semua ayat Alquran wajib kita imani, jangan mengimani beberapa ayat saja.
Masalahnya adalah *kelompok salafi memahami ayat tidak boleh ditakwil* harus sesuai dengan text ayat tersebut, *ya harus kosisten semua ayat tidak ditakwil*
1. Allah besemayam di atas arsy
2. Dimanapun arah menghadap disitu wajah Allah (albaqarah 115)
3. Apabila hamba2ku bertanya tentang Allah sesungguhnya Allah dekat
4. Ketika sholat kita menghadap Allah
5. Allah di langit (Al mulk 16-17)
6. Dialah Allah yg dilangit maupun di bumi (Al An'am:3)
7. Nabi Musa AS menemui Allah SWT di bukit tursina (Ala'raf), bukan di langit
8. Dll
Jangan mengikuti hawa nafsu, ketika menemukan ayat tidak sesuai dengan nafsunya ditakwil, *harus konsisten semua ayat tidak boleh ditakwil harus sesuai text*
وَلِلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ ۚ فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, *maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah.* Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Baqarah : 115)
وَهُوَ اللَّهُ فِى السَّمٰوٰتِ وَفِى الْأَرْضِ ۖ يَعْلَمُ سِرَّكُمْ وَجَهْرَكُمْ وَيَعْلَمُ مَا تَكْسِبُونَ
Dan Dialah Allah ( *yang disembah* => andai takwil ini tidak ada bagaimana memahaminya?), baik di langit maupun di bumi; Dia mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu lahirkan dan mengetahui (pula) apa yang kamu usahakan (Al-An'am ayat 3)
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ: مَنْ يَدْعُونِي، فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ، مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ
Tuhan kita yang Maha Agung dan Maha Tinggi turun setiap malam ke langit dunia ketika telah tersisa sepertiga malam terakhir. Ia berfirman: Siapakah yang berdoa kepadaku, maka aku akan mengabulkannya, Siapa yang meminta kepadaku, maka aku akan memberikannya. Siapa yang memohon ampun kepadaku maka akan Aku ampuni. (HR. Bukhari-Muslim)
Pembahasan:
Coba bayangkan ketika di Indonesia malam di Amerika siang, bumi berputar setiap waktu malam terus berpindah, jika memahami hadist tersebut secara dzatnya Allah turun tanpa takwil kapan Allah naik ke atas? arah atas indonesia dan Amerika berlawanan arah (Allah ada tanpa arah dan tempat)
” تَفَكَّرُوا فِي خَلْقِ اللَّهِ ، وَلا تَفَكَّرُوا فِي اللَّهِ“ (رواه أبو نعيم عن ابن عباس(
Artinya “Berfikirlah kamu tentang ciptaan Allah dan janganlah kamu berfikir tentang Dzat Allah (HR. Abu Nu’aim dari Ibnu Abbas).
Aqidah para sahabat, khalaf, salaf dan para ulama mu’tabar Zat Allah tidak sama seperti zatnya mahkluk. Mereka tidak pernah membahas zat Allah karena akal kita tidak pernah bisa membayangkan zat Allah.
Allah ta’ala berfirman:
﴿ليس كمثله شىء ﴾ [سورة الشورى: 11]
Artinya: “Dia (Allah) tidak menyerupai sesuatupun dari makhluk-Nya dan tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya” (Q.S. asy-Syura: 11)
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda:
"لا فكرة في الرب" (رواه أبو القاسم الأنصاري)
Artinya: “Tuhan tidak bisa dipikirkan (dibayangkan)” (H.R. Abu al Qasim al Anshari)
*Nabi Muhammad SAW Bersabda*
Dia adalah jibril karena sesungguhnya *ALLAH adalah dzat yang wujud tanpa tempat,* maka tidak boleh di sifati dengan Beberapa sifat Jism & tidak di sifati dengan jarak jangkuan.
[HR. Baihaqi dalam kitab Al-Asma' Wa Al-Shifat : 260]
“Allah wujud pada azali [kewujudan-Nya tidak ada permulaan] sedangkan sesuatupun masih belum wujud”. (Diriwayatkan oleh al-Bukhari, al-Bayhaqi dan Ibn Jarud)
“Ya Allah! Engkau alAwwal maka tiada suatupun sebelumMu, Engkau al-Akhir maka tiada suatupun selepas Mu, Engkau alZahir maka tiada suatupun di atas-Mu, dan Engkau al-Batin maka tiada suatupun di bawah-Mu”. (Diriwayatkan oleh al-Imam Muslim)
*AQIDAH PARA SAHABAT & TABIIN*
1 . Sayyiduna Abu Bakar al-Siddiq radiyallahu`anhu (W. 13 H) berkata :
“الْعَجْزُ عَنْ دَرَكِ الْإِدْرَاكِ إِدْرَاكٌ وَالْبَحْثُ عَنْ ذَاتِهِ كُفْرٌ وَإِشْرَاكُ”.
“Pengakuan bahawa pemahaman seseorang tidak mampu (lemah) untuk sampai megetahui hakikat Allah adalah keimanan, adapun mencari tahu tentang Allah, yakni membayangkan-Nya adalah kekufuran”.
2. Sayyidina ‘Ali ibn Abi Thalib (w 40 H) berkata:
كَانَ اللهُ وَلاَ مَكَان وَهُوَ الآنَ عَلَى مَا عَليْه كَانَ
“Allah ada tanpa permulaan dan tanpa tempat, dan Dia Allah sekarang setelah menciptakan tempat tetap sebagaimana pada sifat-Nya yang azali; ada tanpa tempat” (Diriwayatkan oleh al-Imam Abu Manshur al-Baghdadi dalam al-Farq Bain al-Firaq, h. 333).
Beliau juga berkata:
إنّ اللهَ خَلَقَ العَرْشَ إْظهَارًا لِقُدْرَتهِ وَلَمْ يَتّخِذْهُ مَكَانًا لِذَاتِهِ
“Sesungguhnya Allah menciptakan ‘arsy (makhluk Allah yang paling besar bentuknya) untuk menampakan kekuasaan-Nya, bukan untuk menjadikan tempat bagi Dzat-Nya” (Diriwayatkan oleh al-Imam Abu Manshur al-Baghdadi dalam al-Farq Bain al-Firaq, h. 333).
3 . Ibn `Abbas radiyallahu`anhuma telah berkata:
“تَفَكَّرُوْا فِيْ خَلْقِ اللهِ وَلَا تَفَكَّرُوْا فِيْ ذَاتِ اللهِ”.
“Hendaklah kalian berfikir tentang makhluk ciptaan Allah, namun jangan kalian fikirkan tentang zat Allah”. Diriwayatkan oleh al-Imam al-Baihaqi di dalam kitabnya al-Asma’ wa al-Sifat
4. Seorang tabi’in yang agung, al-Al-Imam as-Sajjad Zain al-‘Abidin ‘Ali ibn al-Husain ibn ‘Ali ibn Abi Thalib (w 94 H) berkata:
أنْتَ اللهُ الّذِي لاَ يَحْويْكَ مَكَانٌ
“Engkau wahai Allah yang tidak diliputi oleh tempat” (Diriwayatkan oleh al-Imam Murtadla az-Zabidi dalam Ithaf as-Sadah al-Muttaqin Bi Syarh Ihya’ ‘Ulumiddin, j. 4, h. 380).
Juga berkata:
أنْتَ اللهُ الّذِي لاَ تُحَدُّ فَتَكُوْنَ مَحْدُوْدًا
“Engkau wahai Allah yang maha suci dari segala bentuk dan ukuran” (Diriwayatkan oleh al-Imam Murtadla az-Zabidi dalam Ithaf as-Sadah al-Muttaqin Bi Syarh Ihya’ ‘Ulumiddin, j. 4, h. 380).
5. al-Al-Imam Ja’far as-Shadiq ibn Muhammad al-Baqir ibn ibn Zainal ‘Abidin ‘Ali ibn al-Husain (w 148 H) berkata:
مَنْ زَعَمَ أنّ اللهَ فِي شَىءٍ أوْ مِنْ شَىءٍ أوْ عَلَى شَىءٍ فَقَدْ أشْرَكَ، إذْ لَوْ كَانَ عَلَى شَىءٍ لَكَانَ مَحْمُوْلاً وَلَوْ كَانَ فِي شَىءٍ لَكَانَ مَحْصُوْرًا وَلَوْ كَانَ مِنْ شَىءٍ لَكَانَ مُحْدَثًا (أىْ مَخْلُوْقًا)
“Barang siapa berkeyakinan bahwa Allah berada di dalam sesuatu, atau dari sesuatu, atau di atas sesuatu maka ia adalah seorang yang musyrik. Karena jika Allah berada di atas sesuatu maka berarti Dia diangkat, dan bila berada di dalam sesuatu berarti Dia terbatas, dan bila Dia dari sesuatu maka berarti Dia baharu -makhluk-” (Diriwayatkan oleh al-Imam al-Qusyairi dalam ar-Risalah al-Qusyairiyyah, h. 6).
وَهُوَ اللهُ فِي السَمَواتِ وَ الأَرْضِ يَعْلَمُ سِرَّكُمْ وَجَهْرَكُمْ وَ يَعْلَمُ مَا تَكْسِبُوْنَ.َ
Artinya : Dan Dialah Allah (disembah: ditakwilkan) di langit maupun di bumi; Dia mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu lahirkan dan mengatahui apa yang kaum usahakan. (Q.S. al-An’am : 3)
وهُوَ مَعَكمْ أَيْنَما كُنتُم.
Artinya : Dan Dia bersama kamu di manapun kamu berada. (Q.S. Al-Hadid : 4)
إنِّيْ ذاهِبٌ إلى رَبِّيْ سَيَهْدِينِ.
Artinya : Dan Ibrahim berkata: “Sesungguhnya aku pergi menghadap Tuhanku dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku.” (Q.S. ash-Shâffât : 99)
فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ اللَّهِ
Artinya : Kemana saja kamu menghadap, maka di sana zat Allah (Q.S. al-Baqarah : 115)
Rasulullah SAW bersabda :
إذا كان أحدكم يصلي فلا يبصق قبل وجهه فإن الله قبل وجهه إذا صلى .
Artinya : Jika seorang dari kamu shalat maka janganlah ia meludah di arah wajahnya, sebab sesungguhnya Allah berada di sisi wajahnya jika ia shalat. (H.R. Bukhari[10] dan Muslim[11])
Dalam riwayat lain dalam kitab Shahih al-Bukhari berbunyi, Rasulullah SAW bersabda :
إِنَّ رَبَّهُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ القِبْلَةِ، فَلاَ يَبْزُقَنَّ أَحَدُكُمْ قِبَلَ قِبْلَتِهِ، وَلَكِنْ عَنْ يَسَارِهِ أَوْ تَحْتَ قَدَمَيْهِ
Artinya : Sesungguhnya Tuhan seseorang itu di antaranya dan qiblat, maka janganlah meludahi salah seorang kamu pada arah qiblat, tetapi di kiri atau di bawah dua tumitnya. (H.R. Bukhari)[12]