بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ الله وَبَرَكَاتُهُ
?
Al-Habib Ahmad Kazim Al-Kaff menjelaskan bahwa yang demikian terjadi sebab pada zaman sahabat, iman mereka sangat kuat dalam menerima dakwah agama, sehingga tidak lagi diperlukan bukti-bukti untuk menguatkan keimanannya. Berbeda dengan zaman setelah sahabat, dimana banyak umat yang masih lemah imannya, sehingga diperlukan penampakan karamah-karamah untuk menguatkan dakwah.
Lalu bagaimana dengan derajat antara para sahabat dan para wali di zaman setelahnya, yang bahkan karamahnya jauh lebih banyak dibanding sahabat sebesar Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq sekalipun? Jawabannya sebagaimana jawaban Sultan Aulya Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani, ketika ada yang bertanya mengenai bandingan derajat beliau dengan para sahabat.
Beliau menjawab :
"Seandainya ada seorang sahabat Rasulullah Shollallahu 'Alaihi Wasallam yang paling akhir masuk Islam, paling rendah ilmunya dan paling sedikit ibadahnya, lalu sahabat tersebut menaiki kuda, yang mana kudanya itu mengeluarkan air liur, dan air liurnya itu kemudian menyentuh pasir, maka aku bersumpah bahwa pasir tersebut masih jauh lebih mulia dibanding diriku.
Hal ini tidak terjadi kecuali karena para sahabat hidup dengan melihat dan mendengar langsung Rasulullah."
Keterangan foto : Habib Ahmad Kazim pembina Majelis Sayyidul Wujud (tengah) dan adiknya, Habib Abdullah Fikri bersama seorang Wali Madzdub, Habib Syeikhon bin Mustafa Al-Bahar.
Sumber : Majlis Sayyidul Wujud
Tidak ada komentar:
Posting Komentar