ الهَمِّ يَا كَاشِفَ الغَّمِّ ، يَا مَنْ لِعَبْدِهِ يَغْفِرُ وَيَرْحَمُ
4xأ َسْتَغْفِرُ اللهَ رَبَّ الْبَرَايَا، أَسْتَغْفِرُ اللهَ مِنَ الْخَطَاياَ
حَقّ الْمَعْبُوْدِ
50xلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ. لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمِ
وَشَرَّفَ وَكَرَّمَ وَمَجَّدَ وَعَظَّمَ ، وَرَضِيَ اللهُ تَعاَلَى عَنْ آهْلِ بَيْتِهِ الطَّيِّبِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ ، وَأَصْحَابِهِ اْلأَكْرَمِيْنَ الْمُهْتَدِيْنَ ، وَأَزْوَاجِهِ الطَّاهِرَاتِ أُمَّهَاتِ الْمُؤْمِنِيْنَ ، وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَعَلَيْناَ مَعَهُمْ وَفِيْهِمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ3x بِسْم اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ قُلْ هُوَ اللهُ أَحَـدٌ. اَللهُ الصَّمَـدُ. لَمْ يَلِـدْ وَلَمْ يٌوْلَـدْ. وَلَمْ يَكُـنْ لَهُ كُفُـوًا أَحَـدٌ بِسْم اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ، مِنْ شَرِّ ماَ خَلَقَ، وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ، وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ، وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَد
بِسْم اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِ، مَلِكِ النَّاسِ، إِلَهِ النَّاسِ، مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ، اَلَّذِيْ يُوَسْوِسُ فِي صُدُوْرِ النَّاسِ، مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ
إِلَي حَضْرَةِ نَبِيِّنَا وَحبِيْبِنَا وَمَوْلاَ نَا مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَآلِهِ الطَّيِّبِيْنَ وَأَصْحَابِهِ الأَكْرَمِيْنَ وَأَزْوَاجِهِ الطَّاهِرَاتِ أُمَّهَاتِ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ * الفاتحة ثُمَّ إِلَى رُوحِ سَيِّدِنَا الْفَقِيْهِ الْمُقَدَّمِ الشَّيْخِ مُحَمَّد بِن عَلِيّ باَعَلَوِي وَأُصُولِهِ وَفُرُوعِهِ وَجَمِيْعِ سَادَاتِنَا آلِ أَبِي عَلَوِي بِأَنَّ اللهَ يُعْلِي دَرَجَاتِهِمْ فِي الْجَنَّةِ وَيُنَوِّرُ ضَرَائِحَهُمْ وَيُعِيْدُ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِهِمْ وَأَسْرَارِهِمْ وَأَنْوَارِهِمْ وَعُلُوْمِهِمْ وَنَفَحَاتِهِمْ فِي الدِّيْنِ وَالدُّنْياَ وَالآخِرَةِ * الفاتحة * إِلَى حَضَرَاتِ أَرْوَاحِ كَآفَّةِ ساَدَاتِنَا الصُّوْفِيَّةِ أَيْنَمَا كَانُوا فِي مَشَارِقِ الأَرْضِ إِلَى مَغَارِبِهَا وَإِلَى صَحَائِفِ أَصْحَابِ الْوَقْتِ مِنْ رِجَالِ الْغَيْبِ مِنَ النُّقَبَاءِ وَالنُجَبَاءِ وَالأَبْدَالِ والأَخْيَارِ وَالْعُرَفَاءِ وَالأَنْوَارِ والْمُخْتَارِينَ وَاْلإِمَامَيْنِ وَالْغَوْثِ الْفَرْدِالْقُطْبِ لاَسِيَّمًا إِلَى أَصْحَابِ النَّوْبَةِ فِي هَذَهِ اللَّيْلَةِ رِضْوَانُ اللهِ تَعَالَى عَلَيْهِمْ أَجْمَعِيْنَ ، بِأَنَّ الله يَحْمِيْنَا بِحِمَايَتِهِمْ وَيَمُدُّنَا بِمَدَدِهِمْ وَيُعِيْدُ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِهِمْ وَأَسْرَارِهِمْ وَأَنْوَارِهِمْ وَعُلُوْمِهِمْ وَنَفَحَاتِهِمْ وَيُفِيْضُ عَلَيْنَا مِنْ فُيُوضَاتِهِم فِي الدِّيْنِ وَالدُّنْيَا وَالآخِرَةِ *الفاتحة اِلَى حَضْرَةِ رُوْحِ سَيِّدِنَا الشَّيْخِ الْكَبِيْرِ وَالْقُطْبِ الشَّهِيْرِ الْحَبِيْبِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَلَوِي بْنِ مُحَمَّدِ الْحَدَّاد بَاعَلَوِيْ صَاحِبِ الْرَّ اتِبِ وَأُصُوْلِهِ وَفُرُوْعِهِ ، بِأَنَّ اللهَ يُعْلِيْ دَرَجَاتِهِمْ فِي الْجَنَّةِ وَيُنَوِّرُ ضَرَائِحَهُمْ وَيُعِيْدُ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِهِمْ وَأَسْرَارِهِمْ وَأَنْوَارِهِمْ وَعُلُوْمِهِمْ وَنَفَحَاتِهِمْ فِي الدِّيْنِ وَالدُّنْيَا وَالآخِرَةِ * الفاتحة *
إِنَّ اللهَ يُغِيْثُ الْمُسْلِمِيْنَ وَيَرْحَمُ الْمُسلِمِيْنَ وَيُفَرِّجُ عَنِ الْمُسْلِمِيْنَ وَيَشْفِي أَمرَاضَ الْمُسلِمِيْنَ بِالْعَافِيَةِ ، وَيُغْزِرُ أَمْطَارَهُمْ وَيُرْخِصُ أَسْعَارَهُمْ وَيُصْلِحُ سَلاَطِيْنَهُمْ وَيَكْفِيْهِمْ شَرَّالْفِتَنِ وَالْبَلِيَّاتِ وَالْمِحَنِ مَاظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ ، وَالْحُجَّاجَ وَالْمُسَافِرِيْنَ وَالْغُزَاةَ وَالْمُجَاهِدِيْنَ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ فِي الْبَرِّ وَالْبَحرِ أَجْمَعِيْنَ ، بِأَ نَّ اللهَ يُصْحِبُهُمُ السَّلاَمَةَ وَيَرُدُّهُمْ إِلَى أ وْطَانِهِمْ سَالِمِيْنَ غَانِمِيْنَ آمِنِيْنَ فِي خَيْرٍ وَلُطْفٍ وَعَافِيَةٍ ، وَإِلَى أَرْوَاحِ وَالِدِيْنَا وَوَالِدِيْكُمْ وَأَمْوَاتِنَا وَأَمْوَاتِكُمْ وَأَمْوَاتِ الْمُسْلِمِيْنَ ، بِأَ نَّ اللهَ يَتَغَشَّيهُمْ بِالرَّحْمَةِ وَالْمَغْفِرَةِ وَيُسْكِنُهُمُ الْجَنَّةَ وَيَخْتِمُ لَنَا وَلَكُمْ بِالْحُسْنَى فِي خَيْرٍوَلُطْفٍ وَعَافِيَةٍ ، وَإِلَى حَضْرَةِ الْحَبِيْبِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ * الْفاتحة *
اَلْحَمْدُ اللهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ حَمْدًا يُوَافِي نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ، يَارَبَّنَالَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِي لِجَلاَلِ وَجْهِكَ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ ، اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ بِحَقِّ الْفاَتِحَةِ الْمُعَظَّمَةِ وَالسَّبْعِ الْمَثَانِيْ وَالْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ ، أَنْ تَفْتَحَ لَنَا بِكُلِّ خَيْرٍ، وَأَنْ تَتَفَضَّلَ عَلَيْنَا بِكُلِّ خَيْرٍ، وَأَنْ تَجْعَلَنَا مِنْ أَهْلِ الْخَيْرِ، وَأَنْ تُعَامِلَنَا يَا مَوْلاَنَا مُعَامَلَتَكَ ِلأَهْلِ الْخَيْرِ، وَأَنْ تَحْفَظَنَا فِي دِيْنِنَا وَأَنْفُسِنَا وَأَوْلاَدِنَا وَأَهْلِيْنَا وَأَصْحَابِنَا وَأَحْبَابِنَا مِنْ كُلِّ مِحْنَةٍ وَفِتْنَةٍ وَبُؤْسٍ وَضَيْرٍ، إِنَّكَ وَلِيُّ كُلِّ خَيْرٍ وَمُتَفَضِّلٌ بِكُلِّ خَيْرٍ وَمُعْطٍ لِكُلِّ خَيْرٍ
3xيَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
3xاَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْـأَلُكَ رِضَـاكَ وَالْجَنَّـةَ وَنَـعُوْذُ بِكَ مِنْ سَـخَطِكَ وَالنَّـارِ
3xيَاعَالِمَ السِّرِّمِنَّا ، لاَتَهْتِكَ السِّتْرَ عَنَّا، وَعَافِنَا وَاعْفُ عَنَّا ، وَكُنْ لَّنَا حَيْثُ كُنَّا
3xيَااللهُ بِهَا يَااللهُ بِهَا يَااللهُ بِحُسْنِ الْخَاتِمَةِ
3xيَا لَطِيْفًا لَمْ يَزَلْ أُلْطُفْ بِنَا فِيْمَا نَزَلَ، إِنَّكَ لَطِيْفٌ لَمْ تَزَلْ أُلْطُفْ بِنَا وَالْمُسْلِمِيْنَ
الفَاتِحَةُ بِالْقَبُوْلِ وَتَمَامِ كُلِّ سُوْلٍ وَ إِلَى حَضْرَةِ الرَّسُوْلِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
الفاتحة

###

مَوْلَايَ صَلِّ وَ سَلِّمْ دَائِمًا أَبَــدًا       عَلَى حَبِيْبِكَ خَيْرِ الْخَلْقِ كُلِّــــــــهِمِ
هُوَ الْحَبِيْبُ الَّذِيْ تُرْجَى شَفَاعَتُهُ          لِكُلِّ هَوْلٍ مِنَ الْأَهْوَالِ مُقْتَــحِــــــمِ
يَا رَبِّ بِالْمُصْطَفَى بَلِّغْ مَقَاصِدَنَا          وَ اغْفِرْ لَنَا مَا مَضَى يَا وَاسِعَ الْكَرَمِ

Semoga bermanfaat dan bisa kita a'malkan bersama.. aamin

Khutbah Kematian

ketahuilah,,,

bahwa risau terhadap dosa adalah tanda iman,
iman itu naik dan turun, dan jika sedang saat menurun, ingatlah mati..,

ketika tangan tangan para kekasih mengusung kita dan menurunkan tubuh kita kedalam lahad dengan airmata kesedihan, tahukah keadaan kita?, seluruh tali pengikat kafan dibuka, lalu wajah dibuka dari kafan..

tubuh ditaruh dalam posisi miring menghadap ke kanan yaitu kiblat, lalu punggung kita diganjal batu bata agar tubuh tidak terlentang lagi, yaitu tetap miring menghadap kiblat, dan wajah kita ditempelkan ke dinding kubur, agar terus wajah kita mencium tanah dinding kubur yg lembab itu….

lalu kayu kayu papan ditaruhkan diatas tubuh kita bersandarkan dinding kubur, menutup seluruh tubuh kita agar tanah tidak langsung menimpa tubuh, lalu tanah mulai ditumpahkan diatas tubuh kita..

setelah itu kita sendiri disana…, dalam kesempitan dan kegelapan.., panas.. gelap..

sendiri.. bukan sebulan atau dua bulan, tapi bisa ratusan tahun atau ribuan tahun sendiri..

tak bisa curhat…, tak bisa berhubungan dg siapapun.., tak bisa bergerak kemana mana…, tak ada pemandangan, tak ada warna, yg ada hanya kegelapan dan kegelapan.., menunggu dan menunggu.. ribuan tahun.. sendiri..

yg ditunggu adalah sidang akbar pertanggungan jawab.. harap harap cemas diselingi putus asa dan penyesalan.. itulah yg terus menghantui kita kelak..

ketika mengingat ini maka leburlah segala kekerasan hati, iapun mencair, dan jiwa terpanggil untuk sujud sambil menangis, mengadu pada Allah jika ingat akan hal itu karena hanya Dialah yg melihat keadaan kita saat itu..

hanya Dialah yg ada saat itu.. untuk inilah kita shalat.. agar Dia swt tak melupakan kita saat itu dan mengasihani kita yg telah terbujur kaku didalam tanah lembab ribuan tahun..

…………………
May 2, 2009 at 12:05 am#149043837

Participant
Sulthonul Qulub Habib Munzir Al Musawwa

Minggu, 23 September 2018

TANGISAN BAGINDA RASULULLOH SAW DI PADANG MAHSYAR


۞اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ۞

"TUHAN ku, Penguasaku, Penghuluku, aku tidak meminta untuk diriku. Sesungguhnya aku meminta untuk umatku dari-MU”

Pernahkah terbayang olehmu, seorang lelaki mulia, yang hidup di tengah kematian demi kematian orang yang dicintainya. Ia diasingkan kaumnya, terusir dari tanah airnya. Ia dihina, disakiti, tapi tinggi tangannya terangkat memohon “Ya ALLOH, jika mereka tidak menerima da’wah, jadikanlah anak keturunan mereka kelak orang-orang yang menyembah-MU”.

Pernahkah terbayang olehmu, seorang lelaki mulia..yang harus menggantungkan batu di perutnya demi menahan lapar. Ia akan makan di lantai layaknya seorang budak, padahal raja-raja dan para kaisar memandang penuh iri pada kekokohan masyarakat dan kesetiaan pengikutnya. Ia, Lelaki Mulia itu, Muhammad Bin Abdullah, Rasululloh SAW.

Pernah suatu ketika Beliau SAW bersabda : “Setiap Nabi memiliki satu do’a yang tidak akan tertolak. Dan aku menyimpannya untuk umatku di padang Mahsyar nanti”. Duhai.. betapa Ia begitu mencintai umatnya, kita. Bahkan saat sedang menahan dahsyatnya sakaratul maut, yang Ia khawatirkan hanya umatnya.

Disebutkan dalam sebuah hadist, dari Abbas Ra, bahwa Rasululloh SAW bersabda: “Orang yang pertama kali dibangkitkan dari kubur di hari kiamat nanti adalah Muhammad SAW”. Jibril akan datang padanya dengan membawa buraq, Israfil datang membawa bendera dan mahkota, Izrail datang dengan membawa pakaian-pakaian syurga.

Israfil bersuara “Wahai Roh yang baik, kembalilah ke tubuh yang baik, maka kubur terbelah dua. Pada seruan yang kedua pula, kubur mulai terbongkar. Pada seruan yang ketiga, ketika Rasululloh SAW berdiri, beliau membuang tanah di atas kepala dan janggutnya. Beliau melihat kanan dan kiri, didapati tiada lagi bangunan. Rasululloh SAW menangis sehingga mengalir air matanya ke pipi.

Beliau SAW bersabda “Kekasihku Jibril, gembirakanlah aku”
Jibril berkata “Lihatlah apa yang ada di hadapanmu”
Rasululloh bersabda “Bukan seperti itu pertanyaanku”
Jibril kembali berkata “Adakah kau tidak melihat bendera kepujian yang terpasang di atasnya”
Rasululloh SAW bersabda “Bukan itu maksud pertanyaanku, aku bertanya kepadamu akan umatku. Dimana perjanjian mereka? Niscaya akan kuatlah pertolongan pada hari ini. Aku akan mensyafa'atkan umatku”

Jibril menyeru “Wahai sekalian makhluk, datanglah kamu semua ketempat perhimpunan yang telah disediakan oleh ALLOH Ta’ala”. Umat-umat datang dalam keadaan satu-satu kumpulan. Setiap kali Nabi Muhammad SAW berjumpa satu umat, Beliau SAW akan bertanya, “Di mana umatku?”. Jibril berkata "Wahai Muhammad, umatmu adalah umat yang terakhir".

Apabila Nabi Isa As datang, Jibril menyeru “Tempatmu!” maka Nabi Isa dan Jibril menangis.
Nabi Muhammad SAW berkata “Mengapa kamu berdua menangis?”
Jibril berkata “Bagaimana keadaan umatmu, Muhammad?”. Nabi Muhammad kembali bertanya “Di mana Umatku?” Jibril berkata “Mereka semua telah datang, mereka berjalan lambat dan perlahan. Saat mendengar cerita demikian, Nabi Muhammad SAW menangis lalu bertanya “Wahai Jibril, bagaimana keadaan umatku yang berbuat dosa?”, Jibril menjawab “Lihatlah mereka wahai Muhammad SAW”

Nabi Muhammad SAW bertemu umatnya yang berdosa, mereka menangis serta memikul beban di atas belakang mereka sambil menyeru “Wahai Muhammad”. Nabi Muhammad SAW bersabda “Wahai Umatku”, mereka berkumpul di sisinya sambil menangis.

