Jumat, 13 Oktober 2017

KEBOHONGAN ABD. AZIZ (UST. SALAFY) TENTANG TAHLIL DIBONGKAR OLEH PEMELUK HINDU


Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Ki Daun Joko Satria Aliimran Ayat Fadillah Adha
Sesungguhnya perihal Acara Tahlil ini telah termaktub dalam kitab-kitab para ulama & muhaddits Islam (baca di bawah), tetapi anehnya para Salafy lebih mengimani & mempercayai kitab agama Hindu. Alhamdulillah Allah telah tampakkan kebenaran yang nyata bahwa di dalam kitab-kitab Hindu tak ada sedikitpun bahasan seperti yang mereka tuduhkan, bahkan para umat Hindu pun membantahnya sendiri. Maka Inilah fitnah mereka yang kejam terhadap kami, hingga Allah tunjukkan bahwa bukti-bukti yang mereka tuduhkan adalah kebohongan besar.
Sebagian besar mereka (Salafy-Wahabi) mengutip bahwa acara “tahlil” ini di adaptasi dari agama Hindu bersumber dari satu orang yang “katanya” pernah memeluk agama Hindu yaitu “Abdul Aziz”, dan meluaslah diteruskan tanpa mengecek langsung akan kebenarannya yang sesungguhnya.
Dan ingatlah perintah dan peringatan Allah kepada orang-orang yang beriman, tentang sikap yang seharusnya mereka lakukan akan berita-berita yang datang kepada kita, Allah berfirman
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ (الحجرات : 6)
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (Al Hujurat 6).
Videonya bisa anda lihat disini
************** MENGGUGAT KESAKSIAN USTADZ “IDA BAGUS” ABDUL AZIZ ***************
Dikutip dalam Portal Hindu disini http://portalhindu.com/2011/10/19/menggugat-kesaksian-ustadz-‘’ida-bagus’’-abdul-aziz-2
* Menurut Ust Salafy (Abdul Aziz):
Panca Yajna: Upacara Selamatan?
Melakukan selamatan ini adalah wajib hukumnya di dalam Agama Hindu. Contoh selamatan pada hari kematian, acaranya berlangsung pada hari pertama, ke-3, ke-7, ke-40, ke-100 dan nyewu (hari ke-1000).
”Kalau tidak punya uang untuk melaksanakan selamatan, wajib utang kepada tetangga. (jamaah tertawa). Sebab bila keluarga yang meninggal tidak diselamatin, rohnya akan gentayangan, menjelma menjadi hewan, binatang, bersemayam di keris dan jimat, dll. Makanya pohon-pohon diberi sarung, dan pada setiap hari Sukra Umanis jimat dan keris diberi minum kopi. Sedangkan yang melaksanakan selamatan, dapat tiket langsung masuk surga. Di dalam Islam tidak ada selamatan-selamatan, tetapi yang ada adalah sedekoh. Sedekoh punya kelebihan dari selamatan yakni memberikan sedekoh ketika kita punya kelebihan yang biasanya dilakukan pada menjelang bulan puasa. Jadi bukan hasil utang.”
#Tanggapan Penulis.
Sejak SD saya belajar agama Hindu, sampai sekarang Panca Yajna itu artinya lima korban suci. Bahkan di dalam Kitab Bhagawad Gita, yajna berarti bakti, pengabdian, persembahan dan kurban (sedekah) yang dilakukan dengan tulus iklas (hati suci). Bukan berharap untung yang lebih besar kepada Tuhan dari sedekoh yang kecil kepada manusia. Jadi Panca Yajnya itu adalah berbakti (sujud) kepada Tuhan (Dewa Yajna), bakti kepada orang suci (Rsi Yajna), berbakti kepada leluhur (pitra yajna), melayani (berderma) kepada sesama (manusa yajna) dan bersedekah kepada bahluk bawahan (butha yajna). Tidak ada saya jumpai arti Panca Yajna adalah lima upacara selamatan dan wajib ngutang, seperti kitab yang dibaca Ustadz Abdul Aziz.
Istilah SELAMATAN TIDAK ADA DI DALAM HINDU, APALAGI SELAMATAN KEMATIAN, Adapun rangkaian upacara kematian di dalam Hindu seperti nelun, ngaben, ngeroras (memukur) dll. pada intinya merupakan penyucian sang jiwa dari unsur badan fisik, mendoakan agar perjalanan sang jiwa tidak mendapatkan halangan, memperoleh ketenangan dan kedamaian di alam pitra. (Kitab Asvalayana Griha Sutra). Masalah dia (sang jiwa) mendapat tiket ke sorga atau akan masuk neraka, tergantung dari bekal karmanya. Yang jelas sangat tidak ditentukan oleh acara selamatan.
* ABDUL AZIZ :
Kedua. Di dalam agama Hindu, dalam memberangkatkan mayat ada tradisi trobosan yakni berjalan menerobos di bawah keranda mayat, sebagai wujud bhakti kepada orang tua yang meninggal. Dan ketika mayat ditandu ke kuburan, di sepanjang jalan dipayungi. Apakah mayatnya kepanasan? Belum pernah mati kok tahu mayat kepanasan. Di Islam
acara-acara semacam itu tidak ada dasar hukumnya baik di hayat maupun hadist.
#Tanggapan Penulis.
Dengan tanpa bermaksud merendahkan kemampuan sosok Ustadz Abdul Aziz di bidang agama, namun perlu saya sampaikan bahwa rangkaian acara satu hari, 3, 7, 40, 100 dan nyewu, menurut hemat saya adalah tradisi di dalam kehidupan beragama dengan berbagai tujuan dan motivasinya. Misalnya ‘’Tradisi Nyewu di Yogyakarta’’ yang pernah dimuat di Media Hindu. TOLONG DIBEDAKAN ANTARA AGAMA & TRADISI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar