Al Qanuji salah seorang ulama Wahabi mengatakan: “Taqlid terhadap madzhab-madzhab adalah syirik.”[1] Jadi, menurutnya seluruh umat Islam pada masa sekarang kufur karena mereka penganut madzhab yang empat, menurut orang-orang Wahabi mereka adalah orang-orang yang kafir.
Ali ibn Muhammad ibn Sanan seorang pengajar pada Mesjid Nabawi dan dosen pada perguruan tinggi Wahabi yang bernama Universitas Islam dalam kitabnya mengatakan: “Wahai umat Islam, Islam kalian tidak akan bermanfaat kecuali jika kalian mengumumkan perang terhadap tarekat-tarekat sufi dan menghabisi mereka, perangilah mereka sebelum kalian memerangi orang-orang Yahudi dan Majusi”.[2]
Orang Wahabi mengkafirkan seluruh penduduk negara-negara Islam dan para ulamanya sebagaimana mereka sebutkan dalam kitab yang berjudul Fathu al Majid, mereka mengatakannya:”Khususnya jika telah diketahui bahwa kebanyakan ulama di mana mereka berada pada masa sekarang tidak mengetahui tauhid kecuali apa yang diyakini orang-orang musyrik”.[3] Kemudian pengarang kitab tersebut mengatakan: “Penduduk Mesir kafir karena mereka menyembah Ahmad al Badawi. Penduduk Irak dan sekitarnya seperti penduduk Amman kafir, karena mereka menyembah al Jilani dan penduduk Syam kafir karena mereka menyembah Ibnu ‘Arabi, demikian juga penduduk Nejed dan Hijaz sebelum munculnya dakwah Wahabi dan begitu juga penduduk Yaman”.[4]
Dalam kitab yang lain yang berjudul I’shaaru at-Tauhid karya Nabil Muhammad mereka mengkafirkan orang-orang sufi dan penganut Tarekat, penduduk negara-negara Islam seperti penduduk Mesir, Libia, Maroko, India, Iraq, Iran, Asia Barat dan negara-negara Syam (Suria, Lebanon, Yordania dan Palestina), Negeria, Turki, Afganistan dan negara-negara Turkistan, Cina, Sudan, Tunisia, Marakiz dan al Jazair.
Husam al ‘Aqqad wahabi yang anti dzikir mengkafirkan orang yang membaca Shalawat sebanyak 10000 kali atau mengatakan Laa Ilaaha illallah seribu kali.[5]
Dalam koran as-Safir edisi Sabtu tanggal 30 Mei 2001 (h.11) Muhammad Hasanain Haikal merilis isi sebuah dokumen yang mengatakan bahwa salah seorang pembesar Wahabiyah mengatakan: “Tidak seyogyanya ada peperangan antara orang-orang Islam pilihan (Wahabi) kecuali melawan orang-orang musyrik dan kafir, orang kafir yang musyrik pertama kali adalah orang-orang Turki Usmaniyah dan juga keturunan bani Hasyim dan ringkasnya seluruh pengikut nabi Muhammad selain kelompok Wahabi”.
Bahkan sayyidah Hawa’, istri Nabi Adam tidak luput dari pengkafiran kelompok Wahabiyah sebagaimana dituturkan oleh al Qanuji: “yang benar adalah bahwa syirik telah terjadi pada Hawa saja tidak pada Adam”.[6] Dengan ini berarti Wahabiyah telah menjadikan seluruh manusia sebagai anak-anak zina, karena menurut mereka Nabi Adam kawin dengan Hawwa’ yang syirik itu.
Para sahabat juga mendapatkan kritikan pedas atau lebih tepat disebut “tuduhan yang tidak beralasan” dari guru besar Wahabiyah yaitu Ibn Taimiyah sebagaimana disebutkan dalam kitabnya yang berjudul Iqtidha ash-Shirath al Mustaqim, ia menentang kebiasaan Abdullah ibn Umar yang sering dan selalu shalat di tempat-tempat yang digunakan Rasulullah r shalat. Ibn Taimiyah mengatakan: “Hal itu adalah penyebab kesyirikan”.[7] Ibn Baz telah mengkafirkan sahabat Bilal ibn al Haris al Muzani yang mendatangi makam Rasulullah untuk tabarrukan (ambil berkah) dan istighatsah ketika terjadi kemarau panjang pada masa khalifah Umar.[8] Salah seorang guru Wahabiyah di Madrasah al Laits ibn Sa’d Yordaniyah juga mengkafirkan Khalid ibn Zaid Abu Ayyub al Anshari, karena dia meletakkan wajahnya di atas makam Nabi.
Muhammad ibn Utsaimin juga mengatakan dalam kitabnya Liqa-ul bab al Maftuh bahwa al Hafidz Ibn Hajar al Asqalani dan al Hafidz an Nawawi bukanlah termasuk Ahlussunnah Wal Jama’ah.
Pada hari Rabu tanggal 1/10/1997 Abdul Qadir al Arnaud seorang Wahabi mengkafirkan seluruh masyayikh Syam ia sampaikan pernyataan ini di rumahnya di depan seorang dari keluarga al Bazam dan keluarga Shaqar. Wahabiyah juga mengkafirkan penduduk Abu Dabi, Dubai dan Amman, mereka menyebutkan penduduk kota-kota tersebut sebagai anjing-anjing neraka Jahannam, orang-orang yang dzalim dan fasik serta tidak ada alasan bagi mereka dalam kekufurannya.[9]
Wahabiyah telah mengkafirkan satu setengah milyar umat Islam al Asyairah dan al Maturidiyah sebagaimana disebutkan dalam kata pengantar Muhammad ibn Shalih al Fauzan pada kitab yang berjudul at-Tauhid karya Ibn Khuzaimah, ia mengatakan: “al Asyairah dan al Maturidiyah adalah murid-murid al Jahmiyah dan Mutazilah serta titisan golongan Mu’atthilah (yang berarti menurut mereka kafir semua).”
Doktrin mereka bahwa golongan Asy’ariyah syirik juga disebutkan dalam kurikulum resmi pelajaran “at-Tauhid” tingkat Aliyah kelas 1 karya Shalih al Fauzan terbitan Kementerian Pendidikan dan Pengajaran Kerajaan Saudi Arabia tahun 1424 H hal.66 dan 67, mereka katakan bahwa Asy’ariyah dan al Maturidiyah syirik. Mereka juga sebutkan bahwa orang-orang musyrik generasi awal adalah kelompok Jahmiyah, Mu’tazilah dan Asyairah.
Salah seorang syekh Wahabiyah yaitu Jasir al Hijazi dalam sebuah kaset rekaman dengan suaranya di sebuah situs internet mengatakan: Shalahuddin al Ayyubi adalah seorang Asy’ari dalam aqidahnya dan dia sesat.
Dia juga mengatakan: “Sesungguhnya para sultan bani Utsmaniyah, dahulu mereka mengajak manusia untuk menyembah kuburan”. Pengkafiran ini disebabkan karena mereka (dinasti Ustmaniyah) penganut Maturidiyah dan ini berarti pengkafiran juga terhadap Sultan Muhammad al Fatih.[10] Pengkafiran terhadap Sultan Muhammad al Fatih sama saja dengan menentang Rasul r karena beliau bersabda:
لَتُفْتَحَنَّ القِسْطَنْطِنِيَّةُ فَلَنِعْمَ اْلأَمِيْرُ أَمِيْرُهَا وَلَنِعْمَ الجَيْشُ ذَلِكَ الجَيْشُ
Maknanya: “Konstantinopel benar-benar akan tertakhlukkan, sebaik-baik pemimpin adalah pemimpin perang ketika itu dan sebaik-baik tentara adalah tentara tersebut”. (HR. Ahmad)[11]
dan yang menaklukkannya adalah Sultan Muhammad al Fatih al Maturidi –semoga Allah meridhoinya-.[12]
Dalam kitab syekh mereka Ibn Baz dengan judul Fatawa fi al Aqidah, (kumpulan tulisan panduan kepemimpinan penjagaan negara 191) Ibn Baz mengatakan tentang orang-orang yang beristighatsah dan bertawassul dengan para Nabi dan para wali, bahwa mereka adalah musyrik kafir tidak boleh menikah dengan mereka dan tidak boleh masuk ke dalam mesjid al Haram dan tidak boleh bermuamalah dengan mereka secara islami meskipun mereka mengaku tidak mengetahui hukum istighatsah dan tawassul yang mereka lakukan. Jangan diperlakukan mereka sebagaimana orang yang bodoh tentang syara’ tapi perlakukan mereka layaknya orang kafir.[13]
Syekh mereka (kaum Wahabi) di Maroko Ibn Dawud al Khamali setelah ditahan oleh pemerintah Maroko mengeluarkan pernyataan bahwa sesungguhnya dia telah menghabiskan waktu 10 tahun untuk mempelajari karya-karya Ibn Taimiyah dan Ibn Qayyim al Jauziyah. Dia mengkafirkan seluruh jama’ah. Dia tidak berharap berpindahnya orang-orang Maroko dari kekufuran pada Islam dan dia tidak shalat di mesjid-mesjid yang ada di Maroko bahkan tidak pernah shalat jum’at karena menurutnya shalat jum’at tersebut dikerjakan di negara kafir. Selama ini dia berusaha dan selalu mengajak untuk melakukan pembunuhan, pengeboman dan teror lainnya.
Di antara bukti bahwa Wahabiyah mengkafirkan seluruh umat Islam adalah ceramah salah seorang guru mereka di mesjid Nabawi setelah shalat subuh tahun 1996: “Pada masa ini ¾ umat Muhammad telah kafir, karena mereka mengatakan ya Muhammad ya Jailani”. Bukti lainnya adalah perkataan Ahmad an Na’imi al Halabi: “Tahun 1987 di Saudi Arabia di kota Abha di masjid Jami’ asy-Syurthah pada hari jum’at berdirilah seorang khatib Wahabi dan mengatakan di atas mimbar berbicara di depan orang-orang yang ada di dalam masjid: “Demi Allah hanya kalianlah orang-orang Islam dan tidak ada di timur dan juga di barat seorang muslimpun kecuali kalian. Selain kalian, seluruhnya adalah kafir musyrik dan dunia ini baik timur maupun barat telah menjadi musyrik”.
Sa’id al Atibi seorang Wahabi mengatakan di televisi al Jazirah pada bulan Agustus 2002: “Apabila manusia tidak kembali dan berpegang teguh dengan ajaran yang dibawa oleh Muhammad ibn Abd al Wahhab maka mereka tidak akan menang”. an-Na’imi mengatakan: “Kemudian aku meragukannya dan aku berkata kepadanya, satu setengah milyar umat Islam, kalian mengkafirkannya dan mengkafirkan setiap orang yang hidup sebelum Muhammad ibn Abdul Wahhab, ini tentu tidak dapat diterima”.
Selain mengkafirkan seluruh umat Islam, mereka juga menghalalkan membunuh umat Islam lainnya, menyembelihnya dan mencuri hartanya, sejarah menjadi saksi yang tidak terbantahkan. Muhammad ibn Abdul Wahhab sebelum masuk Hijaz mengatakan: “Kami pergi untuk memerangi orang-orang musyrik, apabila mereka masuk dalam dakwah kami maka mereka berhak mendapatkan apa yang juga menjadi hak kami dan bagi mereka kewajiban yang juga menjadi kewajiban kami, dan apabila tidak maka mereka adalah orang-orang musyrik darahnya halal.[14] Kemudian mereka masuk ke Hijaz dan membunuh umat Islam di Thaif, Makkah dan Madinah dan masuk ke bagian selatan Yordania dan membunuh umat Islam di sana. Sejak munculnya tidak pernah tercacat dalam sejarah bahwa mereka memerangi Yahudi dan orang-orang kafir lainnya. Maka mereka pantas masuk dalam sabda Rasululllah r pada kelompok Khawarij, beliau bersabda:
يُقَاتِلُوْنَ أَهْلَ اْلإِسْلاَمِ وَيَدَعُوْنَ أَهْلَ اْلأَوْثَانِ
Maknanya: “Mereka membunuh umat Islam dan membiarkan tidak memerangi penyembah berhala”.[15]
Kelompok Wahabiyah juga mengatakan: “Penduduk Makkah kafir karena mereka menyembah Khadijah dan penduduk Madinah kafir karena mereka menyembah Muhammad dan Hamzah.”
____ Catatan Kaki____
[1] Muhammad Shidiq Hasan al Qanuji, al Din al Khalish, (Beirut: Dar al Kutub al Ilmiyah), Juz. 1 hal. 140
[2] Ali ibn Muhammad ibn Sinan, al Majmu’ al mufid min ‘Aqidati al Tauhid, (Madinah: Maktab Dar al Fikr), hal.55
[3] Abdur Rahman ibn Hasan ibn Muhammad ibn Abd al Wahhab, Fath al Majid, (Riyadh: Maktabah Dar al Salam), hal. 190
[4] Lihat catatan kaki kitab Fath al Majid yang ditulis oleh Ibn Baz (Dar Ulin Nuha), hal. 216-217
[5] Lihat Hussam al ‘Aqqad, Halaqat Mamnu’ah, (Thantha: Dar al Shahabah), hal. 25
[6] Al Qanuji, Al Din al Khalish, hal 160
[7] Ibn Taimiyah, Iqtidha as Shirath al Mustaqim, (Beirut: Dar al Ma’rifah), hal. 389-395
[8] Lihat catatan kaki Syarh Shahih al Bukhari, (Beirut: Dar al Ma’rifah), juz. 2, hal. 95.
[9] Lihat kitab mereka yang berjudul Ijma’ ahlussunnah an Nabawiyyah ‘ala Mu’aththilah al Jahamiyah, karya Abdul Aziz Ali Hamd
[10] Sultan Muhammad al Fatih, beliau adalah Sultan Muhammad Khan ats-Tsani Ibn Sultan Murad Khan at Tsani . Dilahirkan 835 H, diangkat menjadi sultan setelah wafatnya sang ayah ketika berumur 19 tahun 5 bulan. Beliau adalah seorang sultan yang mulia yang sangat kuat semangat jihad dan tawakkalnya pada Allah. Beliau adalah sultan yang berhasil menakhlukkan Konstantinopel, yang dengan demikian beliaulah yang dimaksud Rasulullah dalam hadits: “Konstantinopel benar-benar akan ditakhlukkan, sebaik-baik pemimpin adalah pemimpin yang menakhlukkannya dan sebaik-baik tentara adalah tentaranya”. Beliau adalah seorang sultan sekaligus seorang sufi yang beraqidah Maturidi, wafat pada bulan Rabi’ul Awal tahun 886 H.
[11] Diriwayatkan oleh al Imam Ahmad dalam Musnadnya (Beirut: Maktabah Zuhair al Syawisy), Juz. 4 hal. 335 dan al Hakim dalam Mustadrak (Beirut: Dar al Ma’rifah), Juz. 4 hal. 422 dan dishahihkan serta disetujui keshahihannya oleh al Dzahabi.
[12] Lihat biografi Sultan Muhammad al Fatih dalam kitab al Jauhar al Tsamin fima Isytahara Bain al Muslimin, (Beirut: Dar al Masyari’), hal. 406-409
[13] Lihat pernyataan Ibn Baz dalam kitab mereka yang berjudul al ‘Aqidah al Shahihah wama Yudhaduha, (Riyadh: Dar al Wathan), hal. 22
[14] Muhammad ibn Abdul Wahhab, Kasyfu al Syubuhat, hal. 7
[15] Diriwayatkan al Bukhari dalam Shahihnya: Kitab al Anbiya’: bab firman Allah surat Hud ayat 50
Tidak ada komentar:
Posting Komentar