ALLOH Ta’ala berfirman di dalam keadaan Dia amat mengetahui sesuatu yang tersembunyi, “Di mana umat Muhammad SAW”. Jibril berkata “Mereka adalah sebaik-baik umat”. ALLOH SWT berfirman “Wahai Jibril, katakanlah pada kekasih-Ku Muhammad SAW bahwa umatnya akan datang ditayangkan di hadapan-KU”. Jibril kembali dalam keadaan menangis lalu berkata: “Wahai Muhammad, umatmu telah datang untuk ditayangkan kepada ALLOH SWT. Nabi Muhammad SAW berpaling ke arah umatnya lalu berkata “Sesunggguhnya kamu telah dipanggil untuk dihadapkan kepada ALLOH SWT”

ALLOH SWT berfirman: “Hari ini, Kami akan membalas setiap jiwa dengan apa yang telah mereka usahakan. Hari ini aku akan memuliakan sesiapa yang mentaati-KU dan aku akan mengazab sesiapa yang durhaka terhadap-KU”.

Suara jeritan dan tangisan semakin kuat. Nabi Muhammad SAW menyeru “TUHAN ku, Penguasaku, Penghuluku, aku tidak meminta untuk diriku. Sesungguhnya aku meminta untuk umatku dari-MU”.

Ketika itu juga neraka jahanam berseru “Siapakah yang memberi syafa’at pada umatnya?” neraka pun berseru “Wahai TUHAN ku, Penguasaku, Penghuluku. Selamatkanlah Muhammad dan umatnya dari siksa. Selamatkan mereka dari kepanasanku, bara apiku, penyiksaanku dan azabku, sesungguhnya mereka adalah umat yang lemah, mereka tidak akan sabar dengan penyiksaan.

Nabi Muhammad lebih-lebih lagi sedih. Air matanya telah hilang dan kering dari pipinya. Sekali, Rasululloh SAW sujud di hadapan arsy ALLOH SWT. Dan sekali lagi beliau ruku untuk memberi syafa'at bagi umatnya. Para Nabi melihat keluh kesah dan tangisannya, mereka berkata “Maha Suci ALLOH, hamba yang paling dimuliakan ALLOH ini begitu mengambil berat keadaan umatnya.

Fatimah bertanya, “Di mana kelak aku hendak mendapatimu di hari kiamat, wahai ayahku”
Rasululloh menjawab, “Kamu akan menjumpaiku di sebuah telaga, ketika aku sedang memberi minum umatku. Tatkala Nabi Muhammad sedang mencari mimbar Rasululloh untuk mendapat syafa'at pada hari kiamat. Mariam, Aisyah, Khadijah dan Fatimah sedang duduk, ketika Mariam melihat umat Nabi Muhammad, dia berkata “Ini Umat Nabi Muhammad, mereka telah sesat dari Nabi mereka”. Rasululloh mendengar perkataan Mariam, semakin sedih. Nabi Adam berkata kepada Nabi Muhammad SAW “Ini umatmu wahai Muhammad, mereka berkeliling mencarimu untuk meminta syafa'at”.

Nabi Muhammad menjerit dari atas mimbar lalu bersabda “Marilah kepadaku wahai umatku, wahai siapa yang beriman dan tidak melihatku. Aku tidak pernah lari dari kamu melainkan aku senantiasa memohon kepada Allah untukmu”. Umat Nabi Muhammad berkumpul di sisinya.

Ketika di atas sirat, Nabi Muhammad bersabda kepada malaikat Malik: “Wahai Malik, dengan kebenaran ALLOH Ta’ala ke atasmu, palingkanlah wajahmu dari umatku sehingga mereka dapat melintas. Jika tidak hati mereka akan gemetar apabila melihatmu”. Nabi Muhammad berhenti di atas sirat, setiap kali ia melihat ada umatnya yang bergayut dan hampir terjatuh, Beliau akan menarik tangannya dan membangunkannya kembali, Beliau bersabda “TUHAN, selamatkan mereka”.

Betapa Cintanya Rasululloh SAW pada kita. 😭😭😭😭

Allahumma Solli Ala Muhammad Waala Alihi Wasohbihi Wabaarik Wassalim ajjmain.. #Aamiin..
..