Jumat, 06 Oktober 2017

Akibat Mencaci Maki Ahli Zuriat Rosululloh

BAB ADAB

Akibat Mencaci Maki Ahli Zuriat Rosululloh

Di dalam kitab “Makrifatu Muhammad” saya mendapati sebuah kisah menarik tentang kisah nyata yang dikisahkan oleh para ulama.
Terkisahlah pada zaman dahulu ada seorang ulama yang memiliki kharisma, berilmu luas, serta memiliki murid yang banyak. Namun, sayangnya dibalik jubah keulamaannya, dia tidak memiliki kebersihan hati, sehingga tidak mampu membedakan kemuliaan ahli bait Rosulillah.

Pada saat yang sama di kawasan tempat tinggal ulama itu terdapat seorang Habib zuriat Rosululloh yang senang berbuat maksiat, mabuk-mabukkan, serta berjudi. Si ulama yang sedemikian tidak menyenangi keturunan para Habaib itu semakin menjadi-jadi kebenciannya.
Dalam setiap kesempatan ceramah maupun bertemu dengan siapa pun si ulama besar itu selalu mencela dan memaki si habib yang senang mengerjakan maksiat itu. Sang Ulama mengajak dan menyerukan para murid-muridnya untuk membenci dan menjauhi Habib tersebut.

Sampai pada suatu malam, sang Ulama bermimpi bertemu dengan baginda Rosululloh al-Musthofa Datuk semua Habaib ( Para Habib) dan Syaroif ( Para Syarif ).

Dalam mimpinya memang diyakini beliau adalah Rosululloh. Dikuatkan dengan suara, “Inilah Rosululloh yang mulia!”.

Namun sayang seribu kali sayang, mimpi mulia yang seharusnya menjadi anugerah terbesar dan idaman semua orang yang beriman justru menjadi sebuah mimpi buruk bagi sang ulama yang berbuah kekecewaan dan kesedihan.

Apa pasalnya?

Dalam mimpi itu baginda Rosululloh Shollallohu alaihi wassalam tidak berkenan menampakkan wajah mulianya. Baginda berpaling punggung. Sang Ulama pun bermohon dalam mimpinya, “Wahai Rosulillah yang mulia, mohon kiranya saya diperkenankan untuk menatap wajah mulia engkau wahai Rosululloh! Berilah syafaat padaku” pintanya.

Lantas apa jawaban Rosululloh dalam mimpi tersebut.
“Wahai fulan! Bagaimana mungkin aku memperlihatkan wajahku padamu, sedangkan engkau tak mengenali anak cucuku? Bagaimana mungkin aku menatapmu, sedangkan engkau memalingkan wajahmu dari menatap anak cucuku? Bagaimana mungkin aku memberimu syafa'at, sedangkan engkau memusuhi anak cucuku dan engkau mengajak orang lain untuk membenci dan menjauhi anak cucuku?!”

Demi mendengar jawaban itu, Sang Ulama menangis sejadi-jadinya, hingga ia terbangun dari tidurnya.

Keesokan harinya, sang ulama tersebut bergegas mencari seorang Habib yang sering dicapnya sebagai ahli maksiat. Namun, habib yang dicari tidak didapati keberadaannya di tempat ia biasa berada.

Sang Habib seperti menghilang di telan bumi.

Berselang beberapa minggu kemudian, tepatnya 40 hari, semenjak peristiwa mimpi itu, sang ulama mendengar kabar bahwa habib itu meninggal dunia di sebuah masjid dalam keadaan bersujud. Si habib terah bertaubat atas bimbingan kakeknya, Rosululloh al-Musthofa Shollallohu alaihi wasallam. Masya Alloh Tabarokalloh.

Tinggal si ulama itu dengan penuh penyesalan.

Akhir dari kisah itu, Alloh cabut keberkahan ilmu dari ulama itu. Murid-muidnya satu persatu berhenti dari majlis pengajiannya. Sang ulama terfitnah dan dipenjarakan. Dan akhir dari perjalanan hidupanya Sang Ulama PEMBENCI HABAIB meninggal dalam keadaan SU’UL KHOTIMAH ( AKHIR YANG BURUK ).

📒📒📒📒📒📒📒📒📒📒📒📒📒📒📒📒📒

Qishoh ini bukan sebuah LEGITIMASI dan PEMBENARAN bahwa para Ahli Bait Rosulilloh boleh melakukan kemaksiatan serta melanggar hukum ketentuan Alloh. Bukan sama sekali!

Namun, kisah ini mengajarkan kepada kita tentang SEBUAH PENGAJARAN ADAB DAN AKHLAQ UNTUK MEMULIAKAN AHLUL BAIT NABI (DZURIYYAH ROSULULLOH S.A.W).

Sebab

KEBERKAHAN ILMU
KEBERKAHAN AMAL SHOLEH
KEBERKAHAN SYAFA'AT

tidak akan diperoleh, melainkan dari KECINTAAN DAN KEREDHOAN BAGINDA ROSULULLOH S.A.W.

Salah satu jalan mencapai keridhoan tersebut adalah MENCINTAI dan MENGHORMATI AHLI BAIT DZURIYYAH ROSULILLAH MUHAMMAD SHOLALLOHU ALAIHI WA SALLAM.

Kata guru kami Syaikhuna Al-Alimul al-Allamah Syekh Zaini Abdul Ghani Martapura Kalimantan Selatan beliau mengatakan, “Seseorang masih terhalang memperoleh kecintaan Rosululloh, selama masih ada permasalahan dengan ahli bait Rosululloh.”

Para Habaib, para Syarif, para Syarifah bukanlah manusia suci yang terbebas dari dosa dan kemaksiatan. Mereka sama seperti kita. Namun membedakan antara mereka dengan kita, di dalam aliran darah dan daging mereka mengalir darah daging (DZATIYYAH) manusia teragung dan termulia, Rosululloh al-Musthofa.

Biarlah soal dosa dan kesalahan yang mereka lakukan menjadi urusan mereka dengan Alloh dan kakeknya. Tugas kita mendoakan agar mereka mendapatkan petunjuk hidayah.
Oleh karena itulah, ADAB dan SIKAP terbaik kita ketika menemui mereka yang melakukan maksiat, janganlah kita ikut-ikutan memusuhi dan membenci mereka. Buru-buru memvonis mereka, menjauhi mereka.

Jangan sampai mencela dan memaki mereka. Apalagi memfitnah dan mempolitisasi mereka atas dasar dugaan yang belum pasti hingga menginginkan mereka celaka atau masuk penjara.

Hukum tetaplah hukum yang tetap dijunjung tinggi, baik hukum syariat maupun hukum konstitusi. Biarkan para pakar ahli hukum dan pihak pengadilan yang berwenang memutuskan bersalah atau tidaknya.

Sikap terbaik kita adalah mendoakan jika mereka memang benar bersalah agar Alloh segera mengampuni dan memberikan hidayah.
Dan jika mereka berada di jalan yang benar, semoga Alloh melindungi mereka atas KEJAHATAN & MAKAR DARI ORANG-ORANG YANG MEMBENCI MEREKA PARA HABAIB. Hal ini kita lakukan semata-mata ATAS DASAR KECINTAAN kita kepada Rosululloh shollallohu alaihi wassalam.

Sekali lagi, sikap ini bukan pengkultusan terhadap AHLU BAIT keturunannya, namun sebuah sikap adab cara menghormati dan memuliakan Rosululloh shollallohu alaihi wasallam.

Bukankah Rosululloh tidak pernah meminta apapun dari perjuangan beliau, melainkan agar kita umatnya menyayangi dan memuliakan anak cucu keturunannya yang pada hakikatnya mencintai kakeknya baginda Rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Dan jelas di dalam al-Qur’an secara eksplisit Alloh menyebutkan keutamaan para ahli bait Rosulillah serta menyucikan mereka.

Dan bagi zuriat Rosulillah, alangkah bagusnya menjadi figur yang mengajarkan kecintaan kepada Alloh dan Rosululloh.

Jika mereka mengamalkan kebaikan, maka mereka akan memperoleh pahala dan keutamaan berganda lipat. Sebaliknya jika dengan posisi mereka sebagai ahli bait Rosululloh mengerjakan kemaksiatan tentu dosanya juga berkali lipat.

Alloh Maha Adil.

Semoga kita termasuk orang-orang yang mendapatkan kecintaan Rosululloh serta menjadi bagian orang yang mencintai ahli keluarga zuriat beliau bukankah di setiap sholat ketika bersholawat kepada Rosululloh dan kepada ahli zuriat Aali Muhammad shollallohu alaihi wassalam.

Semoga bermanfaat.

Wallohu ‘alam. ع١٥١

Tidak ada komentar:

Posting Komentar