Rabu, 18 Oktober 2017

*Ahli Hadis (Apoteker) dan Ahli Fikih (Dokter)*

Hadis dan Fikih adalah 2 ilmu yang berbeda. Hadis adalah sumber ijtihad dan Fikih adalah produk ijtihad. Keduanya memiliki tingkat kerumitan tersendiri. Walaupun tidak dipungkiri dapat kita jumpai ahli hadis yang juga ahli fikih.

Obyek dari ilmu hadis diantaranya adalah sanad, mata rantai perawi sampai pada teks, meneliti kualitas hadis apakah Sahih, Hasan atau Dlaif. Bersifat Mutawatir, perorangan atau lainnya.

Sedangkan ilmu fikih memiliki obyek kajian tentang metode menggali hukum dari sumber hukum Islam, diantaranya hadis, memahami metode analisa dalil, umum-khusus, mutlak-muqayyad, nasikh-mansukh, dan sebagainya.

Kedua ilmu tersebut memang sama-sama masuk ranah kognitif. Namun bedanya ilmu hadis lebih banyak berbentuk hafalan/ingatan (knowledge). Sementara Mujtahid ilmu fikih lebih menekankan pada sisi pemahaman (comprehension).

Ada kejadian menarik tentang bertemunya ahli hadis dan ahli fikih:

ﺟﺎء ﺭﺟﻞ ﺇﻟﻰ اﻷﻋﻤﺶ ﻓﺴﺄﻟﻪ ﻋﻦ ﻣﺴﺄﻟﺔ , ﻭﺃﺑﻮ ﺣﻨﻴﻔﺔ ﺟﺎﻟﺲ , ﻓﻘﺎﻝ اﻷﻋﻤﺶ: ﻳﺎ ﻧﻌﻤﺎﻥ ﻗﻞ ﻓﻴﻬﺎ ﻓﺄﺟﺎﺑﻪ , ﻓﻘﺎﻝ اﻷﻋﻤﺶ: «ﻣﻦ ﺃﻳﻦ ﻗﻠﺖ ﻫﺬا؟» ﻓﻘﺎﻝ: ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺜﻚ اﻟﺬﻱ ﺣﺪﺛﺘﻨﺎﻩ , ﻗﺎﻝ: «ﻧﺤﻦ ﺻﻴﺎﺩﻟﺔ ﻭﺃﻧﺘﻢ ﺃﻃﺒﺎء» ( الفقيه والمتفقه)

Seseorang datang kepada A'masy (ahli hadis). Ia bertanya suatu masalah, dan Abu Hanifah duduk. A'masy berkata: "Wahai Nu'man (nama Abu Hanifah), jawablah pertanyaan ini". Abu Hanifah menjawabnya. A'masy berkata
"Dapat dari mana jawaban ini?" Abu Hanifah menjawab: "Dari hadis yang kalian riwayatkan kepada kami". A'masy berkata: "Kami adalah apoteker dan kalian adalah dokter" (Al Khatib Al Baghdadi, Al Faqih wal Mutafaqqih 2/163)

Dahulu seperti inilah para ahli ilmu, ahli hadis menyerahkan jawaban sebuah hukum pada ahli fikih, beliau tidak segera bergegas menjawab sendiri. Namun hari ini kita menyaksikan orang yang sekedar membaca hadis dari terjemahan kemudian berlagak peran ganda sebagai ahli fatwa juga.

Apa yang disampaikan oleh A'masy di atas dipertegas oleh imam kita:

ﻗﺎﻝ اﻟﺮﺑﻴﻊ: ﺳﻤﻌﺖ اﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﻗﺎﻝ ﻟﺒﻌﺾ ﺃﺻﺤﺎﺏ اﻟﺤﺪﻳﺚ: ﺃﻧﺘﻢ اﻟﺼﻴﺎﺩﻟﺔ ﻭﻧﺤﻦ اﻷﻃﺒﺎء.

Rabi' Al Muradi berkata bahwa ia mendengar Asy Syafi'i berkata kepada sebagian muridnya: "Kalian adalah apoteker dan kami adalah dokter" (Al Hafizh Adz-Dzahabi, Siyar A'lam An-Nubala 8/243)

Pengakuan Imam Syafi'i diatas adalah sebuah pengakuan tawadhu, sebab penilaian dari Imam ahli hadis justru beliau menguasai 2 ilmu tersebut:

قال ﺃﺣﻤﺪ ﺑﻦ ﺣﻨﺒﻞ ﻛﺎﻥ اﻟﻔﻘﻬﺎء ﺃﻃﺒﺎء ﻭاﻟﻤﺤﺪﺛﻮﻥ ﺻﻴﺎﺩﻟﺔ ﻓﺠﺎء ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﺇﺩﺭﻳﺲ اﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﻃﺒﻴﺒﺎ ﺻﻴﺪﻻﻧﻴﺎ (تاريخ دمشق)

Ahmad bin Hanbal berkata: "Para ulama ahli fikih adalah seperti para dokter. Dan ulama ahli hadis adalah seperti apoteker. Lalu datang Muhammad bin Idris Asy-Syafii, dia laksana dokter dan apoteker" (Ibnu Asakir, Tarikh Dimasyq 51/334)

Ma'ruf Khozin,
Anggota Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur

~~~~~
Telegram.me/PesantrenPeradaban

Tidak ada komentar:

Posting Komentar