--------------------------------
Sebuah kisah permisalan. ada seorang dokter, spesialis kulit. ia akhir-akhir ini mulai hijrah, mulai sadar untuk membaca lebih dalam tentang Islam. ia pun membeli buku hadits Shahih Muslim. ia punya sifat sangat kaku terhadap teks. pokoknya apa yang ada di teks, itulah yang harus dilakukan, tidak ada tafsir-tafsiran. suatu hari, datanglah seseorang berpenyakit Kusta, ingin berobat.
Pasien : Dokter, tolong saya
Dokter : ya pak, apa yang anda rasakan ?
Pasien : Saya Kusta dok
Dokter : oh, begitu, maaf pak, assalaamualaikum
Dokter itu ngibrit ke luar, lalu orang berpenyakit Kusta itu memanggilnya keheranan "Dok, kok saya ditinggal ?". lalu dokter spesialis kulit itu berkata "Rasulullah bersabda 'Larilah dari penyakit Kusta seperti engkau lari dari singa', Hadits Riwayat Muslim pak, Shahih !!"
Lalu dokter itu ngibrit pulang ke rumah, karena menganggap dirinya telah mengamalkan Sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Salam, padahal............. 🤣🤣🤣🤣
-----------------------------------
--------------------------
--------------------
Andai Dokter itu belajar Islam secara menyeluruh, akan ditemukan banyak dalil lain tentang Sunnah berobat.
“Semua penyakit ada obatnya. Jika sesuai antara penyakit dan obatnya, maka akan sembuh dengan izin Allah” (HR Muslim 2204)
“Tidaklah Allah menurukan suatu penyakit, kecuali Allah juga menurunkan obatnya” HR Bukhari 5354).
dari Usamah bin Syariik radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan : “Aku berada di samping Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian datang seseorang dan berkata : “ Ya Rasulullah, apakah aku perlu berobat?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
“Ya. Wahai hamba Allah, berobatlah ! Sesungguhnya Allah tidak memberikan penyakit, kecuali Allah juga memberikan obatnya, kecuali untuk satu penyakit. Orang tersebut bertanya : “Ya Rasulullah, penyakit apa itu?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “ Penyakit tua” (HR Ahmad)
Sungguh dalam habbatus sauda’ itu terdapat penyembuh segala penyakit, kecuali as-sam.” Saya bertanya, “Apakah as-sam itu?” Beliau menjawab, “Kematian” (HR Bukhari)
Jadi, hadits Nabi "Larilah dari penyakit Kusta seperti engkau lari dari Singa" harus ditafsirkan dengan hadits lain, karena kalau tidak, akan jadi masalah. kalimat "lari dari singa", itu bagi yang tidak bisa menghadapi singa. bagi yang bisa menjinakkan singa, silahkan saja dekati. bagi Dokter, tak masalah mendekati orang berpenyakit, justru itu tugasnya
Rasulullah bersabda "“Barang siapa yang melakukan pengobatan dan dia tidak mengetahui ilmunya maka dia bertanggung jawab (dunia akhirat)” (HR Nasa'i)
Kesimpulannya, boleh mendekati orang yang berpenyakit menular, jika memang dia ahlinya. justru dalam peradaban Islam terdahulu banyak ditemukan banyak ilmuwan-ilmuwan kesehatan yang bahkan buku-bukunya dijadikan standar ilmu kedokteran modern. jadi, salah jika mengambil hukum hanya dari satu dalil saja plus bersikap kaku terhadap teks.
Tambahan : Terkait Isbal, klaim bahwa hukum isbal itu sudah Ijma, haram secara mutlak walau tanpa sombong adalah klaim ulama-ulama Saudi semata. Sebab Al-Hafidz Ibnu Hajar dan Al-Imam An-Nawawi rahimahumallah, keduanya keduanya menafsirkan dalam Syarah Hadits Bukhari & Muslim bahwa isbal itu hanya diharamkan bila diiringi rasa sombong.
Clear, stop debat soal ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar