Rabu, 21 Februari 2018

Sahabatku, berumrohlah!!

"Tabungan sih ada, tapi buat biaya kuliah anak, 2 tahun lagi kan dia masuk kuliah,"

"Klo 20 jutaan sih ada, tapi hanya segitu, kalo dipake buat umroh, praktis kami gak punya tabungan apa apa lagi, kan takut juga kalo misalnya anak ada yg sakit mendadak harus di opname, "

"Ada sih kalo segitu, tapi kami kan perantau, kalo dipake buat umroh, abis semua, kalo ada apa apa di kampung, misal orang tua atau mertua sakit atau kenapa napa, kami gak ada tabungan buat pulang kampung mendadak,"

Begitu banyak alasan yg dikemukakan saat ajakan beribadah diutarakan.

Sebagai manusia yg cenderung suka berhitung, itu masuk akal.

Tapi jangan lupa, matematika Allah itu beda dgn matematika kita

Kalkulator Allah nggak sama dgn kalkulator kita

Dan satu yg pasti, Allah nggak akan ingkar janji.

ALLAH AKAN MENGGANTI SEMUA BIAYA YG DIKORBANKAN UNTUK BERHAJI ATAU BERUMROH.

Percayalah.

akupun, dalam kondisi yg sederhana. Tapi ketika pesawat mendarat di Jeddah, aku diserbu oleh sebuah rasa yg tak biasa. BAHAGIA !!

Dan menjelang jam 4 dini hari, saat pertama melangkahkan kaki ke Nabawi,

Saat teman teman masih saling bicara "dihafal ya pintu keluar. Pintu nomor 8. Tinggal nyebrang jalan, langsung ketemu hotel kita"

Aku tak lagi konsentrasi mengikuti percakapan. Dada, hati, otak, semuaaaanya telah dikuasai oleh rasa haru biru dalam debit yg tak terhitung.

Masyaallah. Subhanallah. damai menyusup le seluruh permukaan diri saat pertama jejak menapak di dinginnya ubin Nabawi.

ALLAH.

siapa lah aku ini, kalau bukan karena kuasaMu tak kan mungkin diri yg kerdil ini bisa menjadi bagian tamuMu.

Nabawi sedemikian indah.... derai angin Januari yg menawarkan suhu 14 derajat tak mampu mengalahkan semangat ribuan jamaah untuk mereguk kenikmatan shubuh berjamaah.

Aku terpukau.

Terpana.

Kehilangan segala prosa.

Payung payung raksasa yg menawan di pelataran.

Karpetnya yg empuk.

Dispenser berisi zam zam yg selalu tersedia.

Pilar pilarnya yg megah

Kubahnya yg mewah, yang bisa terbuka (seperti pintu geser) sehingga di dalam mesjid kita bisa menatap indahnya langit di belahan bumi Allah yg terberkati. Langit Medinah !!

Sholat di raudhoh. Di dekat makam Sang Panutan. Makam Rasulullah, iya RASULULLAH.  yg Allah pilih namanya bergandengan dengan nama Allah dalam kalimat sumpah suci syahadat.  Sholat disini memang perlu kesabaran, tapi semua berbuah manis.

Ada yg tak mampu teruraikan oleh kata kata. Kenikmatan yg menjalar ke seluruh titik nadir. Damai yg mengalir ke seluruh inci pembuluh darah, rasa tentram yg meresap ke setiap milli pori pori raga.

Diri larut dalam pemahaman akan perjuangam rasulullah dalam dimensi beribu tahun yg silam. Di sini. Iya disini, nabi berdakwah, mengajak pada kebaikan. Menyembah Allah yang Maha Tunggal.

Aku sampai bergumam di hati.

"Ya Allah... ternyata sedemikian dahsyat pengalaman spritual yg kudapatkan disini. Sebuah rasa damai, tentram, bahagia yg tak bisa diwakili oleh seluruh bahasa. Rasanya.... angka 20jutaan untuk kesini tidaklah ada apa apanya dibanding kenikmatan bathin yg aku reguk disini."

Sempat terbersit sesal, andai kutau senikmat ini berada dalam pelukan tanah suci, harusnya aku nggak perlu mendahulukan punya rumah, punya kendaraan. Berangkat umrohlah yg semestinya dipioritaskan.

Di titik itu aku mengerti, mengapa semua orang yg pernah berumroh, ingin kembali lagi.
(Bahkan tetangga terbaikku, yg berangkat 3 minggu lbih awal dariku. Memelukku dengan mata yg basah saat aku berangkat, dia berbisik "doakan kami ya bu Fitra, biar bisa umroh lagi bersama anak anak" pintanya. Ingat yaa, dia baru belasan hari yg lalu kembali dari tanah suci, tapi dia udah rindu, sekarang aku mengerti)

Dan kenikmatan beribadah disana juga yg menjadi alasan, sehingga hampir seluruh jamaah memilih berlama lama dalam mesjid. Larut dalam sujud sujud yg panjang dan dalam. Sholat wajib, sholat dhuha, sholat taubat, sholat hajat, sholat tahiyatul mesjid, sholat tahajjud, tilawah alquran, sholawatan, berdzikir....

Dan air mata haru mengucur deras saat sujud terakhir di Nabawi, karena saatnya perjalanan berlanjut ke Mekkah.

Kulepas Nabawi dengan linangan airmata. Aku masih disana, tapi aku sudah dikuasai rindu tiada tara.

Kala itu aku belum tau, di Mekkah, pengalaman bathin ternyata jauh lebih luar biasa. (Insyaallah lain waktu ingin menulis pengalaman di Mekkah juga).

Saudariku, itulah alasan, kenapa semua yg telah berumroh, bersemangat mengajak orang lain untuk berumroh juga.

Mari minta pada Allah. Mari memohon pada Allah. Kalo dana sudah ada, berangkatlah. Prioritaskanlah untuk ibadah. Insyaallah kebutuhan yg lain nanti akan dicukupkan oleh Allah. mumpung Allah masih memberi kita umur dan kesehatan. Bersegeralah.

Dan jika dirimu berangkat, tolong sebut namaku dalam doamu. Semoga Allah ijinkan diri ini kembali menjadi tamuNya. Semoga bisa mengulang mereguk kenikmatan yg luar biasa selama ibadah disana. Aamiin

Berangkatlah, jangan merasa sayang dgn uang yg dikeluarkan. ALLAH akan membalas semuanya dgn balasan yg jauh lebih baik.

*menulis di dalam tangis, 20 sd 29 januari. Baru sebulan berlalu. Demi Allah aku udah menangis menahan rindu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar