MERAYU TUHAN
Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
RAYUAN TUHAN ini di karang oleh Abu Ali al-Hasan bin Hani al-Hakimi yang terkenal dengan sebutan Abu Nawas. Beliau dilahirkan pada tahun 145 H (747 M) di kota Ahvas di negri Persia (Iran sekarang). Abu Nawas adalah seorang pujangga Arab klasik, Beliau sering muncul di dalam cerita Seribu Satu Malam.
Diceritakan, Abu Nawas di datangi tiga orang tamu yang ingin mengjukan pertanyaan kepada beliau. Orang pertama mengajukan pertanyaannya “Manakah yang lebih utama, orang yang mengerjakan dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa kecil”. “orang yang mengerjakan dosa kecil” jawab Abu Nawas. “mengapa begitu” kata orang yang bertanya. “sebab dosa kecil lebih mudah di ampuni oleh Allah” jawab Abu Nawas. Orang itu mangut-mangut sangat puas dengan jawaban Abu Nawas.
Giliran orang yang kedua maju, dia mengajukan pertanyaan yang sama “manakah yang lebih utama,orang yang mengerjakan dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa kecil”.”Yang utama adalah orang yang tidak mengerjakan kedunya” kata Abu Nawas. “Mengapa demikian?” sangkalan orang yang kedua. “dengan tidak melakukan keduanya, tentu mengampunan Allah tidak diperlukan lagi” kata Abu Nawas dengan santai. Orang itu pun mangut-mangut menerima jawaban Abu NAwas.
Orang yang ketiga pun maju, pertanyaanya pun juga sama “manakah yang lebih utama, orang yang mengerjakan dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa kecil”. “Orang yang mengerjakan dosa besar lebih utama” jawab Abu Nawas. “mengapa bias begitu” sanggahan orang yang bertanya. “sebab ampunan Allah pada hamba-Nya sebanding dengan dosa hamba-Nya” kata Abu Nawas dengan kalem. Orang ketiga pun menerima jawaban Abu Nawas.
Salah satu dari ketiga orang itu bertanya pada Abu Nawas “mengapa pertanyaan yang sama bisa menghasilkan jawaban yang berbeda”. Abu Nawas tersenyum “manusia itu terbagi atas tiga tingkatan, tingkatan mata, tingkatan otak dan tingkatan hati” jawab Abu Nawas. “apakah tingkatan mata itu” Tanya seorang salah satu dari mereka. “seorang anak kecil yang melihat bintang di langit, dia akan mengtakan bintang itu kecil karena itulah terlihat di matanya” jawab Abu Nawas memberi perumpamaan. “lalu apakah tingkatan otak itu” tanyanya lagi. “orang pandai melihat bintang di langit, dia akan mengatakan bintang itu besar karena dia memiliki pengetahuan” jawab Abu Nawas. “dan apa tingkatan hati itu?” tanyanya lagi. “orang pandai dan faham melihat bintang di langit, dia akan mengatakan bahwa bintang itu kecil, meskipun dia tau bahwa bintang itu besar, sebab baginya tiada satupun di dunia ini yang lebih besar dari Allah SWT” jawab Abu Nawas sambil tersenyum. Mereka pun faham.
Mereka bertanya lagi “wahai guruku, mungkinkah manusia itu menipu Tuhan?”. “mungkin saja” jawaban Abu Nawas santai menerima pertanyaan aneh itu. “bagaimana caranya?” Tanyanya lagi. “manusia bisa menipu Tuhan dengan merayunya melalui pujian dan doa” kata Abu Nawas. “kalau begitu ajarilah kami doa itu wahai Guru!” kata si murid dengan antusias. Abu Nawas lalu menyantunkan sebuah Sya’ir:
اِلَهِى لَسْتُ لِلْفِرْدَوْسِ أَهْلًا # وَلَا اَقْوَى عَلَى نَارِ الْجَحِيْمِ
فَهَبْ لِى تَوْبَةً وَافْفِرْ ذُنُوْبِى # فَانَّكَ غَافِرُ الذَّنْبِ الْعَظِيْمِ
“Wahai Tuhanku Aku tak pantas menjadi penghuni surge firdaus, Tapi aku tak kuat menahan panasnya neraka. Sebab itulah terimalah taubatku dan ampunilah dosaku, sesungguhnya Engkaulah yang mengampuni dosa-dosa besar”
Sayyid Bakri bin Sayyid Syatho Dimiyathi dalam karyanya I’anatul Tholibin mengutip ucapan Syekh Abdul Wahab Sya’roni.
ان من واظن على قرأة هذين البيتين فى كل يوم جمعة, توفه الله على الاسلام فى غير شك و هم
“Sesungguhnya orang yang membaca dua bait ini pada setiap hari ju’mat, maka Allah akan mencabut nyawanya dalam kondisi islam tanpa ragu sedikitpun”. Sayyid Bakri menguip dari beberapa Ulama’ yang mengamalkan bait ini, bahwa dua bait ini di baca sebanyak lima kali setelah solat jum’at.
Semoga kita diwafatkan Allah dan kondisi istiqomah, tetap iman, ihsan dan islam kita, Aamiin Ya Robbal ‘Aalamiin.
Jika anda merasa mendapatkan ilmu, tolong Shere tulisan ini. Supaya menjadi amal jariah bagi kita Terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Kamis, 19 Juli 2018
Menipu Tuhan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar