Sabtu, 30 September 2017

Nahwunya Bidah

SAYA MAU TANYA LAGI KULLU BIDAH DGN ILMU TATA BAHASA..LEBIH SPESIFIK LAGI !!

Soalnya Quran,hadits di susun bukan asal mangap yg penting di kumpulkan tetapi dgn tata bahasa tinggi yang bahkan orang arab asli sekalipun masih banyak bingung !!

Coba tolong terangkan tentang hadist dibawah ini
sesuai nahwu shoraf mantiq dan balagoh.

ﻛﻞ ﻣﺤﺪﺛﺔ ﺑﺪﻋﺔ ﻭﻛﻞ ﺑﺪﻋﺔ ﺿﻼﻟﺔ ﻭ ﻛﻞ ﺿﻼﻟﺔ ﻓﻲ ﺍﻟﻨﺎﺭ

PERHATIKAN KALIMAT DIATAS.

PERTANYAAN SAYA ADALAH :

1. Dimana maudhu' nya? Ada berapa?
2. Dimana mahmul nya? Ada brp?
3. Dimana muqaddam? Ada brp?
4. Dimana taali nya? Ada berapa?
5. Dimana muqaddimah shugronya? Ada brp?
6. Dimana muqaddimah kubronya ? Ada brp?
7. Tolong diqiyas kan dan dimana letak pembuangan had
wasath nya sesuai syikil awal kah? Syikil tsani kah? Syikil
tsalist kah? Atau syikil robi' kah?
8. Apakh boleh di aksul mustawikan disini sesuai keif dan kam nya?
9. Apakah shoh tanaqudh dbhasan ini sesuai keif dan kam nya?
10. Saya juga minta ta'rif bid'ah sesuai had tam
11. Sesuai had naqish
12. Sesuai rasm tam
13. Sesuai rasm naqish
14. Sesuai alfazh
15. Apakah natijahnya kulliyah mujabah?
16. Ataukah juz-iyah mujabah?
17. Tunjukkan dimana musnadnya?
18. Dimana musnad ilaihnya?
19. Adakah dsini hazfu muhdhaf ? Dmana?
20. Tunjukkan dimana qosharnya?
21. Dimana ijaz nya?
22. Dmana ithnab nya?
23. Adakh dsini janas?
24. Kullu kepada muhdatsah itu idhofat apa?
25. Kullu kpd bid'ah itu idhofat apa?
26. Muhdatsah itu mashdar apa?
27. Bid'ah itu mashdar apa?
28. Dholalah itu mashdar apa?
29. Hurup jar pada finnar bima'na apa?
30. Fi itu muta'alliq nya kemana?

JIKA BISA JAWAB DGN BENAR DIPASTIKAN TDK AKAN NGAWUR TERIAK TERIAK" BIDAH BIDAH.. "

Ingat alquran.hadits di susun dgn ilmu tata bahasa tinggi.bukan sembarangan di tulis oleh ulama era sahabat dan salaf.

di tulis dgn sistematik..dari tanpa harokat hingga ada harokatnya.
Ingat disini terdapat pembahasan ilmu nahwu, sharaf,mantiq dan balagah..sehingga SATU KATA SAJA BISA SALAH PEMAHAMAN JIKA TDK TELITI.

Contoh..
Aamiin. amin.aamin.amiin Saja berbeda arti.

Silahkan semua wahabiyin mulai kelas teri sampai kelas kakapnya maju sini.

Buktikan bahwa Teriak bidah bidah itu memang di dasari dgn ilmu yg cukup dan tdk sembarangan.

Sungguh memalukan jika hukum islam ini cuma BIDAH !

hukum darimana segala sesuatu mesti di lihat ada bidah atau tidak.

membuat hukum baru begitu justru sesat !!

Kalian yg cuma IKUT IKUTAN JD WAHABI coba buktikan sini bahwa kalian punya dasar ilmiah mumpuni sehingga ikutan wahabi !.

Silahkan jawab dgn ilmu.
Kalo tdk bisa mending nggk usah DAUROHAN YG CUMA DENGAR CERAMAH tapi ngaji mendalam di pondok pesantren ! atau noh ke al azhar mesir sana.

jgn keluar jk belum mampu. itu baru hebat.

ngaji bukan google. youtube.tv roja.
.
NGAJI NGGK PUNYA SANAD ILMU YG JELAS GURUNYA SYETAN. MAKANYA TALAQI !
.
TERIMAKASIH.

MMENGAPA KAROMAH SAHABAT TIDAK SEBANYAK PARA WALI DI ZAMAN SETELAHNYA

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ الله وَبَرَكَاتُهُ

?

Al-Habib Ahmad Kazim Al-Kaff menjelaskan bahwa yang demikian terjadi sebab pada zaman sahabat, iman mereka sangat kuat dalam menerima dakwah agama, sehingga tidak lagi diperlukan bukti-bukti untuk menguatkan keimanannya. Berbeda dengan zaman setelah sahabat, dimana banyak umat yang masih lemah imannya, sehingga diperlukan penampakan karamah-karamah untuk menguatkan dakwah.

Lalu bagaimana dengan derajat antara para sahabat dan para wali di zaman setelahnya, yang bahkan karamahnya jauh lebih banyak dibanding sahabat sebesar Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq sekalipun? Jawabannya sebagaimana jawaban Sultan Aulya Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani, ketika ada yang bertanya mengenai bandingan derajat beliau dengan para sahabat.

Beliau menjawab :

"Seandainya ada seorang sahabat Rasulullah Shollallahu 'Alaihi Wasallam yang paling akhir masuk Islam, paling rendah ilmunya dan paling sedikit ibadahnya, lalu sahabat tersebut menaiki kuda, yang mana kudanya itu mengeluarkan air liur, dan air liurnya itu kemudian menyentuh pasir, maka aku bersumpah bahwa pasir tersebut masih jauh lebih mulia dibanding diriku.
Hal ini tidak terjadi kecuali karena para sahabat hidup dengan melihat dan mendengar langsung Rasulullah."

Keterangan foto : Habib Ahmad Kazim pembina Majelis Sayyidul Wujud (tengah) dan adiknya, Habib Abdullah Fikri bersama seorang Wali Madzdub, Habib Syeikhon bin Mustafa Al-Bahar.

Sumber : Majlis Sayyidul Wujud

Orang tua wafat

*TOLONG SURUH BACA ANAK LELAKI KITA TIDAK SAMPAI 5 MINIT*

            P  E  S  A  N
                  untuk
          ANAK LELAKI                                                      
Apabila Orang tua kita meninggal dunia...........

Turunlah dalam liang kubur dan sambutlah jenazah Beliau........... !

Buka penutup keranda (tempat usungan jenazah), angkat jenazah Ibu Ayah kita.

Biar kita yang memutarkan mayat Ibu Ayah kita menghadap ke Kiblat........ !

Kita yang melakukan !

Bukan hanya menyaksikan saja orang lain yang melakukan.

Allahu Robbi........

Terakhir kali ini Aku melihat ayah Ibu.........                                          
🌹Biarlah kita yang merelai ikatan di kepala dan di tubuh Beliau.....😭😭😭😭

🌹Pegang perlahan-lahan badan ayah Ibu kita.......😭😭😭😭

🌹Arahkan Beliau dengan baik-baik, ambil gumpalan tanah dan letakkanlah di belakang tengkuk ayah Ibu kita............

🌹Ayah ibu .........., terakhir kali inilah Aku melihat Mu.......😭😭😭

🌹Terlintas dalam hati kita sambil memegangnya…......

🌹Kenanglah pengorbanan ibu saat mengandungkam kita, saat terlahir tangannya lah yang mengelus lembut wajah kita😭😭😭😭

🌹Ingat sejak kita bayi, kitalah yang mengencingi wajahnya, kaki kitalah yang menendang nendang wajahnya, tapi ibu tetap tersenyum,..tangan yang penuh kelembutan yang menyuapi makanan ke mulut kita, tak rela seekor nyamukpun menggigit tubuh kita, siang malam istirahatnya kurang tidurnya terganggu oleh kita... Sekarang tidur untuk selamanya😭😭😭😭

🌹Ingat hari pertama kita pandai berjalan, pandai bercakap, hingga sampai besar tak jarang kita membentak bahkan memaki ibu bapa kita, tatapan kita yang sinis ucapan kita yang sering melukai ..........

🌹 kita mampu bersekolah kita mampu berpakaian yang baik tetapi di sebalik itu ayah kita mengerah keringat membanting tulang agar kita tidak dihina orang, ayah cari pinjaman wang ke sana sini mengurangkan makan menjual barang kesayangannya agar tercapai keperluan anak

🌹 Akankan kita rela sebagai anak ..😭 Ayah ibu kita terhimpit tanah kubur, melolong😭 menjerit dil iang lahat menanti doa dari anak yang soleh soleha😭😭😭??

🌹Naiklah ke atas dan duduklah di tepi makam Beliau. -Hari terakhir ini lihatlah, tidak ada benda apapun yang bisa kita berikan untuk bekal Beliau kecuali hanya Doa :-                               
Ya ALLAH....😭😭😭

Aku angkat tanganku Ya ALLAH..............
😭😭😭
Aku ridho Kau ambil ayah Ibuku Ya ALLAH......😭😭😭

Ayah Ibu yang mendidik & membesarkan Aku_.😭😭😭

Ya ALLAH hari ini Aku tinggalkan ayah Ibu Ya ALLAH.

Aku serahkan ayah Ibu atas urusan Mu belaka Ya ALLAH....😭😭😭

Aku tadahkan tanganku Ya ALLAH...........
😭😭😭
Kami memohon dengan sangat Engkau ampunkan dosa-dosa ayah Ibuku,Ya ALLAH........ !
😭😭😭😭😭
Kasihani ayah Ibuku Ya ALLAH!😭😭😭

Ya ALLAH luaskan dan lapangkan kuburnya, terangi dan cahayai kuburnya, bahagiakan dialam kuburnya jangan sedikitpun tersiksa,aku titip orang tuaku ya ALLAH ...😭😭😭

_Ya ALLAH jadikan setiap titisan darahnya, keringatnya selama membesarkan aku menjadi saksi betapa beliau menyayangi aku..-
😭😭😭😭😭😭
Ya Allah sayangi Beliau dan masukan ke syurgamu tanpa hisab Ya Allah...........
😭😭😭😭😭
Maka akan beruntunglah ayah Ibu kita, apakah ALLAH akan menolak do'a itu......... ?

_ALLAH SWT tak akan menolak do'a ikhlas yang datang dari seorang anak yang soleh soleha_

_Pesan ini bagi sahabat-sahabat yang selagi Ayah ibu masih hidup. Doakan mereka, sayangi mereka & hormati serta muliakan disisa umur mereka...... karena Ridho ALLAH SWT adalah Ridhonya Orang tua.... Murka ALLAH adalah Murkanya Orang tua...._

Dan bagi saudara saudara yang Ayah ibu telah tiada, mari kita bersama-sama mendo’akan mereka........... ! Ada waktu kita pasti akan mengalaminya.... ditanam, diinjak2 dan di tinggalkan sendirian oleh orang di sekitar kita yg kita cintai..... Mudah2an giliran kita nanti ALLAH SWT perintahkan malaikat Rahmatnya buat menemani kita....... Aaamiiiin

*Silalah sebarkan tulisan ini kepada semua saudara saudara kita kerana berkongsi kebaikan suatu amalan yg pahalanya tidak putus                                                                  

*SEMOGA SEDIKIT BERMANFAAT UTK ANAK ANAK CUCU KITA.....*

Ya Allah...
😊✔ Muliakanlah orang yang membaca status ini
😊✔ Lapangkanlah hatinya
😊✔ Bahagiakanlah keluarganya
😊✔ Luaskan rezekinya seluas lautan
😊✔ Mudahkan segala urusannya
😊✔ Kabulkan cita-citanya
😊✔ Jauhkan dari segala Musibah
😊✔ Jauhkan dari segala Penyakit, Fitnah,Prasangka Keji, Berkata Kasar, dan Mungkar
😊✔ Ya Allah, ampunilah  dosaku, dosa ibu bapa ku, keluarga ku,saudaraku dan setiap orang yang meng-klik Suka, share & berkomentar "aamiin"  dan jangan Engkau cabut nyawa kami saat tubuh kami tak pantas berada di SyurgaMu. Aamiin...

Boleh di SHARE sebanyak mungkin!!

.
.
=================================
.
Selingan:
.
Panduan untuk hilangkan derita Gout, cuma 7 Hari shj amalkan, Gout pun hilang, info boleh baca pada pautan di bawah, klik utk baca:
.
➡ https://basmigout.blogspot.my
➡ https://basmigout.blogspot.my
➡ https://basmigout.blogspot.my

Hukum Salaman

*Dalil/Dasar Kesunahan Bersalaman Setelah Sholat*

Bersalaman setelah shalat adalah sesuatu yang dianjurkan dalam Islam karena bisa menambah eratnya persaudaraan sesama umat Islam. Aktifitas ini sama sekali tidak merusak shalat seseorang karena dilakukan setelah prosesi shalat selesai dengan sempurna. Meskipun demikian, banyak orang yang mempertanyakan tentang hukum bersalaman. Ada beberapa hadits yang menerangkan tentang bersalaman diantaranya adalah riwayat Abu Dawud:
عَنِ اْلبَرَّاءِ عَنْ عَازِبٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَلْتَقِيَانِ فَيَتَصَافَحَانِ إلاَّ غُفِرَ لَهُمَا قَبْلَ أنْ يَتَفَرَّقَا
Artinya : Diriwayatkan dari al-Barra’ dari Azib r.a. Rasulallah s.a.w. bersabda, “Tidaklah ada dua orang muslim yang saling bertemu kemudian saling *bersalaman* kecuali dosa-dosa keduanya diampuni oleh Allah sebelum berpisah.” (H.R. Abu Dawud)
عَنْ سَيِّدِنَا يَزِيْد بِنْ اَسْوَدْ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: اَنَّهُ صَلَّى الصُّبْحَ مَعَ النَّبِيُّ صَلَّى الله عَليْهِ وَسَلّمْ. وَقالَ: ثُمَّ ثَارَ النَّاسُ يَأخُذوْنَ بِيَدِهِ يَمْسَحُوْنَ بِهَا وُجُوْهَهُمْ, فَأَخَذتُ بِيَدِهِ فَمَسَحْتُ بِهَا وَجْهِيْ.(رواه البخارى)
Artinya : Diriwayatkan dari sahabat Yazid bin Aswad bahwa ia shalat subuh bersama Rasulallah, lalu setelah shalat para jamaah berebut untuk *menyalami* Nabi, lalu mereka mengusapkan ke wajahnya masing-masing, dan begitu juga saya menyalami tangan Nabi lalu saya usapkan ke wajah saya. (H.R. Bukhari, hadits ke 3360).
عَن قلَدَة بن دِعَامَة الدَّوْسِيْ رَضِيَ الله عَنهُ قالَ قلْتُ لاَنَسْ : اَكَانَتِ اْلمُصَافحَة فِى اَصْحَابِ رَسُوْلِ الله, قالَ نَعَمْ.
Artinya dari Qaladah bin Di’amah r.a. berkata : saya berkata kepada Anas bin Malik, apakah bersalaman itu dilakukan oleh para sahabat Rasul ? Anas menjawab : ya (benar)

Hadits-hadits di atas adalah menunjukkan pada bersalaman secara umum dan setelah selesai sholat.
Jadi pada intinya *bersalaman itu benar-benar disyariatkan/disunnahkan* baik setelah shalat maupun dalam waktu-waktu yang lainnya. Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh hadits di atas.

Bidah bukan hukum

.
================
Mungkin di antara kita pernah mendengar atau membaca adanya segelintir kaum ketika dihadapkan pada suatu persoalan  mereka  dengan lantangnya mengatakan : "ITU HUKUMNYA BID'AH".
.
Dari pernyataan tersebut sehingga memunculkan suatu pertanyaan:

1. Sejak kapan BID'AH menjadi HUKUM.???

2. Bukankah hukum dalam islam ini sdh baku , yaitu: Wajib, Sunnah, Mubah, Makruh, Haram ???

3. Dengan menjadikan BID'AH sebagai HUKUM dalam Islam bukankah hal tersebut telah menambah HUKUM yg telah ada???

4. Dengan menjadikan BID'AH sebagai HUKUM dalam Islam bukankah justru telah melakukan ke-BID'AH-an itu sendiri, karena telah menjadikan yg bukan hukum menjadi hukum???
.
Utk menjawab berbagai macam pertanyaan yg berkecamuk tersebut , melalui tulisan ini saya akan mencoba utk menguraikannya secara ringkas.
.
BID'AH bukanlah termasuk hukum dalam hukum Islam, tetapi BID'AH adalah jenis perkara yg perlu untuk dihukumi.
.
Dalam menghukumi perkara BID'AH tetap tunduk kepada lima hukum yang ada , yaitu : Wajib, Haram,  Sunnah,  Makruh, Mubah
.
Sebagaimana yang telah dijelaskan   oleh Imam An-Nawawi dlm Al-Minhaj syarah Shahih Muslim :

قال العلماء البدعة خمسة أقسام واجبة ومندوبة ومحرمة ومكروهة ومباحة فمن الواجبة نظم أدلة المتكلمين للرد على الملاحدة والمبتدعين وشبه ذلك ومن المندوبة تصنيف كتب العلم وبناء المدارس والربط وغير ذلك ومن المباح التبسط في ألوان الأطعمة وغير ذلك والحرام والمكروه ظاهران وقد أوضحت المسألة بأدلتها المبسوطة في تهذيب الأسماء واللغات
.
“Ulama berkata bahwa bid’ah terbagi menjadi 5 bagian (bagian hukum) yakni :
a. Wajibah (bid’ah yang wajib),
b. Mandubah (bid’ah yang mandub),
c.Muharramah (bid’ah yang haram),
d. Makruhah (bid’ah yang makruh),
e. dan Mubahah (bid’ah yang mubah)”.
Diantara bid’ah yang wajib adalah penyusunan dalil oleh ulama mutakallimin (ahli kalam) untuk membantah orangorang atheis, ahli bid’ah dan semisalnya.
Diantara bid’ah mandzubah (bid’ah yang sunnah) adalah mengarang kitab ilmu, membangun madrasah dan tempat ribath serta yang lainnya.
Diantara bid’ah yang mubah adalah mengkreasi macam-macam makanan dan yang lainnya.
Sedangkan bid’ah yang haram dan bid’ah yang makruh, keduanya telah jelas dan telah dijelaskan permasalahannya dengan dalil yang rinci didalam kitab Tahdzibul Asmaa wal Lughaat”
.
Dalam kitab Tahdzibul Asma’ wal Lughaat dijelaskan secara rinci sebagai berikut:

قال الشيخ الإمام المجمع على إمامته وجلالته وتمكنه في أنواع العلوم وبراعته أبو محمد عبد العزيز بن عبد السلام رحمه الله ورضي
عنه في آخر كتاب "القواعد": البدعة منقسمة إلى: واجبة، ومحرمة، ومندوبة، ومكروهة، ومباحة. قال: والطريق في ذلك أن تعرض
البدعة على قواعد الشريعة، فإن دخلت في قواعد الإيجاب فهي واجبة، أو في قواعد التحريم فمحرمة، أو الندب فمندوبة، أو المكروه
فمكروهة، أو المباح فمباحة، وللبدع الواجبة أمثلة منها: الاشتغال بعلم النحو الذي يفهم به كلام الله تعالى وكلام رسول الله - صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -، وذلك واجب؛ لأن حفظ الشريعة واجب، ولا يتأتى حفظها إلا بذلك وما لا يتم الواجب إلا به، فهو واجب، الثاني حفظ
غريب الكتاب والسنة في اللغة، الثالث تدوين أصول الدين وأصول الفقه، الرابع الكلام في الجرح والتعديل، وتمييز الصحيح من
السقيم، وقد دلت قواعد الشريعة على أن حفظ الشريعة فرض كفاية فيما زاد على المتعين ولا
يتأتى ذلك إلا بما ذكرناه، وللبدع
المحرمة أمثلة منها: مذاهب القدرية والجبرية والمرجئة والمجسمة والرد على هؤلاء من البدع الواجبة، وللبدع المندوبة أمثلة منها
إحداث الرُبِط والمدارس، وكل إحسان لم يعهد في العصر الأول، ومنها التراويح، والكلام في دقائق التصوف، وفي الجدل، ومنها جمع المحافل للاستدلال إن قصد بذلك وجه الله تعالى. وللبدع المكروهة أمثلة: كزخرفة المساجد، وتزويق المصاحف، وللبدع المباحة أمثلة: منها المصافحة عقب الصبح والعصر، ومنها: التوسع في اللذيذ من المآكل، والمشارب، والملابس، والمساكن، ولبس الطيالسة، وتوسيع الأكمام. وقد يختلف في بعض ذلك فيجعله بعض العلماء من البدع المكروهة، ويجعله آخرون من السنن المفعولة في عهد رسول الله - صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - فما بعده، وذلك كالاستعاذة في الصلاة والبسملة هذا آخر كلامه
.
“Syaikhul Imam Abu Muhammad ‘Abdul ‘Aziz bin Abdis Salam didalam akhir kitabnya al- Qawaid berkata : “bid’ah terbagi kepada hukum yang wajib, haram, mandub, makruh dan mubah. Ia berkata : metode yang demikian untuk memaparkan bid’ah berdasarkan kaidah kaidah syari’ah, sehingga apabila masuk pada qaidah (penetapan) hukum wajib maka itu bid’ah wajibah, apabila masuk pada qaidah (penetapan) hukum haram maka itu bid’ah muharramah, apabila masuk pada qaidah (penetapan) hukum mandub maka itu bid’ah mandubah, apabila masuk pada qaidah (penetapan) hukum makruh maka itu bid’ah makruhah, apabila masuk pada qaidah (penetapan) hukum mubah maka itu bid’ah mubahah. Diantara contohnya masing-masing adalah ;
.
1. Bid’ah Wajibah seperti : menyibukkan diri belajar ilmu-ilmu sehingga dengannya bisa paham firman-firman Allah Ta’ala dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam, itu wajib karena menjaga menjaga syariah itu wajib, dan tidak mungkin menjaga kecuali dengan hal itu, dan sesuatu kewajiban yang tidak sempurna kecuali dengannya maka itu wajib, menjaga bahasa asing didalam al-Qur’an dan as-Sunnah, mencatat (membukukan) ilmu ushuluddin dan ushul fiqh, perkataan tentang jarh dan ta’dil, membedakan yang shahih dari buruk, dan sungguh kaidah syariah menunjukkan bahwa menjaga syariah adalah fardlu kifayah”.
.
2. Bid’ah Muharramah seperti : aliran (madzhab) al-Qadariyah, al-Jabariyah, al-Murji’ah, al-Mujassimah, dan membantah mereka termasuk kategori bid’ah yang wajib (bid’ahwajibah).
.
3. Bid’ah Mandzubah (Bid’ah yang Sunnah) seperti : membangun tempat-tempat rubath dan
madrasah, dan setiap kebaikan yang tidak ada pada masa awal Islam, diantaranya
adalah (pelaknasaan) shalat tarawih, perkataan pada detik-detik tashawuf, dan lain
sebagainya.
.
4. Bid’ah Makruhah seperti : berlebih-lebihan menghiasai masjid, menghiasi mushhaf danlain sebagainya.
.
5. Bid’ah Mubahah seperti : bersalaman (berjabat tangan) selesai shalat shubuh dan ‘asar, jenis-jenis makanan dan minuman, pakaian dan kediaman. Dan sungguh telah berselisih pada sebagian yang demikian, sehingga sebagian ‘ulama ada yang memasukkan pada bagian dari bid’ah yang makruh, sedangkan sebagian ulama lainnya memasukkan perkara sunnah yang dilakukan pada masa Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam dan setelah beliau, dan itu seperti mengucapkan isti’adzah didalam shalat dan basmalah. Ini akhir perkataan beliau. “
.
Maka akan menjadi lucu dan rancu tatkala ada yg mengatakan, "HUKUMNYA BID'AH" terhadap suatu persoalan atau perbuatan.
.
Dengan demikian maka dapat kita fahami bahwa dengan menjadikan  BID'AH sebagai  HUKUM , maka sungguh merupakan perbuatan BID'AH DLOLALAH yg sebenar-benarnya, karena telah melakukan perbuatan yang bertentangan dg hukum islam itu sendiri..
.
Demikian penjelasan ringkas tentang BID'AH BUKAN HUKUM.
Semoga ada manfaatnya.
.

Jumat, 29 September 2017

Pentingnya Madzhab

*PENTINGNYA BERMADZHAB*

Kenapa para Imam Mazhab seperti Imam Abu Hanifah, imam Malik,  imam Syafii dan imam Ahmad,  tidak menggunakan hadits shahih Bukhari dan shahih Muslim yang katanya merupakan 2 kitab hadits tersahih? Untuk tahu jawabannya, kita mesti paham sejarah. Mesti paham biografi tokoh2 tsb.
Imam Abu Hanifah lahir tahun 80 Hijriyah,  Imam Malik lahir tahun 93 Hijriyah,  Imam Syafii lahir tahun 150 Hijriyah dan Imam Ahmad lahir tahun 164 Hijriyah. Sementara Imam Bukhari lahir tahun 196 H, Imam Muslim lahir tahun 202 H,  imam Abu Daud lahir tahun 202 H,  imam Nasai lahir tahun 215 H. Artinya Imam Abu Hanifah sudah ada 116 tahun sebelum Imam Bukhari lahir,  dan Imam Malik sudah ada 103 tahun sebelum imam Bukhari lahir.
Lalu,  ada pertanyaan, apakah hadits para Imam Mazhab lebih lemah dari Sahih Bukhari dan Sahih Muslim?
Jawabannya,  justru sebaliknya. Hadis-hadis para imam mazhab lebih kuat dari hadis2 para imam hadis,  karena para imam mazhab hidup lebih awal daripada Imam-imam Hadits.

Rasulullah SAW bersabda, خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِيْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ “Sebaik-baik manusia adalah pada kurunku, kemudian kurun sesudahnya (sahabat), kemudian yang sesudahnya (Tabi’in).”[HR. Al-Bukhari no. 2652 dan Muslim no. 2533 ]

Jadi kalau ada manusia zaman sekarang yang mengklaim sbg ahli hadits,  lalu menghakimi bahwa pendapat Imam-iman Mazhab adalah salah dg menggunakan alat ukur hadis2 Sahih Bukhari dan Sahih Muslim, maka boleh dibilang orang itu tidak paham fikih,  tidak paham ajaran islam.jadi, meskipun menurut hadis Sahih Bukhari misalnya, bahwa sholat Nabi begini dan begitu,  berbeda dgn cara sholatnya Imam Mazhab. Sadarilah oleh kita bahwa, para Imam Mazhab itu, seperti Imam Malik melihat langsung cara sholat puluhan ribu anak2 sahabat Nabi di Madinah. Anak2 sahabat ini belajar langsung ke Sahabat Nabi yang jadi bapak mereka. Jadi lebih kuat ketimbang 2-3 hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari 100 tahun kemudian. Bahkan imam Abu Hanifah bukan hanya melihat puluhan ribu anak2 para sahabat melainkan beliau telah berjumpa dg para sahabat  Nabi s.a.w.

Imam Bukhari dan Imam Muslim, meski termasuk pakar hadits paling top, mereka tetap bermazhab. Mereka mengikuti mazhab Imam Syafi’ie. Berikut ini di antara para Imam Hadits yang mengikuti Mazhab Syafi’ie: Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Daud,  imam Nasa’i, Imam Baihaqi, Imam Turmudzi, Imam Ibnu Majah, Imam Tabari, Imam Ibnu Hajar al-Asqalani, Imam Nawawi, Imam as-Suyuti, Imam Ibnu Katsir, Imam adz-Dzahabi, Imam al-Hakim.

Lalu ada yang bertanya,  lho apa kita tidak boleh mengikuti hadits Shahih Bukhari, Shahih Muslim, dsb? Ya tentu boleh saja,  tetapi bukan sebagai landasan utama melainkan hanya sebagai pelengkap. Jika ada hadits yang bertentangan dengan ajaran Imam Mazhab, maka yang kita pakai adalah ajaran Imam Mazhab. Bukan hadits tsb. Kenapa seperti itu? Karena para Imam Hadits saja bermazhab.  Hampir seluruh imam mazhab,  sekitar 95% mengikuti Mazhab imam Syafi’ie? Tidak pakai hadits mereka sendiri? Kenapa tidak pakai hadis mereka sendiri? Karena keilmuan agama mereka masih jauh di bawah para imam mazhab yg mengerti berbagai disiplin ilmu.

Cukup banyak orang awam yang tersesat karena mendapatkan informasi yang sengaja disesatkan oleh kalangan tertentu yang penuh dengan rasa dengki dan benci. Menurut kelompok ini Imam Mazhab yang 4 itu kerjaannya cuma merusak agama dengan mengarang-ngarang agama dan menambah-nambahi seenaknya. Itulah fitnah kaum akhir zaman terhadap ulama salaf yang asli.

Padahal Imam Mazhab tsb menguasai banyak hadits. Imam Malik merupakan penyusun Kitab Hadits Al Muwaththo. Dengan jarak hanya 3 level perawi hadits ke Nabi, jelas jauh lebih murni ketimbang Sahih Bukhari yang jaraknya ke Nabi bisa 6-7 level.  Begitu juga dg Imam Syafii, selain mumpuni ilmu fikih, ilmu ushul fikih,  ilmu balaghah,  ilmu tafsir, dan disiplin ilmu2 agama lainnya, beliau juga sangat mumpuni dalam ilmu hadis.  Beliau memiliki kitab hadis yg dikenal dg Musnad Imam Syafii. Sama halnya dengan Imam Ahmad, yang menguasai 750.000 hadits lebih dikenal sebagai Ahli Hadits ketimbang Imam Mazhab.

Jd,  kesimpulannya kenapa Para imam mazhab yang empat, Abu Hanifah, Malik, Asy-Syafi’i dan Ahmad bin Hanbal, sama sekali tidak pernah menggunakan hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Kenapa?

Pertama, karena mereka lahir jauh lebih dulu sebelum imam Bukhari (194-265 H) dan imam Muslim (204-261 H) dilahirkan.

Kedua, karena keempat imam mazhab itu merupakan pakar hadits paling top di zamannya. Tidak ada ahli hadits yang lebih baik dari mereka.

Ketiga, karena keempat imam mazhab itu hidup di zaman yang lebih dekat kepada Rasulullah SAW dibanding Imam Bukhari dan Imam Muslim, maka hadits mereka lebih kuat dan lebih terjamin keasliannya ketimbang di masa-masa berikutnya.

Kl dalam teknologi, makin baru maka makin canggih. Sperti Komputer, laptop, HP, dsb makin ke sini makin bagus kualitasnya. Tapi kalau hadits Nabi, justru makin lama makin murni.

Keempat, justru Imam Bukhari dan imam Muslim malah bermazhab,  mayorita mereka 98 % bermazhab Syafi’ie. Hal itu karena hadits yang mereka kuasai jumlahnya tidak memadai untuk menjadi Imam Mazhab. Imam Ahmad berkata, untuk menjadi mujtahid, selain hafal Al Qur’an juga harus menguasai minimal 500.000 hadits. Nah hadits Sahih yang dibukukan Imam Bukhari cuma 7000-an. Sementara Imam Muslim cuma 9000-an. Tidak cukup.

Ada beberapa tokoh yang anti terhadap Mazhab Fiqih yang 4 itu kemudian mengarang-ngarang sebuah nama mazhab khayalan yang tidak pernah ada dalam sejarah, yaitu mazhab “Ahli Hadits”. Seolah2 jika tidak bermazhab Ahli Hadits berarti tidak pakai hadits. Meninggalkan hadits. Seolah2 para Imam Mazhab tidak menggunakan hadits dalam mazhabnya. Padahal mazhab ahli hadits itu adalah mazhab para ulama untuk mengetahui keshahihan hadits dan bukan untuk menarik kesimpulan hukum islam  (istimbath).

Jikalau ada yg namanya mazhab ahli hadits yang berfungsi sebagai metodologi istimbath hukum, lalu mana ushul fiqihnya? Mana kaidah-kaidah yang digunakan dalam mengistimbathkan hukumnya? Apakah cuma sekedar menggunakan sistem gugur, bila ada dua hadits, yang satu kalah shahih dengan yang lain, maka yang kalah dibuang? Lalu yg shahih waajib diikuti. Apakah begitu?

Lalu bagimana kalau ada hadits sama-sama dishahihkan oleh Bukhari dan Muslim, tetapi isinya bertentangan dan bertabrakan tidak bisa dipertemukan?

Imam Syafi’ie membahas masalah kalau ada beberapa hadits sama-sama shahihnya tetapi matannya saling bertentangan, apa yang harus kita lakukan? Beliau telah menulis kaidah itu dalam kitabnya : jitab Ikhtilaaful Hadits,  yang fenomenal.

Jika hanya baru tahu suatu hadits itu shahih, pekerjaan melakukan istimbath hukum belumlah selesai. Meneliti keshahihan hadits baru langkah pertama dari 23 langkah dalam proses istimbath hukum, yang hanya bisa dilakukan oleh para mujtahid.

Entah orientalis mana yang datang menyesatkan, tiba-tiba muncul generasi yang awam agama dan dicuci otaknya, dengan lancang menuduh keempat imam mazhab itu sebagai  bodoh  dalam ilmu hadits. Hadits shahih versi Bukhari dibanding-bandingkan secara zahir dengan pendapat keempat mazhab, seolah-olah pendapat mazhab itu buatan manusia dan hadits shahih versi Bukhari itu datang dari Allah yang sudah pasti benar. Padahal cuma Al Qur’an yang dijamin kebenarannya. Hadits sahih secara sanad, belum tentu sahih secara matan. Meski banyak hadits yang mutawattir secara sanad, sedikit sekali hadits yang mutawattir secara matan.

Orang-orang awam itu dengan seenaknya menyelewengkan ungkapan para imam mazhab itu dari maksud aslinya : “Bila suatu hadits itu shahih, maka itulah mazhabku”. Kesannya, para imam mazhab itu tidak paham dengan hadits shahih,  lalu menggantungkan mazhabnya kepada orang-orang yang hidup jauh setelahnya hanya dg berdasarkan hadis shahih.

Padahal para ulama mazhab itu menolak suatu pendapat, karena menurut mereka hadits yang mendasarinya itu tidak shahih. Maka pendapat itu mereka tolak sambil berkata, ”Kalau hadits itu shahih, pasti saya pun akan menerima pendapat itu. Tetapi berhubung hadits itu tidak shahih menurut saya, maka saya tidak menerima pendapat itu”. Yang bicara bahwa hadits itu tidak shahih adalah profesor ahli hadits, yaitu para imam mazhab sendiri. Maka wajar kalau mereka menolaknya.

Tetapi lihatlah pengelabuhan dan penyesatan yg dilakukan secara terstruktur, sistematis dan masif saat ini. Digambarkan seolah-olah seorang Imam Asy-Syafi’i itu tokoh idiot yang tidak mampu melakukan penelitian hadits sendiri, lalu kebingungan dan menyerah menutup mukanya sambil bilang, ”Saya punya mazhab tapi saya tidak tahu haditsnya shahih apa tidak, jadi kita tunggu saja nanti kalau-kalau ada orang yang ahli dalam bidang hadits. Nah, mazhab saya terserah kepada ahli hadits itu nanti ya”.

Dalam hayalan mereka, para imam mazhab berubah jadi bodoh. Bisanya hanya bikin mazhab tapi tidak tahu hadits shahih. Sekedar meneliti hadits, apakah shahih atau tidak saja, para imam mazhab itu tidak tahu. Malah lebih pintar orang di zaman kita sekarang, cukup masuk perpustakaan dan tiba-tiba bisa mengalahkan imam mazhab.

Cara penyesatan dan merusak Islam dari dalam degan modus seperti ini ternyata nyaris berhasil. Coba perhatikan persepsi orang-orang awam itu. Rata-rata mereka benci dengan keempat imam mazhab, karena dikesankan sebagai orang bodoh dalam hadits dan kerjaanya cuma menambah-nambahi agama.

_#sumber: Ust H Marhadi Muhayar, Lc. MA._

Fitnah

KISAH SEORANG HAMBA ALLAH YANG MEMFITNAH HABIB UMAR BIN HAFIDZ HAFIZAHULLAH.

"Habib... Maafkanlah saya yang telah memfitnah Habib dan ajarkan saya sesuatu yang boleh menghapuskan kesalahan saya ini.”Aku berusaha menjaga lisanku, tak ingin sedikitpun menyebarkan kebohongan dan menyinggung perasaan Habib lagi, detik kata hatiku.

Habib Umar tersenyum ..“Apa kau serius?” katanya.
Aku menganggukkan kepalaku dengan penuh keyakinan :“Saya serius, Habib.. Saya benar-benar ingin menebus kesalahan saya.”

Habib Umar terdiam beberapa saat. Ia tampak berfikir. Aku sudah membayangkan sebuah doa yang akan diajarkan oleh Habib Umar kepadaku, yang jika aku membacanya beberapa kali maka Allah akan mengampuni dosa-dosaku. Aku juga membayangkan satu perintah atau pekerjaan, atau apa saja yang boleh menebus kesalahan dan menghapuskan dosa-dosaku. Beberapa detik kemudian, Habib Umar mengucapkan sesuatu yang benar-benar di luar sangkaanku...

"Apakah kamu mempunyai sebuah bulu ayam (pengibas habuk) di rumahmu?”Aku benar-benar hairan kerana Habib Umar jestru menanyakan sesuatu yang tidak relevan untuk permintaanku tadi.“Maaf, Habib?” Aku berusaha untuk memahami maksud Habib Umar. Habib Umar tertawa, seperti Habib Umar yang biasanya. Di hujung tawanya, ia sedikit terbatuk sambil mengangguk-anggukkan kepalanya, ia menghampiriku,
"Ya, carikan satu bulu ayam yakni pengibas habuk di rumahmu,” katanya.

