Senin, 30 Juli 2018

*MENINJAU KEBERADAAN ISLAM NUSANTARA*


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Berikut ini hasil resume kajian ilmiah yang dilaksanakan oleh group whatsapp DISKUSI PROBLEM ASWAJA, dengan 170 anggota, dalam mencermati maraknya pro kontra atas munculnya istilah Islam Nusantara (Isnus) yang baru-baru ini viral di kalangan umat Islam.

Jika dalam kajian ini terdapat perbedaan pandang dengan beberapa tokoh Islam, maka group Diskusi Problem Aswaja merujuk kepada perkataan Imam Malik bin Anas RA:

كل يؤخذ من كلامه ويرد ، الا صاحب هذا القبر . (واشار الى قبر الني صلى الله عليه وسلم).

“Setiap dari kita (siapapun adanya) bisa diterima dan bisa juga ditolak pendapatnya, kecuali ucapan dari penghuni kubur ini (lantas Imam Malik menunjuk ke arah makam Rasulullah SAW)”

Berikut hasil diskusi:

1. Isnus itu tidak bisa dipisahkan dengan paham liberal, jadi sangat disayangkan karena banyak kiyai yang menyetujuinya.

2. Fenomena pemunculan Isnus sudah direncanakan (dibajak) oleh kaum Liberal, dan dijadikan jurus untuk sebagai pemecah belah umat Islam. Jelas di kalangan umat Islam akan timbul pro & kontra.

3. Munculnya Isnus berawal dari fanatik buta oknum pengusung Islam Rahmatan Lil Alamin namun yang dimaksud adalah satu golongan saja.

4. Penamaan ISNUS diviralkan oleh para penggiat Islib (Islam Liberal). Mereka memanfaatkan kiyai – kiyai sepuh NU yang tidak dapat mengikuti dunia Medsos, sehingga dapat leluasa men-cekok-i ideologi mereka yang penuh dengan kebohongan dan kepentingan berbahaya dari kalangan kaum orientalis.

5. Inti masalahnya, "penetrasi" JIL (Jaringan Islam Liberal) & Syiah cukup masif dan berpengaruh terhadap pola pikir hingga mempengaruhi "imamah" di tubuh NU. Sehingga warga Nahdliyin yang lurus tentu akan dijadikan musuh.

6. Penggunaan istilah ISLAM NUSANTARA, terdapat banyak cela yang dapat dimasuki oleh kepentingan kaum Liberal. Beberapa fenomena akibat timbulnya Isnus adalah sebagai berikut:
"Karena ada Islam Nusantara, disisi lain dimunculkan Islam Arab, tentu akan timbul nama-nama:
- Islam Nigeria
- Islam Jepang
- Islam Australia
- Islam Eropa
dan sebagainya, yang setiap istilah itu memiliki karakteristik berbeda satu dengan lainnya. Tentunya akan lebih memudahkan pihak musuh untuk mengacak-acak Islam.

7. Dengan munculnya istilah ISLAM NUSANTARA maka akan timbul sikap fanatisme terhadap Islam Nusantara dan cenderung mem-perspektif-kan bahwa Islam Nusantara itu yang paling benar, paling baik. Selain Islam Nusantara, berarti salah atau kurang sempurna.

8. Islam Nusantara, ini masalah yang muncul ketika indigenisasi diterapkan pada ekspresi keagamaan. Reifikasi (pembendaan) pribumisasi Islam seperti ini, yang diusulkan Gus Dur dilanjutkan Ahmad Baso, dan sekarang oleh Ahmad Sahal, Rumail Abbas lalu digaungkan oleh Presiden.

9. Munculnya Isnus menjadi identik dengan Islam anti Arab. Jika keantian mereka terhadap ke – Arab-Araban  tembus dalam hati sehingga ada unsur istihza' (merendahkan) terhadap sunnah Nabi, kemungkinan besar mereka bisa terpesorok ke jurang kemurtadan. Apalagi bila kontra dengan syariat.

10. Bisa jadi Islam Nusantara adalah labelisasi baru setelah Islam Liberal gagal didengungkan. Di mana Islam Liberal mengadopsi pemikiran kaum orientalis yang lebih ditekankan pada dunia kampus. Kegagalan Islam Liberal yang dulu ada di dunia kampus Umum dan Islam, kini strategi yang lama diterapkan di tubuh NU dengan mendengungkan istilah Islam Nusantara.

11. Salah satu fenomena dampak negatif dari munculnya jargon Islam Nusantara adalah beberapa orang mulai minder memelihara jenggot, mengenakan jubah/gamis, mengenakan cadar dan simbul Islam lainnya. Ketika ada ulama/asatidz memberikan fatwa yang lurus dan yang sebenarnya tentang hukum agama namuntidak sesuai dengan selera penggiat Isnus, malah di cap sebagai radikal. Padahal apa yang disampaikan sesuai dengan syariat, pendapat ulama salaf dan tuntunan Baginda Nabi Muhammad SAW.

12. Tidak dipungkiri, istilah Islam Nusantara dimunculkan sebagai bentuk reaksi terhadap kelompok Radikal Wahabi. Yang menjadikan Jenggot sebagai hal dhahiriyyah minaddin. Sedangkan menurut faham Asya'irah, jenggot adalah sunnah Nabi. Bukan kewajiban syariat. Tapi meniru sunnah itu berpahala jika niat mengikuti Nabi. Atau Jenggot bisa dikatakan sebagai  adat Nabi, bukan perintah syariat. Tapi tetap sunnah memelihara jenggot, yang dalam istilah usul fiqih termasuk جبلية محض

13. Yang harus dipahami oleh warga NU. Bahwa NU adalah wadah, bukan Aqidah. NU juga manhaj,  bukan personal. Dengan pemahaman seperti ini,  NU akan tumbuh dan berkembang (silahkan baca dalam usul fiqih bab Af'al). 

14. Istilah Islam Nusantara mempersempit pemahaman tentang Islam yang mengatur semua aspek kehidupan, karena Islam Nusantara lebih cenderung kepada peradaban orang Indonesia yang toleran.

15. Untuk membahas Isnus, maka yang utama adalah apa dan bagaimana Isnus itu sesuai dengan yang telah diviralkan oleh para pengusung dan penggiatnya. Maka dari situ dapat diambil kesimpulan demi memashlahatan masyarakat, karena bagaimanapun masyarakat terlanjur memahami target ISNUS itu ya dari media mainstream yang mereka baca, bukan dari siapa asli pencetus utamanya dan apa tujuan pencetus istilah itu.

نحكم بالظاهر والله يتولى السرائر
(Kita menghukumi sesuatu itu dari perkara yang tampak, sedangkan urusan yang tersembunyi diserahkan kepada Allah).

Berikut ini contoh beberapa statemen, hasil produk Isnus yang banyak dibaca oleh masyarakat umum:

“Kalau kamu mau menjadi orang Islam, jangan jadi orang Arab.”
“Semua orang berpakaian seperti orang Arab, bendera ditulisakan tulisan arab, adat istiadat arab, kenapa nggak pada pindah Arab aja ya?”
"Islam bukan Arab"
"Islam Indonesia bukan Islam Arab"
"Islam Nusantara lebih sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia, bukan Islam Arab"
"Konsep Islam Nusantara mensinergikan ajaran Islam dengan adat istiadat lokal yang banyak tersebar di wilayah Indonesia. Islam di Indonesia tidak harus seperti Islam di Arab atau Timur Tengah, yang menerapkan penggunaan gamis ataupun cadar.
Islam Nusantara adalah Islam yang khas ala Indonesia".
"Islam Nusantara adalah Agama Sejati, Islam Arab adalah Agama abal-abal dan Penjajah"
“Islam Nusantara itu lebih baik daripada Islam Arab”

16. Sasaran yang dituju oleh penggiat Islam nusantara adalah remaja. Dengan dalih mengangkat budaya Nusantara agar tidak hilang. Banyak remaja di medsos menggunakan tagar #Islamnusantara. Di sisi lain,  banyak remaja muslim yang tidak paham apa itu liberalisme, pluralisme, dll. Dari jargon Islam Nusantara inilah paham liberal menggerus kalangan remaja.

17. Sering kali ISNUS berdalih bahwa golongan merekalah yang meneruskan silsilah keIslaman walisongo berdakwah dengan kasih sayang tanpa kekerasan dan angkat senjata. Padahal jika dicermati akan diketahui perbedaan di antara keduanya.

Di antaranya:
-Penisbatan agama "Nusantara" tidak pernah dibawa oleh para Walisongo
-Penyesuaiannya Walisongo dengan sebagian adat di Jawa, bukan berarti Walisongo benci Arab atau sama sekali tidak mengunggulkan Nusantara hingga melecehkan Arab.
(personalia para Walisongo itu berasal dari Arab).
- Walisongo menghapus adat istiadat yang bertentangan dengan ibadah/ syariat sedang Isnus menghapus Syariat yang kurang sesuai dengan adat.

Contoh yang didengungkan penggiat Isnus:
- Imamah tidak suka.
- Baju putih dalam shalat di ganti dengan batik dengan alasan nilai shalat diambil dari kekhusyu’an bukan bukan baju (mereka lupa hadist kesunnahan pakaian warna putih).
- Lebih mengunggulkan adat di atas ibadah. Padahal dalam syariat, ibadah itiu di atas adat.
- Tidak menerima ajaran yang dibawa oleh para habaib dzurriyah Nabi, dan par kyai muda yang notabene akhir-akhir ini  banyak yang berguru pada alim ulama di negeri-negeri Arab.

18. Menjadi musibah bila para Kiyai sepuh NU sudah terlanjur membenarkan dan merestui Ideologi Isnus sebagai kepanjangan tangan kaum Liberal. Maka akan lebih sulit lagi untuk membentengi wara Nahdliyin dari ideologi ‘pesanan’ kaum orientalis. Apa lagi jika yang mendukung itu dari kiai/ulama yang dianggapnya "wali", jelas tidak akan ada yang berani membantah.

19. Salah satu target diciptakannya penggiat Islam Nusantara adalah bertujuan untuk melemahkan organisasi besar yang ada di negara ini, yaitu NU. Semua sudah by design dan ini termasuk proses ke arah sana.  Karena bagaimana pun juga Islam tidak bisa dilemahkan oleh negara manapun, kecuali oleh umat Islam sendiri. Islam sengaja dikotak-kotakan agar mudah diberangus.

NU adalah ormas Islam terbesar dan paling berpengaruh di Indonesia, tentu menjadi magnet untuk kelompok yang memiliki kepentingan pribadi untuk ‘dimanfaatkan’ demi kepentingan mereka.

20. Yang kita lawan adalah para pengusung SEPILIS (Sekularisme, Pluralisme, Liberalisme) yang berbaju Islam, yang sekarang memanfaatkan jargon Islam Nusantara, jadi tidak mungkin dirangkul jadi satu kesatuan dalam tubuh umat Islam. Kaum SEPILIS adalah reinkarnasi dari kaum Orientalis Barat yang sengaja mengacak-acak Islam dari dalam.

21. Hakikatnya, merek & Isnus itu sendiri sudah bermasalah. Analognya, umat Islam ibarat disodori pilihan:

a. Minyak babi cap BABI
b. Minyak babi cap SAPI
c. Minyak sapi cap BABI
d. MINYAK SAPI cap SAPI ?

Seharusnya, umat Islam mencari yang paling aman, yaitu memilih MINYAK SAPI CAP SAPI. Sedangkan di antara para penggiat Isnus itu ada dua kalangan, yaitu ibarat mengarahkan umat Islam untuk memilih:

-Minyak sapi cap BABI
-Minyak babi cap BABI.

Akibatnya umat Islam menjadi ragu-ragu terhadap pilihannya.

22. Islam Nusantara tidak lain merupakan manhaj dhirar yang teori "ramah lingkungan"-nya hanya pemanis kemasan semata, dimana muatan penerapan & tujuan yang hendak diraihnya adalah demi menyingkirkan supremasi Syariat & merontokkan sendi-sendi agama dari kehidupan umatnya dengan jargon hubbul wathan yang dilucuti dari koridor Syar'i yang memangkunya.

Isnus dibopong sedemikian tinggi hingga mengungguli kepedulian terhadap penerapan syariat Islam secara kaffah, sehingga setiap upaya umat menuju tegaknya ajaran Islam secara keseluruhan dipandang sebelah mata & dianggap sebagai sikap radikalisme yang harus dibabat habis hingga ke akar-akarnya.

23. Harus jeli melihat makarnya para penggiat liberalisme, dengan cara harus berani mengatakan TIDAK terhadap trik-trik mereka, bukan malah terbawa arus permainannya.
Untuk membendung wabah ideologi Isnus (baca Liberal), salah satunya perlu digalakkan pengkajian kitab khittah nahdliyah yang disusun al maghfurlah KH. Ahmad Siddiq Jember.

24. Dibutuhkan sosok para ulama yang berani tegas dan giat melawan dan membongkar kebobrokan pemahaman Liberal yang dipasarkan lewat jargon Islam Nusantara agar tidak laku dipasaran.
Semoga hasil kajian Diskusi Problem Aswaja ini dapat bermanfaat bagi umat Islam.

Senin, 9 Juli 2018

(ADMIN)

https://www.facebook.com/491514671267848/posts/516174522135196/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar