Saat menulis tulisan ini aku sedang berada di bis menuju Madinah, kota cahaya yang menjadi impian para pecinta dan perindu itu. disanalah bersemayam pelipur lara dan penyejuk mata mereka, manusia teragung dan termulia yang pernah tercipta di muka bumi ini, Baginda Nabi Muhammad Saw.
Madinah tak henti-hentinya menyajikan untuk kita kisah-kisah para pecinta Rasulullah Saw, mereka yang sepanjang hayatnya memendam rasa rindu yang begitu dalam kepada Baginda Nabi, mereka yang tak henti-hentinya menantikan hari itu, hari dimana mereka bisa berkumpul dengan beliau, menatap wajahnya, menikmati indah senyumnya, dan menyucup tangan mulianya.
Salah satu dari para pejuang cinta itu adalah seorang ulama dari Suriah yang bertahun-tahun jasadnya tak pernah lepuh ditelan bumi. Pemakaman Baqi’ menjadi saksi kekal abadi cintanya…
Namanya Syaikh Isa Al-Bayanuni, seorang ulama yang berasal dari “Bayanun” salah satu desa yang menjadi bagian kota Aleppo di Suriah.
Semasa hidupnya , ia dikenal sebagai sosok yang mempunyai ikatan batin yang begitu erat dengan Baginda Nabi Rasulullah Saw, ia juga mempunyai julukan ” Maddah Arrasul ” atau Sang pemuja Rasulullah Saw karena begitu banyaknya bait-bait syair yang ia karang untuk memuji Baginda Nabi.
Pada tahun 1362 H beliau melaksanakan Ibadah haji bersama beberapa muridnya, ini adalah haji ke delapannya. biasanya beliau akan langsung menuju Madinah sebelum ke Mekkah untuk mengobati rasa rindunya kepada Rasulullah Saw. tapi tidak ditahun itu, beliau malah mengajak murid-muridnya untuk pergi ke Mekkah terlebih dahulu.
Di Mekkah beliau menyempatkan diri untuk menghadiri perkumpulan para ulama di rumah Sayyid Alawi Bin Abbas Al-Maliki. kala itu terjadi perbincangan diantara mereka tentang satu Ibarat Tasawwuf yang rumit dan sulit dipahami. para ulama satu persatu menyampaikan uraian dan penjelasannya. Sampai ke giliran Syaikh Isa, beliau menjelaskan Ibarat itu dengan penjelasan yang mengagumkan. Sayyid Alawi bertanya :
” Wahai Syaikh Isa.. dari mana anda mendapatkan keterangan yang menakjubkan ini.. ? “
” aku membacanya di salah satu kitab manuskrip yang aku miliki.. ” jawab Syaikh Isa.
” bisakah di musim haji tahun depan anda bawa kitab itu kesini.. ?” Sayyid Alawi menimpali..
Syaikh Isa tersenyum.. Sebuah senyuman yang mengundang tanya Sayyid Alawi dan para ulama yang hadir di waktu itu.. Beliau lantas berkata :
” kalian memintaku untuk membawa kitab itu kesini tahun depan ?? Tahun ini aku tidak akan kembali lagi ke negaraku.. ”
Setelah melihat wajah-wajah ulama yang hadir tampak terheran-heran akan perkataannya itu, beliau lalu menyambung ucapannya :
” aku memang tak akan kembali ke Suriah lagi, aku melihat Rasulullah Saw dalam mimpiku, beliau membawa kabar gembira dan berkata :
” aku sudah menyiapkan tempat khusus untukmu di dekatku wahai Syaikh Isa..”
Dari situ aku tahu bahwa aku tak akan kembali lagi ke negaraku, karenanya tahun ini aku datang ke Mekkah terlebih dahulu untuk melaksanakan haji untuk kemudian datang ke Madinah dan mendatangi “tempat khusus” itu.. “
Semua ulama yang hadir tertunduk mendengar ucapannya, padahal waktu itu Syaikh Isa masih sehat-sehat saja. Beliau baru merasakan sakit perut pada hari terakhir di Mina. Beliau lantas meminta murid-muridnya untuk langsung membawanya ke Madinah. disana beliau di rawat di rumah sakit selama 3 hari sebelum akhirnya menghembuskan nafas terakhir untuk menjemput kabar gembira yang Rasulullah Saw berikan untuknya itu..
Beliau akhirnya dimakamkan di Madinah di pemakaman Baqi’. setiap 3-4 tahun sekali, biasanya makam-makam di Baqi’ dibongkar untuk kemudian digantikan jenazah-jenazah yang lain.
4 tahun setelah kewafatan Syaikh Isa, makamnya dibongkar, dan benar-benar mengejutkan ! Jasad beliau masih segar dan utuh layaknya mayat yang baru dikubur kemarin sore ! 8 tahun setelah kewafatannya, makamnya dibongkar kembali dan jasad beliau masih saja utuh sama seperti 4 tahun sebelumnya. Akhirnya makam beliau tak pernah dibongkar lagi
Akhirnya makam beliau tak pernah dibongkar lagi dan diberi tanda khusus dan dikenal sebagai makam “Syaikh Syami” seorang Syaikh dari Bumi Syam yang jasadnya tak pernah lepuh dimakan bumi.
Dan yang lebih menakjubkan dari semua itu, Syaikh Isa sudah pernah “meramalkan” keutuhan jasadnya itu dalam bait-bait syairnya, dalam bait-bait yang begitu populer dan selalu disenandungkan para pecinta Baginda Nabi hingga detik ini..
هم بالحبيب محمد و ذويه * إن الهيام بحبه يرضيه
Mabuk kepayanglah karena mencintai Rasulullah Saw dan keluarganya, sesungguhnya mabuk kepayang karena mencintai Baginda Nabi itu membahagiakan hatinya..
إن مات جسمك فالهوى يحييه * جسد تمكن حب احمد فيه * تالله إن الأرض لاتبليه
jika jasadmu mati maka rasa cinta itu akan menghidupkannya.. Jasad yang cinta Rasulullah Saw mendarah daging di dalamnya, demi Allah.. Bumi tak akan pernah menghancurkannya..
طوبى لمن هو في المحبة صبه * لم لا و مولاه الكريم يحبه * في القبر حاشا ان يضام محبه * او كيف يأكله التراب و حبه * في قلبه و مديحه في فيه
Sungguh beruntung orang yang hanya sibuk mencintai Rasulullah Saw. Bagaimana tidak ? Sedangkan Tuhannya yang Maha Mulia begitu mencintai beliau. Ia yang mencintai Rasulullah Saw tak akan pernah hancur dalam kuburnya. Bagaimana bisa tanah memakan jasadnya ? Sedangkan cinta kepada Rasulullah bersemayam dalam hatinya dan pujian-pujian kepada beliau selalu menghiasi bibirnya…
Gus Isma'il al Kholili