Nampaknya Habib Umar benar-benar serius dengan permintaannya.“Ya, saya ada bulu ayam yakni pengibas habuk di rumah, Habib. Apa yang harus saya lakukan dengannya?” aku bertanya minta kepastian.

Habib Umar tersenyum..,“Besok pagi, berjalanlah dari rumahmu ke pondokku,” katanya,“Berjalanlah sambil mencabut sehelai demi sehelai bulu-bulu dari pengibas habuk itu. Setiap kali kamu mencabut sehelai bulu, ingatkan setiap perkataan burukmu tentang aku, lalu jatuhkan di jalanan yang kamu lalui.”Aku hanya menganggukkan kepala dan aku tak akan membantahnya. Barangkali maksud Habib Umar adalah agar aku merenung semua kesalahan-kesalahanku. Dan dengan menjatuhkan bulu-bulunya satu per satu, maka kesalahan-kesalahan itu akan gugur diterbangkan oleh angin…
"Kau akan belajar sesuatu darinya,” kata Habib Umar Ada senyum yang sedikit memberi keyakinan di wajahku.

Keesokan harinya, aku menemui Habib Umar dengan sebuah pengibas habuk yang sudah tidak memiliki sehelai bulupun pada tangkainya. Aku segera menyerahkan batang pengibas habuk itu pada beliau.“Ini, Habib.., bulu-bulu dari pengibas habuk ini sudah saya jatuhkan satu per satu sepanjang perjalanan. Saya berjalan lebih dari 5 km dari rumah saya ke pondok ini. Saya mengingati semua perkataan buruk saya tentang Habib.

Saya menghitung betapa luasnya fitnah-fitnah saya tentang Habib yang sudah saya sebarkan kepada begitu banyak orang.... Maafkan saya, Habib. Maafkan saya…”

Habib Umar mengangguk-angguk sambil tersenyum. Ada kehangatan yang aku rasakan dari raut mukanya, lalu dia bersuara..,“Seperti aku katakan kemarin, aku sudah memaafkanmu. Barangkali kamu hanya khilaf dan hanya mengetahui sedikit tentangku. Tetapi kau harus belajar sesuatu...,” katanya.

Aku hanya terdiam mendengar perkataan Habib Umar yang lembut, menyejukkan hatiku.“Kini pulanglah...” kata Habib Umar.

Ketika aku baru saja hendak melangkah pulang sambil mencium tangannya, tetapi Habib Umar melanjutkan kata-katanya... "Pulanglah dengan kembali berjalan kaki dan menempuh jalan yang sama dengan saat kamu menuju ke pondokku tadi...”

Aku terkejut mendengarkan permintaan Habib Umar kali ini, apalagi mendengarkan "syarat" berikutnya:“Di sepanjang jalan kepulanganmu, pungutlah kembali bulu-bulu dari pengibas habuk tadi kau cabut satu per satu. Esok hari, laporkan kepadaku berapa banyak bulu yang dapat kamu kumpulkan.”Aku terdiam. Aku tak mungkin menolak permintaan Habib Umar.

"Kamu akan mempelajari sesuatu dari semua ini,” Habib Umar mengakhiri kata-katanya. Sepanjang perjalanan pulang, aku berusaha menemukan bulu-bulu dari pengibas habuk yang tadi kulepaskan di sepanjang jalan. Hari yang terik. Perjalanan yang melelahkan. Betapa sulit untukku menemukan bulu-bulu itu. Ia tentu saja telah ditiup angin, atau menempel di beberapa kenderaan yang sedang menuju kota yang jauh, atau disapu ke mana saja tempat yang kini tak mungkin aku ketahui.

Tapi aku harus menemukan bulu-bulu tersebut... Aku harus terus mencari di setiap sudut jalanan, lorong-lorong sempit, ke mana saja! Aku terus berjalan... Setelah berjam-jam, aku berdiri di depan rumahku dengan pakaian yang dibasahi keringat. Nafasku tercungap-cungap. Kerongkongku kering.

Di tanganku, kugenggam lima helai bulu pengibas habuk yang berhasil kutemukan di sepanjang perjalanan. Hari sudah menjelang petang. Dari ratusan bulu ayam yang ku cabut dan ku jatuhkan dalam perjalanan ketika pergi bertemu Habib, hanya lima helai yang berhasil kutemukan dan kupungut sepangjang perjalanan pulang. Ya, hanya lima helai. Lima helai...

Hari berikutnya aku menemui Habib Umar dengan wajah yang murung. Aku menyerahkan lima helai bulu ayam yang telah ku kutip itu pada Habib Umar : "Ini, Habib.., hanya ini saja yang berhasil saya temukan.” Aku membuka genggaman tanganku dan menyerahnnya pada Habib Umar.

Habib Umar tersenyum..., "Kini kamu telah belajar sesuatu,”katanya. Aku mengerutkan dahiku, ingin tahu.. "Apa yang telah aku pelajari, Habib?" Aku benar-benar tak mengerti.

"Tentang fitnah-fitnah itu,” jawab Habib Umar.

Tiba-tiba aku tersentak. Dadaku berdebar. Kepalaku mulai berkeringat.

"Bulu-bulu ayam yang kamu cabut dan kamu jatuhkan sepanjang perjalanan adalah fitnah-fitnah yang kamu sebarkan. Walaupun kamu benar-benar menyesali di atas perbuatanmu dan berusaha memperbaikinya, fitnah-fitnah itu telah menjadi bulu-bulu yang beterbangan entah kemana. Bulu-bulu itu adalah kata-katamu. Ia telah dibawa angin terbang ke mana saja, ke berbagai tempat yang tak mungkin dapat kamu duga... ke berbagai wilayah atau negara yang tak mungkin dapat kamu hitung!”

Tiba-tiba aku menggigil mendengarkan kata-kata Habib Umar. Seolah-olah ada satu hentakan pesawat yang paling dahsyat di dalam kepalaku. Seolah-olah ada tikaman mata pisau yang menghujam jantungku.

Aku ingin menangis sekeras-kerasnya. Aku ingin mencabut lidahku sendiri.“Bayangkan salah satu dari fitnah-fitnah itu suatu saat kembali pada dirimu sendiri... Barangkali kamu akan berusaha meluruskannya, karena kamu benar-benar merasa bersalah telah menyakiti orang lain dengan kata-katamu itu. Barangkali kamu tak ingin mendengarnya lagi. Tetapi kamu tak dapat menghentikan semua itu! Kata-katamu yang telah terlanjur tersebar dan terus disebarkan di luar kawalanmu, tak dapat kamu bungkus lagi dalam sebuah kotak besi untuk kamu kubur dalam-dalam sehingga tak ada orang lain lagi yang mendengarnya. Angin waktu telah mengabdikannya."

"Fitnah-fitnah itu telah menjadi dosa yang terus beranak-pinak tak ada penghujungnya. Agama menyebutnya sebagai dosa jariyah. Dosa yang terus berjalan di luar kawalan pelakunya... Maka tentang fitnah-fitnah itu, meskipun aku atau sesiapapun saja yang kamu fitnah telah memaafkanmu sepenuh hati, fitnah-fitnah itu terus mengalir hingga kau tak dapat membayangkan bila ianya akan berakhir.

Bahkan meskipun kau telah meninggal dunia, fitnah-fitnah itu terus hidup karena angin waktu telah membuatnya abadi. Maka kamu tak dapat menghitung lagi berapa banyak fitnah-fitnah itu telah memberatkan timbangan keburukanmu kelak.”

Tangisku benar-benar pecah. Aku tersungkur di lantai.“Astagfirulloh hal-adzhim… Astagfirullohal-adzhim… Astagfirulloh hal-adzhim…”Aku hanya mampu terus mengulangi istighfar. Dadaku gemuruh. Air mata menderas dari kedua hujung mataku.

“Ajarkanlah saya apa saja untuk membunuh fitnah-fitnah itu, Habib..... Ajaranlah saya! Ajarkanlah saya! Astaghfirullahalazim…” Aku terus menangis menyesali apa yang telah aku perbuat.

Habib Umar tertunduk sambil menitiskan air matanya.“Aku telah memaafkanmu setulus hatiku..., wahai anakku,” katanya.

"Kini, aku hanya mampu berdoa agar Allah mengampunimu, mengampuni kita semua. Kita harus percaya bahawa Allah, dengan kasih sayangnya, adalah Zat yang Maha terus menerus menerima taubat manusia... Innallooha tawwaabur-rahiim...”

Aku seperti disambar halilintar jutaan megawatt yang menggoncangkan batinku!
Aku ingin mengucapkan sejuta atau sebanyak-banyaknya istighfar untuk semua yang sudah kulakukan! Aku ingin membacakan doa apa saja untuk menghentikan fitnah-fitnah itu!

“Kini aku telah belajar sesuatu,”

Demikianlah sahabat dan saudaraku. Itulah sebab kenapa, fitnah itu "KEJAM". Lebih kejam dari pada pembunuhan
(Wallahu a'lam)

اللهم صلى على من  تفجر من اصابعه ماء النمير محمد  و على اله وصحبه هم اهل الخير

Wahabi Ingkar Sunnah

*BUKTI WAHABI INGKAR SUNNAH DAN KHAWARIJ AKHIR ZAMAN*
.
.
Wahabi malu jika di sebut wahabi.Mereka Alergi jika di sebut wahabi hingga kemudian mereka membuat penamaan SAMARAN dgn nama *AHLU SUNNAH,MANHAJ SALAF,AL QHUROBA,SALAFI DAN ENTAH APALAGI*
.
Cuma sering saya katakan bahwa apapun penamaan mereka maka satu hal yg menjadi *PATOKAN* mengenali mereka :
.
1.Sumber rujukan mereka tetap dari Muhammad bin abdul wahab pendiri wahabi.
.
2.Dalam banyak kajian tetap merujuk pada pendapat syaikh usmain,syaikh bin baz ,syaikh albani dan beberapa tokoh utamanya.
.
Karena khas mereka ini sama sekali tdk akan berubah maka di pastikan bagi mereka yang selalu merujuk pada ulama di atas,100% adalah golongan Wahabbiyah walaupun sejuta nama mereka buat untuk mengelabui orang awam.
.
*INGATI SELALU KHAS MEREKA DIATAS*
.
Saya mau buktikan bahwa mereka yg mengaku ahlu sunnah ini justru *golongan KHAWARIJ dan INGKAR SUNNAH*
.
Perintah UTAMA sebelum memahami syariat ajaran islam adalah menentukan golongan yg wajib kita ikuti.
.
Setelah golongan kita jelas,barulah kita mengikuti petunjuk ahli ulama dalam golongan kita,bagaimana syariat islam yang benar semisal ilmu ushul dan akidah.
.
Jadi jangan dulu langsung lompat mengikuti Firqoh tertentu dgn alasan merasa paling benar.artinya benerkan dulu golongan yg kita ikuti sebab jika salah mengikuti golongan maka kebenaran apapun akan tetap salah.
.
Ibarat kereta api jika kepala lokomotipnya salah maka semua gerbong ikut ditarik ketempat yg salah !
.
Amal ibadahpun demikian,jika Sholat saja salah maka seluruh amal ibadah juga ikutan salah.krn pertanyaan pertama adalah sholat.
.
Dan terkait golongan maka ketika kelak di akherat maka yang pertama kali dicari adalah golongan mana kita ikuti sehingga nabipun bertanya " *"mana jema'ahku mana jema'ahku"*
.
Nah bicara wahabi,benarkah mereka ikut jema'ah Rasulullah atau ikut jemaah muhammad bin abdul wahab ?
.
Perhatikan bukti hal hal berikut dimana mereka terbukti menolak printah Rasulullah.
.
Tahukah anda bahwa Bidah pertama kali di dunia ini..adalah bidah khawarij..kemudian syiah..dll sampai akhirnya bidah wahabi.
.
Apa sebab ?
.
Zaman nabi cuma satu golongan yakni as sawad al adzhom.atau jemaah mayoritas.atau di kenal ahlu sunnah wal jamaah atau di sebut aswaja.
.
Kemudian muncul khawarij.
.
*Khawarij akar kata KHARAJA  alias ORANG YANG KELUAR DARI JEMAAH*.
.

Khawarij menyalahi printah nabi untuk tidak keluar dari jemaah tetapi khawarij keluar bahkan menentang Rasulullah. Inilah bidah pertama kali. dan Siapa yg keluar dari jemaah maka ia KHAWARIJ.
.
Pertanyaannya :
.
*Apakah wahabi termasuk khawarij ?*
.
Jawabnya *"IYA"* Sebab keluar dari jema'ah mayoritas sebagaimana khawarij masa lalu.
.
Wahabi terbukti melanggar printah Rasulullah untuk tetap pada kelompok mayoritas bahkan membuat golongan baru alias *golongan BIDAH* yg tidak pernah di anjurkan Rasulullah.
.
*DALIL BUKTI WAHABI INGKAR SUNNAH*
.
1. Dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda:
.
ﻭَﺇﻥّ ﻫﺬِﻩ ﺍﻟِﻤﻠّﺔَ ﺳَﺘَﻔْﺘَﺮِﻕُ ﻋَﻠَﻰ ﺛَﻠَﺎﺙٍ ﻭَﺳَﺒْﻌِﻴْﻦَ، ﺛِﻨْﺘَﺎﻥِ ﻭَﺳَﺒْﻌُﻮﻥَ ﻓِﻲ ﺍﻟﻨّﺎﺭِ ﻭَﻭَﺍﺣِﺪَﺓٌ ﻓِﻲ ﺍﻟﺠَﻨّﺔِ ﻭَﻫِﻲَ ﺍﻟﺠَﻤَﺎﻋَﺔ ‏(ﺭَﻭﺍﻩﺃﺑُﻮ ﺩَﺍﻭُﺩ )
.
Maknanya: “Dan sesungguhnya umat ini akan terpecah menjadi 73 golongan, 72 di antaranya di dalam neraka, dan hanya satu di dalam surga yaitu al-Jama’ah”. (HR. Abu Dawud).
.
*HADITS TDK ADA PERINTAH IKUTILAH WAHABI*.
.
2.Lihat printah Rasulullah dalam haditsnya, sebagai berikut:
.
ﺃُﻭْﺻِﻴْﻜُﻢْ ﺑﺄﺻْﺤَﺎﺑِﻲ ﺛﻢّ ﺍﻟّﺬِﻳْﻦَ ﻳَﻠُﻮْﻧَﻬُﻢْ ﺛﻢّ ﺍﻟّﺬِﻳْﻦَ ﻳَﻠُﻮْﻧَﻬُﻢْ، ‏( ﻭﻓﻴْﻪ‏) : ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺑﺎﻟﺠَﻤَﺎﻋَﺔِ ﻭَﺇﻳّﺎﻛُﻢْ ﻭَﺍﻟﻔُﺮْﻗَﺔَ ﻓَﺈﻥّ ﺍﻟﺸّﻴْﻄﺎَﻥَ ﻣَﻊَﺍﻟﻮَﺍﺣِﺪِ ﻭَﻫُﻮَ ﻣِﻦَ ﺍﻻﺛْﻨَﻴْﻦِ ﺃﺑْﻌَﺪ، ﻓَﻤَﻦْ ﺃﺭَﺍﺩَ ﺑُﺤْﺒُﻮْﺣَﺔَ ﺍﻟْﺠَﻨّﺔِ ﻓَﻠْﻴَﻠْﺰَﻡِ ﺍﻟْﺠَﻤَﺎﻋَﺔَ ‏(ﺭَﻭﺍﻩُ ﺍﻟﺘّﺮﻣِﺬﻱّ ﻭَﻗﺎﻝَ ﺣﺴَﻦٌ ﺻَﺤﻴْﺢٌ،ﻭﺻَﺤّﺤَﻪ ﺍﻟﺤَﺎﻛِﻢ )
.
Maknanya: “Aku berwasiat kepada kalian untuk mengikuti sahabat- sahabatku, kemudian orang-orang yang datang sesudah mereka, kemudian orang-orang yang datang sesudah mereka”. Dan termasuk
dalam rangkaian hadits ini: “Hendaklah kalian berpegang kepada mayoritas (al-Jamâ’ah) dan jauhilah perpecahan, *karena setan akan menyertai orang yang menyendiri. Dia (Setan) dari dua orang akan lebih jauh*. Maka barangsiapa menginginkan tempat lapang di surga
hendaklah ia berpegang teguh kepada (keyakinan) al-Jamâ’ah"
.
(HR. at- Tirmidzi. Ia berkata: Hadits ini Hasan Shahih. Hadits ini juga dishahihkan oleh al-Imâm al-Hakim).
.
*HADITS INI TERBUKTI WAHABI MENYENDIRI ALIAS GOLONGAN SEDIKIT*.
.
3.Perhatikan Rasulullah bersabda:
.
ﺧَﻴْﺮُ ﺍﻟﻘُﺮُﻭْﻥِ ﻗَﺮْﻧِﻲْ ﺛُﻢَّ ﺍﻟّﺬِﻳْﻦَ ﻳَﻠُﻮْﻧَﻬُﻢْ ﺛُﻢَّ ﺍﻟّﺬِﻳْﻦَ ﻳَﻠُﻮْﻧَﻬُﻢْ ‏(ﺭَﻭَﺍﻩُ ﺍﻟﺘّﺮﻣِﺬِﻱّ )
.
Maknanya: “Sebaik-baik abad adalah abad-ku (periode sahabat
Rasulullah), kemudian abad sesudah mereka (periode Tabi’in), dan kemudian abad sesudah mereka (periode Tabi’i at-Tabi’in)” (HR. at- Tirmidzi).
.
*DALAM HADITS INI TIDAK SATUPUN TIGA GENERASI DIATAS WAHABI*
.
4.Lihat hadits sahih berikut :
.

ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺍﻟﻌﺒﺎﺱ ﺑﻦ ﻋﺜﻤﺎﻥ ﺍﻟﺪﻣﺸﻘﻲ . ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺍﻟﻮﻟﻴﺪ ﺑﻦ ﻣﺴﻠﻢ . ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻣﻌﺎﺫ ﺑﻦ ﺭﻓﺎﻋﺔﺍﻟﺴﻼﻣﻲ . ﺣﺪﺛﻨﻲ ﺃﺑﻮ ﺧﻠﻒ ﺍﻷﻋﻤﻰ ﻗﺎﻝ ﺳﻤﻌﺖ ﺃﻧﺲ ﺑﻦ ﻣﺎﻟﻚ ﻳﻘﻮﻝ ﺳﻤﻌﺖ ﺭﺳﻮﻝﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ : ﻳﻘﻮﻝ ﺇﻥ ﺃﻣﺘﻲ ﻻ ﺗﺠﺘﻤﻊ ﻋﻠﻰ ﺿﻼﻟﺔ . ﻓﺈﺫﺍ ﺭﺃﻳﺘﻢ
ﺍﺧﺘﻼﻓﺎ ﻓﻌﻠﻴﻜﻢ ﺑﺎﻟﺴﻮﺍﺩ ﺍﻷﻋﻈﻢ
.
“Sesungguhnya umatku tidak akan bersepakat pada kesesatan. Oleh karena itu, apabila kalian melihat terjadi perselisihan maka ikutilah kelompok mayoritas (as-sawad al a’zham).”
.
(HR. Ibnu Majah, Abdullah bin Hamid, at Tabrani, al Lalika’i, Abu Nu’aim. Menurut Al Hafidz As Suyuthi dalam Jamius Shoghir, ini adalah hadits Shohih)
.
*WAHABI JUSTRU KEBALIKAN.IKUT GOLONGAN MINORITAS*
.
5.Lihat hadits yang
masyhur dan shohih berikut ini :
.
ﺍﺧﺘﻠﻔﺖ ﺍﻟﻴﻬﻮﺩ ﻋﻠﻰ ﺇﺣﺪﻯ ﻭﺳﺒﻌﻴﻦ ﻓﺮﻗﺔ ﺳﺒﻌﻴﻦ ﻣﻦ ﺍﻟﻨﺎﺭ ﻭﻭﺍﺣﺪﺓ ﻓﻲ ﺍﻟﺠﻨﺔﻭﺍﺧﺘﻠﻔﺖ ﺍﻟﻨﺼﺎﺭﻯ ﻋﻠﻰ ﺍﺛﻨﺘﻴﻦ ﻭﺳﺒﻌﻴﻦ ﻓﺮﻗﺔ ﺇﺣﺪﻯ ﻭﺳﺒﻌﻮﻥ ﻓﺮﻗﺔ ﻓﻲ ﺍﻟﻨﺎﺭ ﻭﻭﺍﺣﺪﺓﻓﻲ ﺍﻟﺠﻨﺔ ﻭﺗﺨﺘﻠﻒ ﻫﺬﻩ ﺍﻷﻣﺔ ﻋﻠﻰ ﺛﻼﺙ ﻭﺳﺒﻌﻴﻦ ﻓﺮﻗﺔ ﺍﺛﻨﺘﺎﻥ ﻭﺳﺒﻌﻮﻥ ﻓﻲ ﺍﻟﻨﺎﺭ
ﻭﻭﺍﺣﺪﺓ ﻓﻲ ﺍﻟﺠﻨﺔ ﻓﻘﻠﻨﺎ : ﺍﻧﻌﺘﻬﻢ ﻟﻨﺎ ﻗﺎﻝ : ﺍﻟﺴﻮﺍﺩﺍﻷﻋﻈﻢ

.
“Umat Yahudi terpecah menjadi 71 firqoh, 70 firqoh di neraka dan 1 firqoh di surga. Umat Nashoro terpecah menjadi 72 firqoh , 71 firqoh di neraka dan 1 firqoh di
surga. Umat ini akan terpecah menjadi 73 firqoh, 72 firqoh
di neraka dan 1 firqoh di surga.”
.
Kami (para sahabat) bertanya, “Tunjukkan sifatnya untuk
kami.” Beliau menjawab, “As-Sawad Al-A’zhom.”
.
Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dalam Al-Kabir juz 8 hal.
273 nomor 8.051. Al-Haitsami berkata, “Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan At-Tirmidzi secara ringkas. Juga diriwayatkan oleh Ath- Thabrani dan rijalnya tsiqoh.” (Majma’ Az-Zawaid juz 6
hal. 350 nomor 10.436)
.
*DALAM HADITS INI WAHABI TERBUKTI KELUAR DARI AS SAWAD AL A'ZHOM*
.
6.Lihat  hadits shohih berikut ini:
.
ﻗﺎﻝ ﺃﺑﻮ ﺃﻣﺎﻣﺔ ﺍﻟﺒﺎﻫﻠﻲ : ﻋﻠﻴﻜﻢ ﺑﺎﻟﺴﻮﺍﺩ ﺍﻷﻋﻈﻢ
ﺭﻭﺍﻩ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﻦ ﺃﺣﻤﺪ ﻭﺍﻟﺒﺰﺍﺭ ﻭﺍﻟﻄﺒﺮﺍﻧﻲ ﻭﺭﺟﺎﻟﻬﻤﺎ ﺛﻘﺎﺕ.
.
Abu Umamah Al-Bahili berkata, “Hendaknya kalian bersama As-Sawad Al-A’zhom. (golongan mayoritas umat Islam)”. Diriwayatkan oleh Abdullah bin Ahmad dan Al- Bazzar dan Ath-Thabrani, rijal mereka berdua tsiqoh. (Lihat Majma’uz Zawaid nomor 9.097)
.
Menurut al-Hafidz al-Muhaddits Imam Suyuthi, As-Sawad Al-A’zham merupakan mayoritas umat Islam. Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Atsqalani menukil perkataan
Imam Ath-Thabari mengenai makna kata “jamaah” dalam
hadits Bukhari yang berbunyi, “Hendaknya kalian bersama jamaah”, beliau berkata, “Jamaah adalah As- Sawad Al-A’zham.” (Lihat Fathul Bari juz 13 hal. 37)..
.
Ibnu Hajar al-Atsqalani pun memaknai “Jama’ah” sebagai
As-Sawad Al-A’zham (mayoritas umat Islam).
.
*HADITS INI JUSTRU WAHABI SAMA SEKALI TIDAK IKUT GOLONGAN MAYORITAS*
.
7.lihat hadits sbb :
.
ﻻ ﻳﺠﻤﻊ ﺍﻟﻠﻪ ﺃﻣﺮ ﺃﻣﺘﻰ ﻋﻠﻰ ﺿﻼﻟﺔ ﺃﺑﺪﺍﺍﺗﺒﻌﻮﺍ ﺍﻟﺴﻮﺍﺩ ﺍﻷﻋﻈﻢ ﻳﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺠﻤﺎﻋﺔ ﻣﻦﺷﺬ ﺷﺬ ﻓﻰ ﺍﻟﻨﺎﺭ
.
"Allah tdk akan membiarkan ummatku dlm kesesatan,
selamanya. Ikutilah As-Sawad Al-A'zhom Tangan Allah bersama jamaah. Barang siapa menyendiri, ia akan menyendiri dlm neraka".
.
Diriwayatkan oleh Al-Hakim dari Ibnu Abbas 1/202 nomor
398& dari Ibnu Umar 1/199 nomor 391. (Jami'ul Ahadits: 17515)
.
*WAHABI JUSTRU KELOMPOK MENYENDIRI*
.
8.lihat Firman Allah sbb :
.
”Dan berpeganglah kamu kepada tali Allah dan janganlah kamu bercerai-berai.” (Qs.Ali imran:103)
.
*WAHABI TERBUKTI BERCERAI BERAI DARI PAHAM MAYORITAS*.

9.Lihat hadits berikut :
.
Dua orang lebih baik dari seorang dan tiga orang lebih
baik dari dua orang, dan empat orang lebih baik dari
tiga orang. Tetaplah kamu dalam jamaah. Sesungguhnya Allah Azza wajalla tidak akan
mempersatukan umatku kecuali dalam petunjuk (hidayah) (HR. Abu Dawud)
.
*WAHABI JUSTRU MEMILIH YANG SEDIKIT*
.
.
Perhatikan lagi hal hal sbb :
.
Menukil perkataan Imam Thabari rahimahullah yang menyatakan: “ Berkata kaum (yakni para ulama), bahwa jama’ah adalah as-sawadul a’zham (mayoritas
kaum muslim) “ Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
bersabda “Sesungguhnya umatku tidak akan bersepakat
pada kesesatan. Oleh karena itu, apabila kalian melihat terjadi perselisihan maka ikutilah as-sawad al a’zham (mayoritas kaum muslim). ” (HR.Ibnu Majah, Abdullah bin Hamid,at Tabrani, al Lalika’i, Abu Nu’aim. Menurut Al
Hafidz As Suyuthi dalam Jamius Shoghir, ini adalah hadits
Shohih)
.
Al-jama’ah adalah al-Sawad al-A’dham (kelompok.mayor
itas umat Islam), sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Abu Ghalib bahwa sesungguhnya al-Sawad al- A’dham adalah kelompok yang selamat.
.
Para tokoh yang berpendapat demikian diantaranya adalah
Abu Mas’ud al-Anshari dan Ibnu Mas’ud. Ketika terjadi
peristiwa terbunuhnya shahabat Utsman bin Affan, Abu Mas’ud ditanya tentang peristiwa itu, maka beliau berkata:
.
“Berpeganglah kalian kepada al-Jama’ah, karena sesungguhnya Allah SWT tidak akan menyepakatkan umat
Muhammad SAW pada kesesatan.”
.
Berdasarkan pendapat ini yang termasuk dalam kategori
al-Jama’ah adalah para imam mujtahid umat ini serta para
ulama mereka.
.
Wahabi jelas  bukan jamaah mayoritas..bahkan tingkah
lakunya menyelisih mayoritas umat.bagaimana mau di
sebut golongan selamat jk hadits di atas tdk mereka
ikuti ? yg mana sesuai sunnah ?
.
Wahabi ini mesti di pertanyakan lagi mengapa seakan menolak printah Rasulullah agar ikut paham mayoritas bahkan mereka buat golongan baru ( bidah).
.
*MAKNA AL QHUROBA*
.
Ada wahabi yang mungkin tetap yakin bahwa golongan sedikit macam mereka adalah golongan selamat dan mereka bangga melabelkan diri AL QHUROBA
.
Benarkah ?
.
Al qhuroba bukan di artikan grombolan minoritas macam
wahabi .tetapi golongan kecil di tengah kaum kafir.
.
hadits yg menyebutkan bahwa Yahudi pecah 71 golongan.Kristen..72 golongan dan Islam 73 golongan satu yg selamat adalah justru menjelaskan makna al qhuroba sebenarnya.
.
Perhatikan jumlah golongan ahli neraka : 71 +72+72.
.
Jumlah itu adalah paling banyak dari golongan sesat..karena hanya satu yang selamat dan tentu kalah jumlah.
.
Itu sebabnya Rasuluullah memerintahkan ikuti jemaah mayoritas sebab walau di kumpulkan seluruh
umat islam di bawah panji as sawad al a'zhom maka
tetaplah golongan sedikit dibanding semua golongan sesat itu.
.
itulah makna al ghuroba sebenarnya
bukanya golongan sedikit di tengah umat islam tetapi golongan sedikit dari semua golongan ahli neraka !
.
Kalau wahabi berpikir dirinya AL Qhuroba di tengah umat islam,
Maka Si nabi Palsu musadeg,LGBT,LDII dan lain lain jauh lebih dikit  ketimbang wahabi !.
.
ngaji kalau terjemah,tekstual apalagi asal ijtihad
sendiri ujungnya ngawur merasa Al qhuroba ditengah umat islam padahal justru Rasulullah memerinthkan persatuan karena  umat islam itu Al qhuroba ditengah kaum kafir.
.
Dari uraian diatas jelas bahwa wahabi adalah golongan INGKAR SUNNAH,KHAWARIJ tetapi mengaku ahli sunnah bahkan dgn PEDE nya mengaku sesuai quran dan hadits shoheh padahal hadits hadits diatas saja mereka malahan Tidak mereka ikuti !
.
*WAHABI PEMBOHONG BESAR*
.
Satu saran dari saya bagi pengekor wahabi awam,TAUBAT DAN KELUAR SAJA dari golongan khawarij wahabi jika mau selamat. Printah nabi jelas jadi tidak usah latah Merasa paling benar,paling alim macam khawarij masa Rasulullah yang di cap AHLUL BIDAH karena bikin golongan baru macam wahabi.

Dalil bermadzhab

Wahabi talaf..yg taklid pada albani..sering mengatakan ulama gak maksum..pada umumnya wahabi talafi ga mau ber madhab...by  Kanjeng Senopati Ing'alogo

*12 DALIL MENGAPA KITA BERMAZHAB*
_*[ Ikut Ulama Mazhab ]*_

_*السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ ٱللَّــــــــــهِ وَبَرَكَاتُه*ُ_
_*بِسۡـــــــــمِ ٱللَّــــــــــهِ ٱلرَّحۡـمَـٰنِ ٱلرَّحِـــــــيمِ*_

*- اَللَّهُمَّ أَجِرْنِي مِنَ النَّارِ*
*- اَللَّهُمَّ أَجِرْنِي مِنَ النَّارِ*
*- اَللَّهُمَّ أَجِرْنِي مِنَ النَّارِ*

_Segala puji bagi Allah سبحانه وتعالى pencipta langit dan bumi, pencipta cahaya dan kegelapan, yang mengumpulkan para makhluk di hari perhitungan, hari kemenangan bagi orang yang berbuat baik dan kesengsaraan bagi ahli maksiat. Aku bersaksi bahawa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenar-benarnya melainkan Allah سبحانه وتعالى tiada sekutu baginya, dengan persaksian yang bakal membawa kepada kebahagiaan di hari kiamat._

*إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا*

*اللَّهُــــــــمّے صَــــــلٌ علَےَ سيدنا مُحمَّــــــــدْ و علَےَ آل سيدنا مُحمَّــــــــدْ كما صَــــــلٌيت علَےَ سيدنا إِبْرَﺍﻫِﻴﻢَ و علَےَآل سيدنا إِبْرَاهِيمَ وبارك علَےَ سيدنا مُحمَّــــــــدْ و علَےَ آل سيدنا مُحمَّــــــــد كما باركت علَےَ سيدنا إِبْرَاهِيمَ و علَےَ آل سيدنا إِبْرَاهِيمَ فى الْعَالَمِينَ إنك حميد مجيد*

_Selawat serta salam buat junjungan mulia Nabi Muhammad ﷺ. keluarga serta para sahabat, pengikut-pengikut sahabat dan mereka yang istiqamah menuruti baginda dari masa kesemasa hingga ke hari kiamat._

_Sedekahkanlah Al Fatihah kpd ibu bapa kita, keluarga dan muslimin muslimat yg masih hidup maupun yang telah kembali ke rahmatullah.._.
*AlFatihah...*

*بِسۡـــــــــمِ ٱللَّــــــــــهِ ٱلرَّحۡـمَـٰنِ ٱلرَّحِـــــــيمِ*

*الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ*
*الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ*
*مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ*
*إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ*
*اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْـمُسْتَقِيمَ*
*صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ*
*غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ*
*آمِين*

_“Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dari nafsu yang tidak pernah kenyang, dan dari doa yang tidak dikabulkan.”_
(HR Muslim ..4899)

Sahabatku kaum muslimin yang dirahmati Allah سبحانه وتعالى  sekalian............

*12 DALIL MENGAPA KITA BERMAZHAB*
_*[ Ikut Ulama Mazhab ]*_

Artikel ini adalah sebagai hujah untuk menguatkan pendapat dibolehkannya kita bermazhab dalam Fiqh dan juga sebagai jawaban bagi orang2 yang merasa tidak perlu atau menolak mazhab. Berikut setidaknya 12 dalil kita dibolehkan bermazhab atau mengikut salah satu daripada empat mazhab yang muktabar iaitu Mazhab Syafi’i,  Maliki, Hanafi dan Hambali. Antaranya adalah...

*■● DALIL PERTAMA ●■*

Memang sudah ada isyarat daripada Hadis Rasulullah:

Sebaik-baik manusia ialah yang berada di kurun aku, kemudian mereka yang selepas kurun itu, kemudian mereka yang mengiringi kurun itu pula. (Riwayat Al Bukhari dan Muslim)

Rasulullah SAW menyebut bahawa umat Islam sekitar tiga kurun itu secara majoritinya adalah baik-baik, soleh-soleh bahkan sebahagian daripadanya bertaraf muqarrobin. Mereka inilah yang dikatakan salafussoleh (orang soleh zaman dahulu). Manakala umat Islam selepas 300 tahun itu hinggalah ke zaman kita ini dikatakan khalputtoleh (orang-orang jahat yang kemudian). Ertinya umat Islam selepas 300 tahun itu secara majoritinya jahat-jahat; yang baik-baik terlalu sedikit.

Manakala keempat-empat Imam Mazhab tersebut hidup  pada sekitar tiga kurun selepas Rasulullah SAW. Imam Hanafi dan Imam Malik hidup pada kurun yang pertama lagi; masing-masing lahir pada tahun 80 dan 93 Hijrah. Sementara Imam Syafi’i (lahir 150 Hijrah) dan Imam Hambali (lahir 164 Hijrah) berada pada akhir kurun kedua sehingga kurun yang ketiga. Sedangkan menurut Hadis tadi, secara umum umat Islam sekitar tiga kurun itulah yang patut menjadi ikutan kita. Sunnah mereka, tradisi mereka, kebudayaan mereka dan lain-lain menjadi ikutan kita. Betapalah pula Imam-Imam Mazhab yang telah disebutkan tadi. Mereka bukan sahaja ulama pilihan di kalangan para ulama di zaman itu, tetapi mereka juga merupakan ulama yang soleh, warak, kuat beribadah, tegas memegang hukum, bebas (tidak makan gaji atau terikat dengan tugas rasmi). Bahkan mereka menjadi ikutan para ulama dan orang-orang awam dari zaman tersebut hingga ke hari ini. Maka lebih-lebih patut dan lojik mereka itu menjadi ikutan kita.

*■● DALIL KEDUA ●■*

Jangan pula menganggap bahawa bila seseorang mengikut salah satu daripada empat mazhab tadi, maka dia tidak mengikut Al Quran dan Hadis. Kerana keempat-empat Imam Mazhab tersebut telah pun mengikut Al Quran dan Hadis. Mereka mengistinbatkan hukum atau mengeluarkan hukum daripada Al Quran dan Hadis. Ini memberi erti mereka mengikut Al Quran dan Hadis. Oleh itu kita tidak boleh menganggap imam-imam tersebut tidak mengikut Al Quran dan Hadis. Jangan pula kita anggap mereka mengeluarkan hukum hanya berdasarkan fikiran mereka semata-mata.

Buktinya, Imam Malik di samping merujuk pada Al Quran, beliau juga mempunyai sebuah kitab Hadis yang bernama Al Muwaththa’. Kitab ini merupakan kitab Hadis yang pertama, lebih dahulu daripada Sahih Bukhari, Sahih Muslim dan kitab-kitab Hadis yang lain. Ia mengandungi lebih 10,000 buah Hadis. Oleh yang demikian bila Imam Malik mengeluarkan hukum ataupun fatwa, di samping merujuk kepada AI Quran , dia juga merujuk Hadis-Hadis dalam kitab Al Muwaththa’nya itu. Mana boleh dikatakan Imam Malik tidak mengikut Hadis. Ini satu tuduhan yang tidak sepatutnya dilemparkan kepada seorang ulama besar. Bahkan mengikut riwayat, Imam Syafi’i pernah membuat pengakuan yang beliau telah pun menghafal kitab tersebut sebelum berguru dengan Imam Malik. Apabila bertemu, Imam Malik terkejut, lantas menyuruh Imam Syafi’i membaca dari awal hingga ke akhir tanpa melihat kitabnya.

Imam Hanafi juga ada mempunyai kitab Hadis yang bernama Al Wasif. Bila Imam Hanafi diminta mengeluarkan hukum atau memberi fatwa, beliau berfatwa berdasarkan Al Quran dan Hadis yang ada dalam kitab Al Wasif. Imam Syafi’i pula terkenal dengan kitab Al Umm, yang ditulis oleh murid kanannya yang bernama Ar Rabi’. Oleh itu Imam Syafi’I mengistinbatkan hukum, selain daripada Al Quran, juga daripada Hadis yang terdapat dalam Al Umm. Begitu juga dengan Imam Hambali (Ahmad bin Hambal). Beliau mempunyai kitab Hadis yang terkenal dengan Al Musnad. Tak kurang daripada 35,000 Hadis terkandung di dalamnya.

Di sini nyatalah keempat-empat Imam Mazhab ini, apabila memberi fatwa atau berijtihad atau mengeluarkan hukum, mereka merujuk kepada Al Quran dan Hadis Rasulullah SAW. Kalau ada orang-orang di belakang termasuk kita, mengikut salah satu daripada Imam-Imam Mazhab itu, ertinya mengikut orang yang telah mengikut Al Quran dan Hadis. Tidak boleh dikatakan mengikut mana-mana mazhab ini tidak mengikut Al Quran dan Hadis. Cuma orang-orang yang bertaqlid macam kita ini tidak tahu ayat Quran mana yang dipakai oleh mereka atau Hadis mana digunakan oleh mereka. Kerana kita ini adalah muqallidi atau pengikut. Tetapi mereka tahu nas yang mana mereka gunakan sama ada dari Al Quran atau Sunnah Rasulullah SAW.

*■● DALIL KETIGA ●■*

ALLAH telah mengisyaratkan kepada kita melalui Al Quranul Karim, kalau kita tidak tahu kerana kita bukan orang alim, kena bertanya kepada orang yang tahu atau yang alim. Ertinya pandangan-pandangan orang alim itu eloklah menjadi pegangan dan ikutan kita. Kerana mereka lebih tahu daripada kita. Firman ALLAH:

_*"Bertanyalah kepada ahli ilmu (alim ulama; orang yang tahu) kalau kamu tidak mengetahui."*_
(An Nahl: 43)

Imam-imam yang empat tadi patut menjadi ikutan kita. Dan patut pula kita tanyakan fatwa-fatwa mereka. Kalau mereka sudah tiada lagi, ada kitab-kitab yang ditinggalkan oleh mereka. Bahkan kitab-kitab mereka itu telah pun dihurai dan dijelaskan lagi oleh ulama-ulama di belakang mereka. Kalau kita ikut mana-mana mazhab yang empat itu, bererti kita tidak terkeluar daripada apa yang dianjurkan oleh ALLAH dan Rasul.

*■● DALIL KEEMPAT ●■*

Banyak orang tidak sedar pembuku-pembuku Hadis atau perawi-perawi Hadis seperti Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Daud, Imam Tarmizi dan lain-lain lagi, walaupun mereka mengumpulkan dan menilai Hadis tetapi dari segi kefahaman atau dalam mengeluarkan hukum, mereka juga bersandar dengan Imam-Imam Mazhab. Walaupun Hadis ada di hadapan mereka tetapi mereka tetap mengikut dan berpegang dengan kefahaman yang ada pada Imam Mazhab terutamanya Imam Syafi’i. Umpamanya Imam Bukhari, Imam Muslim dan Imam Tarmizi adalah bermazhab Syafi’i.

Kalaulah Imam-Imam Hadis itu pun mengikut Imam Syafi’i, siapakah kita ini sekiranya tidak mahu mengikut imam mana-mana mazhab seperti Mazhab Syafi’i? Jangan pula asalkan bertemu Hadis kita sangka sudah ikut Hadis. Untuk  mengeluarkan hukum, mampukah kita? Sedangkan Imam- Imam Hadis itu pun menyandarkan kefahaman mereka kepada Imam-Imam Mazhab. Padahal kebanyakan mereka itu hidup pada sekitar 300 tahun daripada Rasulullah SAW serta menjadi ikutan sebahagian ulama dan orang awam di waktu itu.

*■● DALIL KELIMA ●■*

Kalaulah imam-imam seperti Imam Bukhari, Imam Muslim yang terkenal kewarakannya, Hadis-Hadis mereka menjadi sandaran orang-orang kemudian, juga mengikut mazhab, maka tidak hairanlah ulama-ulama besar selepas 300 tahun mengikut salah satu daripada mazhab-mazhab yang empat itu tadi. Abu Hassan Al Asyaari – mujaddid kurun ketiga, penyusun kaedah kitab usuluddin, bermazhab Syafi’i; Imam Al Ghazali, ulama besar dan mujaddid kurun kelima yang terkenal dengan kitab Ihya Ulumiddin, juga bermazhab Syafi’i; Imam Sayuti – mujaddid kurun kesembilan, Syeikh Ibnu Hajar, Syeikh Ramli, Imam Subki, Syeikh Zakaria Ansori, Imam Nawawi, Imam Sya’rani juga bermazhab Syafi’i. Walaupun mereka ini semuanya bertaraf mujtahidin, mempunyai kitab-kitab yang besar dan layak berijtihad, namun mereka juga bermazhab.

*■● DALIL KEENAM ●■*

Ada keterangan dari Hadis Rasulullah SAW:

_*"Sesungguhnya ALLAH Azza Wajalla tidak akan mencabut ilmu dari seseorang manusia selepas diberikan kepadanya. Akan tetapi dicabut (ilmu itu dengan dimatikan para ulama. Setiap kali matinya ulama ikutlah ilmu itu bersamanya sehinggalah (satu ketika tiada lagi ulama) kecuali pemimpin (ulama) yang jahil. Jika ditanya hukum, mereka akan memberi fatwa tanpa ilmu, mereka sesat lalu menyesatkan orang lain."*_
(Riwayat Al Bukhari dan Muslim)

Sabdanya lagi:

_*"Tidaklah datang satu tahun atau hari kepada kamu melainkan hari yang selepasnya itu lebih buruk dari sebelumnya sehingalah kamu semua bertemu ALLAH."*_
(Riwayat Al Bukhari, Ahmad dan Ibnu Majah)

Yang dimaksudkan di sini ialah ilmu agama, bukan ilmu dunia. Kurangnya ilmu itu oleh kerana para ulama ramai yang dimatikan. Kalau ada pun para mama, mereka sudah tidak berminat lagi untuk memperdalamkan ilmunya. Para ulama rasmi sudah seronok makan gaji dan ulama swasta pula sibuk dengan hidup. Selepas dapat degri, mereka tidak mengkaji dan membaca lagi lebih-lebih lagi bila makan gaji. Akhirnya tinggallah orang-orang jahil dibandingkan mereka tadi yang dianggap ulama oleh masyarakat. Mungkin juga mereka dianggap ulama kerana sudah tidak ada lagi ulama di masa itu. Bila tidak ada, maka belalang pun dianggap helang.

Ada juga isyarat Hadis yang lain bahawa di akhir zaman nanti akan berlaku ilmu Islam semakin habis walaupun ilmu dunia semakin berkembang. Begitu juga akan berlaku, mubaligh- mubaligh ramai, ulamanya sedikit. Lebih-lebih lagi sukar hendak mencari guru yang mursyid.

Oleh itu orang yang dipanggil ulama pada akhir zaman ini tentulah tidak sama kualitinya, ilmunya, waraknya dan lain-lain lagi, dibandingkan dengan ulama-ulama di zaman dahulu. Lebih-lebih lagi terlalu jauh bandingannya dengan ulama-ulama di sekitar 300 tahun selepas Rasulullah SAW. Kalau kita mengikut ulama sekarang yang katanya mengikut Al Quran dan Hadis sahaja, tanpa bersandar dengan mana-mana ulama mujtahidin, ertinya kita mengikut orang yang kurang ilmunya. Oleh kerana kurang ilmunya tentulah dia tidak mampu mengorek isi-isi yang tersirat dari Al Quran dan Hadis. Maka sewajiblah dia juga mengikut Imam-Imam Mazhab yang empat tadi.

*■● DALIL KETUJUH ●■*

Memang menjadi Sunnatullah sejak Nabi Adam a.s. sehingga ke akhir zaman, orang yang jahil tentang ilmu Islam lebih ramai daripada orang alim, walaupun sebenarnya ramai yang ingin jadi alim. Bahkan bukan sahaja dalam soal ilmu tetapi juga dalam soal-soal yang lain, seperti kekayaan, walaupun fitrah manusia ingin kaya tetapi bukan semuanya menjadi orang kaya. Yang kaya itu sedikit tetapi yang miskin itulah yang banyak.

Begitu juga dalam soal ilmu pengetahuan. Walaupun fitrah manusia ingin menjadi orang alim, tetapi yang alim itu sedikit. Yang jahil itu yang ramai. Dalam keadaan ini, apakah patut dipaksa semua orang awam mengkaji dan menggali sendiri Al Quran dan Hadis? Minta mereka berijtihad sendiri tanpa bersandar dengan mana-mana ulama mujtahidin. Ini tidak munasabah. Samalah seperti kita memaksa semua orang yang hendak memiliki emas supaya jangan membeli emas di kedai-kedai emas. Kita ajak mereka korek bumi atau melombong emas untuk ambil yang benar-benar emas pure dari dalam bumi itu. Ini tidak mungkin.

Sebab? Kalaulah ia seorang kontraktor besar, yang ada kapal dan bulldozer yang besar-besar dan ada modal berjuta-juta, bolehlah kalau dia hendak mengambil emas dengan mengorek bumi. Tetapi bagi kontraktor yang kecil apalagi pada mereka yang hanya menjadi pelanggan sahaja, hendak dipaksa mereka supaya ambil emas dari perut bumi dengan gunakan cangkul, sudah tentu mereka tidak akan dapat emas. Lebih baik beli dari pelombong emas atau di kedai emas saja. Ini lagi bagus.

Begitulah kalau kita hendak paksa semua orang berijtihad daripada Al Quran dan Hadis, jangan bersandar dengan mana-mana ulama mujtahidin. Sampai bila pun mereka tidak akan dapat beramal dengan ajaran Islam. Tidak mungkin orang awam seperti kita hendak diajak berijtihad sedangkan ulama yang ada sekarang pun tidak boleh berijtihad.

*■● DALIL KEDELAPAN ●■*

Rasulullah SAW ada bersabda:

_*"Berselisih faham di kalangan umatku itu adalah rahmat."*_ (Riwayat Al Baihaqi)

Hadis ini membuktikan bermazhab itu dibenarkan. Ertinya timbulnya mazhab itu oleh kerana adanya ulama-ulama yang mampu berijtihad. Maka terjadilah berlainan pendapat. Berselisih faham di sini adalah berselisih faham tentang furu’iyah (soal-soal feqah) bukan usuliyah (soal aqidah atau dasar). Berselisih faham dalam soal hukum-hukum furu’iyah hingga menimbulkan bermacam-macam aliran mazhab feqah adalah mendatangkan rahmat. Orang awam macam kita ini boleh mengikut sesiapa saja yang kita sukai, di mana kita rasa sesuai. Maknanya, ada alternatif untuk orang awam.

*■● DALIL KESEMBILAN ●■*

Kalaulah kita hendak menyuruh semua manusia ini sama ada yang alimnya mahupun yang awamnya supaya tidak bermazhab iaitu setiap orang diminta berijtihad mengeluarkan hukum-hukum daripada Al Quran dan Hadis, jangan bersandar dengan mana-mana imam, maka pasti ramai yang sesat.

Kalau kita umpamakan Al Quran dan Hadis itu ibarat laut yang dalam, yang di dalamnya ada bermacam-macam khazanah, seperti ikan, intan, mutiara, emas, perak, minyak, jenis kerang, batu karang dan lain-lain lagi yang kita tidak tahu, lalu kita arahkan semua orang supaya jadi penyelam, insya-ALLAH ramai yang tenggelam. Kerana yang pandai menyelam itu bukannya ramai. Itu pun yang boleh menyelam mungkin dia tidak menyelam hingga sampai ke dasar laut disebabkan lautnya terlalu dalam. Oleh itu bukan semua khazanah yang dapat diambil. Kalaulah kita tidak pandai berenang dan menyelam, bukankah lebih baik kita membeli saja daripada orang yang pandai berenang dan menyelam mengambil khazanah laut daripada memaksa diri berenang dan menyelam hingga tenggelam di lautan. Khazanah laut tidak dapat diambil, kita pula tenggelam di dalam lautan.

Begitulah juga sekiranya diminta semua orang yang alim mahupun yang jahilnya mengistinbat hukum daripada Al Quran dan Hadis, tanpa bersandar dengan mana-mana ulama mujtahidin, banyaklah orang yang sesat. Oleh itu lebih selamat kita mengikut mana-mana mazhab yang muktabar itu.

*■● DALIL KESEPULUH ●■*

Kita lihat orang-orang yang mengajak untuk tidak bermazhab ini adalah ulama-ulama mutaakhirin.Bermula daripada Ibnu Taimiyah yang hidup lebih kurang 700 tahun yang lalu. Dia bukan ulama yang berada sekitar 300 tahun selepas Rasulullah SAW. Kemudian fahamannya disambung oleh muridnya yang bemama Ibnu Qayyim, Al Jauzi hinggalah ulama-ulama di kurun kedua puluh ini seperti Muhamad Abduh, Jamaluddin Al Afghani, Rashid Redha, Hamka dan lain-lain lagi. Mereka ini hidup di luar daripada lingkungan 300 tahun selepas Rasulullah SAW. Jadi tidak ada isyarat daripada Rasulullah bahawa mereka ini patut menjadi ikutan.

Sedangkan ulama-ulama mazhab yang disebutkan tadi, hidup dalam lingkungan 300 tahun selepas Rasulullah. Ertinya mereka dari kalangan salafussoleh. Ulama yang mengajak “jangan bermazhab” ini ialah ulama Mutaakhirin. Fahaman mereka menjadi bertambah popular terutamanya bila Arab Badwi (keluarga Saud) menguasai Makkah dan Madinah. Ketika itu munculnya gerakan Muhammad Abdul Wahab yang dikatakan bermazhab wahabi itu. Dan gerakannya belum sampai 100 tahun lagi. Dia menganjurkan jangan ikut mazhab kerana bid’ah katanya. Oleh itu ulama mana yang hendak diikuti? Ulama mutaakhirin atau ulama mutaqaddimin? Kalau mengikut Hadis, kita kena ikut ulama mutaqaddimin.

*■● DALIL KESEBELAS ●■*

Ulama-ulama mazhab terutamanya Imam Mazhab yang empat, bukan sahaja ilmunya hebat, tetapi peribadinya juga begitu hebat; begitu warak, begitu taqwa kepada ALLAH. Ulama mensyaratkan, orang yang boleh diterima ijtihadnya bukan dinilai ilmunya sahaja, tetapi mestilah juga dipastikan yang dia seorang yang soleh, warak, dan bertaqwa. Atau dalam kata-kata yang lain, mesti memiliki sifat adil. Kalau padanya tidak ada keadilan, dia bolehlah berpegang dengan fatwanya sendiri, tetapi orang lain tidak boleh dipaksakan kerana waraknya tiada. Kenapa? Orang yang tidak warak ini ditakuti memberi fatwa mengikut nafsu atau ada kepentingan diri. Fatwanya nanti tidak akan adil lagi. Sepertimana kebanyakan yang terjadi pada ulama-ulama akhir zaman ini.

Bila orang bertanya, “Apa hukumnya menutup aurat, tuan?” Jawabnya: “Yalah, menutup aurat itu wajib, memang kita akui, tapi… Tapi maklumlah zaman sekarang ini dah umum orang tak tutup aurat. Kalau kita pakai, ganjil pula. Nanti tersingkir pula dari masyarakat. Nanti orang pulaukan kita. Ini berat jadinya. Nanti kita tidak tahan. Yalah wajib tu wajiblah… tapi…”

Lihat, dia gunakan istilah ‘tapi’. Itu boleh tahan lagi. Ada yang lebih parah sampai berkata, “Alah, ini budaya Arab sahaja.”

Mengapa ini berlaku? Kerana waraknya tidak ada. Takut pada ALLAH tidak bertapak di hati. Jadi munasabahlah orang yang tidak bertaqwa ini, walau alim sekalipun, tidak boleh kita terima fatwanya. Ditakuti ia memberi fatwa ikut nafsu bukan kerana ALLAH lagi.

Manakala imam-imam mazhab, masya-Allah, sangat warak. Contohnya

*● Imam Hanafi ●*

Suatu ketika jirannya meminjam duit daripadanya. Semenjak itu dia tidak lalu lagi di halaman rumah orang tersebut. Sebaliknya mengikut laluan jalan lain. Maka ada orang yang bertanya, “Tuan, mengapa tuan tidak lalu lagi ikut halaman jiran tuan?” “Saya takut riba,” jawab Imam Hanafi.

Begitulah waraknya Imam Hanafi. Dia menganggap lalu di halaman rumah orang yang berhutang padanya itu sebagai mengambil faedah, atau riba. Semakin tua umurnya semakin kuat ibadahnya. Ketika tua sehingga wafatnya, Imam Hanafi tidak pernah tidur semalaman. Kadang-kadang wudhuk Maghribnya itu juga untuk wudhuk sembahyang Subuh esoknya.

*● Imam Malik ●*

Adalah di antara ulama yang banyak menerima hadiah emas, berlian, intan, permaidani yang cantik-cantik dan lain-lain lagi. Pernah suatu ketika beliau dihadiahkan seekor kuda sambrani iaitu kuda yang tangkas dari Iran, yang digunakan untuk berperang. Namun tidak pernah sekalipun dia menunggangnya. Ada orang bertanya: “Wahai tuan, mengapa tuan tidak pernah menunggang kuda yang bagus ini?”

Imam Malik menjawab, “Saya malu hendak menunggang kuda kerana di perut bumi ini ada jasad Rasulullah SAW.”

Begitu beradabnya Imam Malik dengan Rasulullah. Perkara yang tidak salah dianggap satu kesalahan baginya.

Pernah suatu ketika sultan di waktu itu mengajak beliau mengajar di istana. Imam Malik menjawab,
_*“Ilmu itu didatangi, bukan mendatangi. Kalau tuan hendak belajar, mari sama-sama duduk di masjid bersama rakyat.”*_

Kalaulah ulama di zaman sekarang dipanggil mengajar di istana tentulah bangga kerana jadi ulama istana. Gah rasanya. Walaupun Imam Malik seorang yang kaya-raya, kerana banyaknya hadiah yang diterima tetapi dia tetap macam biasa. Ambil mana yang perlu sahaja. Yang lebihnya, beliau hadiahkan pula kepada orang lain yang memerlukannya.

*● Imam Syafi’i ●*

Memang terkenal seorang yang zuhud. Ia mempunyai ramai guru dan di antara yang terkenal ialah Imam Malik. Imam Malik membekalkan kepadanya dua perkara iaitu ilmu dan harta. Harta yang dibekalkan oleh Imam Malik kepada Imam Syafi’i sebanyak 4,000 dinar. Belum sempat lagi naik ke rumah, Imam Syafi’i memanggil  orang-orang kampung dan membahagi-bahagikan kepada mereka semua harta yang dibawanya itu sehingga habis kecuali dua dinar sahaja yang ditinggalkan untuk ibunya. Sedangkan untuk dirinya tiada. Lihat betapa zuhudnya Imam Syafi’i.

Hal ini pun kalau orang hendak ikut Imam Mazhab tidak akan terikut, apalagi hendak ikut Al Quran dan Hadis tanpa bersandar pada Imam Mazhab. Ikut Al Quran dan Hadis ertinya ikut Rasulullah. Imam Syafi’i ada juga tinggalkan dua dinar tetapi Rasulullah berderma macam angin kencang. Baginda tidak akan tidur malam selagi masih ada simpanan harta seperti duit, makanan dan sebagainya. Kalau ada juga, baginda akan mencari orang yang memerlukan untuk diberi harta itu pada malam itu juga. Baginda tidak mahu simpan sampai ke pagi.

Mereka yang kononnya hendak ikut Al Quran dan Hadis sahaja itu, cara hidup Imam Mazhab pun tidak terikut. Oleh itu tidak hairanlah, semakin banyak sebut Al Quran dan Hadis, semakin lalai orang itu. Kata hendak ikut Al Quran dan Hadis tetapi berani dedah aurat, berani buat fitnah, berani makan riba, berani guna ilmu untuk makan gaji dan berani buat bermacam-macam maksiat lagi.

Imam Syafi’i membahagikan malamnya kepada tiga bahagian. Sepertiga untuk diri, keluarga dan anak-anak, sepertiga untuk membaca, mentelaah dan menulis. Manakala sepertiga lagi untuk ibadah. Imam Syafi’i adalah di antara imam-imam yang banyak ditimpa penyakit. Penyakitnya yang berat ialah buasir. Walaupun begitu beliau tidak pernah meninggalkan pengajiannya. Beliau tetap mengajar dan berdakwah. Sewaktu memberi kuliah, beliau akan duduk di atas besen. Selesai saja kuliah, beliau pun bangun, maka penuhlah besen tersebut dengan darah buasirnya itu.

*● Imam Hambali ●*

Beliau lebih sedih riwayat hidupnya. Pernah beliau berhadapan dengan tiga pemerintah yang memenjarakannya tidak kurang daripada dua puluh tahun. Bukan sahaja dipenjarakan bahkan beliau dipukul, disepak, dicaci dan sebagainya. Adakalanya beliau jatuh pengsan. Ulama-ulama lain yang turut diseksa terpaksa surrender kerana tidak tahan dengan ujian tersebut. Tetapi Imam Hambali tetap dengan keyakinannya sampai ke hujung.

Jadi orang yang warak inilah yang kita yakin keadilannya dalam memberi fatwa. Mereka memberi fatwa dengan penuh takut kepada ALLAH. Sebaliknya kalau ulama sudah tidak takut kepada ALLAH, insya-Allah dia akan berfatwa mengikut nafsunya.

*■● DALIL KEDUA BELAS ●■*

Walaupun ada orang yang menganjurkan tidak perlu ikut mazhab, cukup hanya ikut Al Quran dan Hadis sahaja, tetapi pada hakikatnya semua orang bermazhab, sama ada dia mengaku atau tidak. Kerana golongan yang tidak mahu bermazhab itu bukan semuanya ulama. Maka mereka terpaksa bersandar dengan mana-mana ulama yang juga menolak mazhab. Maka ulama tempat mereka bersandar itulah sebenarnya imam mazhab mereka.

Katakanlah kita bertanya kepada orang itu, “Tuan tahu bahasa Arab?” Katalah katanya, “Tidak tahu.”

“Habis, bagaimana tuan memahami Al Quran dan Hadis?”
“Ya, kerana saya berpegang kepada ulama yang menganjurkan ikut Al Quran dan Hadis.”
“Siapa ulama itu?” Katakanlah dia menjawab ulama tersebut ialah Muhammad, maka Muhammad itulah mazhabnya.
Kalau Ali, maka Ali-lah mazhabnya.
Saya pernah bertanya kepada seorang yang menolak mazhab,
“Ustaz tahu bahasa Arab?”
“Tak tahu.”
“Habis, ustaz suruh ikut Al Quran dan Hadis sahaja, kalau tidak tahu bahasa Arab bagaimana mengistinbatkan hukum dari Quran dan Hadis?”
“Saya baca tafsir Muhammad Yunus.”
Maka saya berkata, “Oh! hakikatnya ustaz bermazhablah. Muhammad Yunus itu mazhab ustaz. Jadi kalau ustaz bermazhab juga, lebih baik ikut Imam Syafi’i. Seluruh dunia menerima Imam Syafi’i, bukan saja orang awam, ulama-ulama pun ikut.” Dia pun terdiam.

Hakikatnya semua manusia mempunyai mazhab sama ada sedar atau tidak. Maka sekiranya semua manusia ini bermazhab, lebih baik dan lebih selamat ikut mazhab yang muktabar, yang diakui bukan sahaja oleh orang awam bahkan juga oleh ulama-ulama besar seperti Imam Al Ghazali, Imam Sayuti dan ramai lagi.

Shadaqallahul’azhim.
*والله أعلم بالصواب*
Waallahu A’lam Bish Shawab
_(Hanya Allah Maha Mengetahui apa yang sebenarnya)_

Sampaikanlah ilmu ini kepada sahabat² yang lain. Sepertimana sabda Rasulullah ﷺ:
*❝ Sampaikanlah pesananku walaupun satu ayat. ❞*
Hadis Riwayat Ahmad, Bukhari, Tarmidzi.

Sabda Rasulullah ﷺ. bermaksud:
_"Barangsiapa ditanya mengenai sesuatu ilmu lalu disembunyikannya maka Allah akan mengekangnya nanti dengan kekangan daripada api neraka pada Hari Kiamat kelak."_
(Riwayat Ahmad, Abu Daud dan Tarmizi رضي ٱللَّــــــــــه عنه )

_Sesungguhnya apabila matinya seseorang anak Adam itu, hanya 3 perkara yang akan dibawanya bersama :_

① Sedekah/amal jariahnya.
② Doa anak²nya yang soleh.
③ Ilmu yang bermanfaat yang disampaikannya kepada orang lain.
☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

*ILMU* ..        Penyuluh Hidup
*AMAL* ..      Bekalan Perjalanan
*AKHLAK* ..  Hiasan Jiwa dan Peribadi
Menuju ke Destinasi ..
*AKHIRAT*  .. yang sudah pasti
☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

_*Aku Bukanlah Ustaz...*_
_*Bukan Juga Ulama...*_
_*Aku hanyalah Hamba Allah yang sedang berusaha untuk Menjadi Hamba-NYA yang terbaik..*_

*■▪■ Razali Salleh @ Demang Satria ■▪■*
☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

*وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ ٱللهِ وَبَرَكَاتُهُ*